Home / Romansa / Dating with Celebrity / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Dating with Celebrity: Chapter 101 - Chapter 110

175 Chapters

Cinta Itu Merumitkan Hidup [2]

Berasumsi kalau perasaan patah hati itu akan mendekapnya seumur hidup, Kendra pun menjadi was-was. Apakah dia punya daya resistansi yang memadai untuk bertahan? Baru melewati kurang dari dua puluh empat jam saja sudah membuatnya semaput. Bagaimana jika rasa sakit ini terus menetap dan membuat Kendra tak pernah pulih. Dia asing dengan cinta, tapi Maxim membuat segalanya berbeda. Sayang, kisah mereka begini akhirnya.Paginya, Kendra meninggalkan ranjang dengan perasaan tak keruan. Dia memaksakan diri menuju dapur. Niatnya untuk membuat segelas susu malah dibatalkan saat gadis itu melihat sisa kopi dalam toples kaca yang pernah dibelinya untuk Maxim. Akhirnya, Kendra malah membuat segelas kopi untuk dirinya sendiri.“Selamat pagi, Dunia. Semoga hari ini jauh lebih baik dibanding kemarin,” harap Kendra sungguh-sungguh seraya mengaduk kopinya. Setelah itu, Kendra mengambil selembar roti gandum polos sebagai menu sarapan.“Kamu sudah terlalu kurus. J
Read more

Cinta Itu Merumitkan Hidup [3]

Apa pun tugas yang dikira Kendra akan diembannya, jauh di luar dugaan gadis itu.“Kendra, tolong berikan dokumen ini pada Sean, ya?” perintah Rossa sembari meletakkan sebuah amplop cokelat di atas meja gadis itu.Kendra yang baru saja ke luar dari pantri dan berniat mendatangi ruang kerja atasannya, tersandung sesuatu hingga nyaris jatuh. Nama Sean membuat telinganya berdenging. Untung saja tangannya sempat menggapai dinding untuk menjaga keseimbangan. Dia juga lega karena botol minumannya tertutup rapat sehingga isinya tidak mengotori lantai.“Paling telat, sore ini sudah harus diterima Sean. Kalau kamu mau mengantarnya setelah pulang dari kantor, tidak masalah. Yang penting, harus hari ini. Ingat ya, Ken,” tegas Rossa sambil menatap Kendra. Setelahnya, perempuan itu berbalik dan mulai melangkah.“Dokumen apa itu, Mbak?” tanyanya. Alisnya berkerut. Seingat Kendra, dia sudah tidak memiliki urusan yang berkaitan dengan S
Read more

Cinta Itu Merumitkan Hidup [4]

Kendra hampir menangis karena putus asa. Dia sungguh menyesalkan mengapa Rossa tidak meminta office boy saja untuk mengantar amplop itu. Mengapa harus dirinya yang kembali disusahkan? Namun, tentu  saja dia tak bisa menolak.Sepanjang hari Kendra berusaha menyibukkan diri dengan pekerjaan dan melupakan tentang dokumen yang harus diantarnya itu. Namun upayanya tak berjalan dengan mulus. Karena tiap kali mengangkat wajah, tatapannya pasti terarah pada amplop berwarna cokelat itu. Entah berapa kali Kendra harus menarik dan menghela napas panjang karenanya.Ketika jam pulang kantor akhirnya tiba, Kendra memandang ke sekeliling ruangan dengan putus asa, menimbang-nimbang apa yang akan dilakukannya. Sekaligus memikirkan siapa yang kira-kira bisa dimintai tolong untuk menggantikan tugasnya. Sebenarnya, sejak pagi dia sudah memikirkan itu semua dan sama sekali tak mendapat pencerahan.Selain itu, lebih dua puluh orang pegawai The Matchmaker yang ada di rua
Read more

Cinta Itu Merumitkan Hidup [5]

“Kamu kenapa, Ken? Kok kelihatan kesal?” tanya Tommy yang baru datang dari arah ruang tunggu dan sedang melewati kubikel Kendra. Tampaknya, banyak rekan sejawatnya yang menyadari ekspresi Kendra yang tak biasa. Padahal gadis itu tak berniat untuk memberi tahu dunia tentang perasaannya seharian ini.“Lho, kamu bukannya tadi sudah pulang? Kenapa balik lagi?” tanya Kendra. Lalu, Kendra mengangkat amplop cokelat yang menyusahkannya itu dengan tangan kiri. “Aku harus mengantarkan dokumen ke kantornya Sean Gumarang. Padahal, pekerjaanku masih banyak,” dia beralasan. Kendra menatap Tommy penuh harap. “Kamu....”“Aku bisa saja menggantikanmu menjadi kurir. Tapi sayang, barusan malah ditelepon oleh Mbak Rossa untuk kembali ke sini karena ada pekerjaan yang harus kubereskan. Padahal, barusan aku sudah menyusun setumpuk rencana karena bisa pulang agak cepat hari ini. Bahkan dari Thailand pun aku merasa Mbak Rossa memantau kond
Read more

Kau yang Terindah [1]

“Tunggu sebentar ya, Ken. Ada sedikit urusan yang harus kubereskan. Kamu duduk dulu di sini,” pinta Sean. Lelaki itu menunjuk ke arah kursi. “Aku tidak akan lama, kok!”“Oke,” sahut Kendra sembari menatap punggung Sean yang menjauh. Gadis itu meletakkan amplop dan tasnya di atas meja. Saat itulah Kendra baru melihat tumpukan majalah di sebelah kanannya. Yang teratas adalah majalah The Bachelor lama dengan wajah Maxim berada di kovernya. Tanpa sadar, gadis itu mendesah. Dia yakin, Sean sengaja melakukan hal itu meski Kendra tak yakin dengan tujuannya.Tangan kanan Kendra mendorong tumpukan majalah itu, menjauh darinya. Dia memilih merogoh tas dan mengeluarkan gawai. Gadis itu memanfaatkan waktu dengan mengecek surel. Setelah itu, dia menjelajah aplikasi Instagram tapi tak ada yang menarik perhatiannya. Kendra memang memiliki akun di Instagram tapi dia tidak aktif. hanya sesekali gadis itu mengunggah foto. Akhirnya, gadis itu malah men
Read more

Kau yang Terindah [2]

Usai menuntaskan kata-katanya, Sean malah menghadiahi Kendra senyum tanpa dosanya yang pasti sudah meruntuhkan hati banyak perempuan. Sementara Kendra justru merasa kebingungan.“Apa maksudmu?” Insting Kendra mengatakan bahwa  ini bukan sesuatu yang ingin diketahuinya. Namun dia tetap harus mengajukan pertanyaan. “Jadi, ini tidak ada kaitannya dengan Dating with Celebrity? Kalau kamu memang ada perlu denganku, kan bisa telepon, Sean. Tidak perlu memintaku datang ke sini untuk mengantar amplop yang isinya ternyata tidak dibutuhkan sama sekali.”Sean tak menjawab pertanyaan gadis itu. Dia malah membahas topik lain. “Bagaimana kondisi kalian? Maksudku, Maxim dan kamu? Kita kan sudah pernah bicara beberapa minggu yang lalu, tapi kenapa tidak ada perubahan sama sekali? Kukira, kamu akan berinisiatif melakukan sesuatu. Aku sudah bilang, untuk kali ini, tolong mengalah sedikit, Ken. Karena aku tahu kalau kalian ini sebenarnya sama-sama....&r
Read more

Kau yang Terindah [3]

Sean tampak tertarik mendengar pertanyaan Kendra itu. Lelaki itu memajukan tubuhnya. “Siapa? Tante Cecil, ya? Dan beliau tetap ingin menjodohkanmu dengan Darien? Begitu?” tebaknya dengan senyum melebar.Kendra tertawa canggung. “Tebakan ngawur! Mana ada cerita seperti itu?”“Lalu, siapa yang kamu temui di depan pintu masuk Buana Bayi?” Sean penasaran.Kendra menjawab, “Aku bertemu Judith, pacarnya Maxim.”“Pacarnya Maxim di dunia halusinasi?” respons Sean. “Kamu kebanyakan dengar gosip yang sama sekali tidak jelas. Seingatku, aku sudah pernah membahas soal itu.” Lelaki itu berdiri dari tempat duduknya. “Sebentar, obrolannya ditunda dulu. Aku sudah berperan sebagai tuan rumah yang sama sekali tak sopan. Kamu belum disuguhi minuman.”“Astaga, itu sama sekali tidak perlu. Aku datang ke sini cuma untuk mengantar amplop ini. Aku tidak haus,” tolak Kendra.
Read more

Kau yang Terindah [4]

“Max, mau ke mana kamu? Tidak perlu sok cemburu!” sergah Sean, kali ini terdengar begitu serius. “Aku sengaja memanggilmu ke sini karena aku gemas sekali melihat semua kebodohanmu itu. Kamu dan Kendra harus bicara! Jangan sok-sokan jual mahal. Karena kali ini aku akan memastikan supaya kalian berdua tidak lagi melakukan hal-hal bodoh.”“Jangan terlalu suka ikut campur urusan orang, Sean!” tukas Maxim dengan galak.Lalu, Maxim berusaha melepaskan cekalan sepupunya, tapi tampaknya Sean punya tekad yang tidak tergoyahkan. Mereka sempat adu mulut meski dengan suara rendah. Wajah Maxim memerah, menandakan bahwa lelaki itu benar-benar kesal.Kendra memandang adegan itu dengan telapak tangan mendadak dibasahi keringat. Ditatapnya Maxim dengan aneka perasaan yang membaur tak keruan. Di detik itu Kendra baru menyadari betapa besar rasa rindunya untuk Maxim. Namun  sayang, lelaki boleh dibilang sudah menjadi hal terlarang dalam hid
Read more

Kau yang Terindah [5]

“Apa? Kamu mau mematahkan kakiku?” suara Maxim meninggi. Lelaki itu memelototi Sean. “Hei, kamu tidak ber....”Kata-kata Maxim terputus saat tubuhnya terdorong ke samping hingga nyaris kehilangan keseimbangan. Sementara Sean mundur tiga langkah sehingga bisa menatap Kendra dan Maxim dengan leluasa. Ekspresi Sean mengeras ketika memandang keduanya bergantian. Rahangnya bergera-gerak selama sesaat.“Aku serius dengan kata-kataku! Aku tidak akan membiarkan salah satu dari kalian kalian melewati pintu ini sebelum menyelesaikan masalah yang ada. Kalian sudah bukan anak remaja ingusan lagi, maka bersikaplah seperti orang dewasa! Jangan selalu menghindar. Terutama kamu,” tunjuknya ke arah Maxim.Lalu, Sean berbalik dan hampir berlari saat menuju pintu. Sedetik kemudian, Kendra mendengar bantingan serta suara klik yang khas. Astaga, Sean mengunci pintu dari luar! Kendra benar-benar merasa tak berdaya sekaligus malu. Berapa juta kali d
Read more

Kau yang Terindah [6]

Keheningan kembali menyapu udara. Kendra tahu bahwa kata-katanya terdengar tajam. Namun, jika diizinkan membela diri, dia cuma merespons belaka. Bukankah itu reaksi yang wajar setelah Maxim menunjukkan sikap tak bersahabat dan kata-kata menyebalkan yang membuat hati Kendra seolah diserang dengan katapel? Apa Maxim tak pernah tahu jika ucapan dan sikap permusuhannya itu sungguh menyakitkan?Kendra meraih kacamatanya, mengenakan benda itu. Meski sudah bertahun-tahun memakai kacamata, Kendra masih saja merasa tak betah. Pangkal hidungnya gampang berkeringat dan kadang diikuti perasaan tak nyaman. Jika berada di rumah, dia lebih suka melepas benda itu. Mungkin di masa depan Kendra harus mempertimbangkan opsi untuk melakukan operasi lasik.“Bisa jelaskan kenapa tadi kamu bilang kalau Sean sudah menjebakmu?” Maxim akhirnya bersuara. Di telinga Kendra, suara Maxim terdengar kaku. Seolah sendok bisa berubah bengkok hanya karena suara lelaki ini.“Kenap
Read more
PREV
1
...
910111213
...
18
DMCA.com Protection Status