Home / Romansa / Dating with Celebrity / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Dating with Celebrity: Chapter 151 - Chapter 160

175 Chapters

Rahasia Gelap [8]

“Rahasia gelap apa? Aku tidak punya rahasia sama sekali, apalagi jenis yang gelap,” bantah Maxim.“Kamu tidak adil! Aku sudah menceritakan semua rahasia gelapku. Tapi kamu?” Kendra merengut. “Kamu tidak pernah membahas apa pun yang berkaitan dengan kehidupan pribadi. Itu sama sekali tidak adil, tahu!”Maxim tampak bingung. “Aku betul-betul tak punya rahasia untuk dibagi, Ken. Hidupku datar-datar saja, nyaris tak ada masalah berarti. Apalagi yang bisa dimasukkan ke dalam kategori skandal. Darien tuh yang punya banyak rahasia gelap.”“Aku tidak percaya! Bukan karena Darien itu aktor lantas sudah pasti hidupnya penuh skandal. Orang biasa juga banyak yang menjalani hidup yang tak biasa-biasa saja. Contohnya aku,” kata Kendra, enggan menyerah.Maxim tentu saja membela diri dengan gigih. “Aku tidak punya rahasia apa pun! Hidupku tidak menarik sama sekali, lurus-lurus saja. Alias membosankan. Kena
Read more

Bumerang [1]

“Maxim! Kamu benar-benar menjengkelkan,” oceh Kendra dengan bibir cemberut.“Aku serius, Ken,” ulang Maxim. “Dijawab salah, tak dijawab lebih salah lagi,” keluhnya dengan suara tak berdaya. “Memang itu rahasia gelapku. Sudah ya, aku tak mau membahas masalah itu lagi dan malah bertengkar denganmu. Jawabannya sudah final.”Suara ponsel kembali terdengar, menginterupsi obrolan pasangan itu sekali lagi. Kali ini, gawai milik Kendra yang berbunyi. Ketika menatap nama yang terpampang di layar, Kendra mengernyit. Panggilan telepon itu berasal dari Aiden. Namun, meski keheranan, tetap saja dia tak mungkin mengabaikan panggilan itu.Seperti halnya Maxim tadi, Kendra pun bangkit dari sofa untuk berbicara dengan peneleponnya. Begitu Kendra menyapa, Aiden pun membalas dengan suara ramah. Lelaki itu mengawali perbincangan dengan permintaan maaf karena menelepon di hari libur.“Saya baru dapat info dari Mbak Rossa s
Read more

Bumerang [2]

“Kenapa begitu?” Kendra tak menutupi rasa herannya. Dia menautkan kedua alis sambil duduk di sebelah Maxim. Gadis itu memasukkan ponselnya ke dalam tas karena tak mau benda itu tertinggal lagi. “Kamu tidak percaya padaku?” tanya Kendra lagi.“Sama sekali bukan karena itu. Aku cuma tak yakin Aiden hanya klien yang begitu tertarik pada jadwalnya saja. Aku lebih cemas kalau dia tertarik padamu,” sahut Maxim tanpa basa-basi. Pernyataan itu membuat Kendra melongo.“Dia klien yang peduli dengan jadwal. Mungkin karena dia sibuk dan punya setumpuk pekerjaan. Belum lagi Aiden itu kenal baik dengan Mbak Rossa. Dia jadi klien The Matchmaker dan sekarang ikutan Dating with Celebrity pun karena didesak Mbak Rossa. Kurasa, kalau dia sekarang mencari tahu jadwalnya dengan detail, ya karena itu,” urai Kendra. “Apalagi, Mbak Rossa selalu minta dia untuk menghubungiku untuk informasi detailnya. Mau tak mau, Aiden meneleponku
Read more

Bumerang [3]

Setelah meninggalkan kantor Buana Bayi, mereka menuju salah satu mal terdekat untuk menonton di bioskop dan makan malam. Kendra sempat menggoda Maxim, meminta izin pada lelaki itu untuk menyetir, tapi ditolak mentah-mentah.Selama berjam-jam ini, Kendra begitu menikmati waktunya bersama Maxim. Hubungan mereka jauh lebih baik dibanding dulu. Adu mulut yang kadang dirindukan Kendra itu, sudah menurun drastis persentasenya. Maxim yang sekarang lebih bisa menahan diri. Itu poin yang positif, kan?“Besok kamu naik pesawat jam berapa, Max?” tanya Kendra saat mereka baru selesai makan malam. Setelah ini, mereka akan menonton film di bioskop.“Jam sepuluh. Kenapa? Kamu mau mengantarku ke bandara?” tebak Maxim, sok tahu. “Kalau iya, sebaiknya tak usah. Aku akan baik-baik saja dan kamu tak perlu mencemaskanku.”Kendra tertawa kecil sambil geleng-geleng kepala. “Aku tidak mencemaskanmu. Besok aku ingin istirahat seharian di
Read more

Bumerang [4]

Bertemu dengan Judith dan teman-temannya bukanlah hal yang diinginkan Kendra. Baik di alam mimpi apalagi dunia nyata. Gadis itu bahkan sudah tak terlalu mengingat tentang pertemuan dan perbincangannya dengan Judith. Setelah resmi memacari Maxim, Kendra dan sang kekasih -bisa dibilang- melupakan Judith. Meski sesekali Kendra masih menyebut namanya untuk menggoda Maxim.Namun tak dinyana, kali ini mereka malah berdiri berhadapan. Ekspresi dingin Judith saat melirik Kendra, sudah menjelaskan banyak hal. Perempuan itu tentunya tak menyukai apa yang dilihatnya saat ini. Kendra bukannya tak mencoba menyapa dengan sikap seramah mungkin, tapi cuma ditanggapi dengan senyum samar yang nyaris tak terlihat.“Hai, Judith. Kabarku baik. Bagaimana denganmu? Semoga sehat selalu, ya.” Maxim akhirnya bersuara sembari mengangguk sopan. Lelaki itu menoleh ke kiri sekilas untuk menatap Kendra. “Kamu sudah pernah bertemu pacarku, kan?” tunjuk Maxim ke arah kiri.
Read more

Bumerang [5]

Kendra menarik napas luar biasa lega karena Maxim memilih untuk tidak memberi penjelasan panjang lebar. Untuk apa? Tidak akan ada gunanya. Menjauh dari Judith dan teman-temannya adalah keputusan bijak.“Ayo pergi dari sini. Orang-orang ini membuatku muak,” komentar Maxim dengan suara rendah.Lelaki itu memeluk pinggangnya saat mereka meninggalkan Judith dan teman-temannya yang bergaya. Kendra bukannya tak bisa membela diri, tapi dia senang karena Maxim sudah melakukannya. Dia tak ingin berlindung di balik sang kekasih. Namun di sisi lain, Kendra juga tak ingin masalah bisa semakin panjang jika dia membuka mulut. Apalagi saat gadis itu mendadak teringat hubungan antara Judith dengan Rossa. Tampaknya, ini bisa menjadi bumerang yang mungkin saja akan merugikan posisi Kendra.Kecemasan Kendra mendadak berlipat ganda. Mengingat dekatnya hubungan Rossa dan Judith, paling tidak menurut informasi dari Neala. Bisa dibilang, mirip dengan relasi antara Rossa de
Read more

Bumerang [6]

Berbincang dengan Djody terasa begitu aneh. Situasinya jauh berbeda dengan ingatan yang terpatri di benak Kendra selama ini. Dulu, dia begitu akrab dengan ayahnya. Tiap kali Djody berada di rumah, hampir pasti Kendra akan menggelayuti ayahnya dan mengekori lelaki itu ke mana pun pergi. Namun sekarang, setelah berlalu sekian tahun, yang ada cuma kecanggungan. Akan tetapi, kondisi ini jauh lebih baik dibanding pertemuan terakhir mereka saat pemakaman Gayatri.Untung saja Maxim menemani Kendra dan tak buru-buru pulang. Lelaki itu tampaknya paham bahwa Kendra belum merasa nyaman ditinggal berdua dengan ayahnya. Maxim yang biasanya tak banyak bicara dengan orang yang belum dikenalnya, bisa berubah lebih supel. Lelaki itu sempat mengobrol ringan dengan Djody.Tanpa sungkan, Maxim juga mengaku bahwa dia adalah kekasih Kendra. Ayah gadis itu tampak tak terganggu dengan fakta tersebut. Djody malah terkesan gembira karena kini ada pria yang menjaga putrinya. Setelah itu, obrolan
Read more

Sapuan Badai [1]

Minggu pagi itu Kendra terbangun dengan perasaan ringan yang menenangkan. Banyak yang yang terjadi Sabtu kemarin. Yang terpenting baginya, hubungan Kendra dengan Djody mulai membaik. Dia bisa bertahan berada di ruang tamu dan berbincang dengan ayahnya meski awalnya begitu kaku. Beruntung ada Maxim yang menemani Kendra.Gadis itu merasa lega karena dia membuka mata tanpa perasaan negatif yang bercokol di sana, terutama yang terkait dengan Djody. Bahkan, setelah ayah dan kekasihnya meninggalkan rumah tadi malam, perasaan Kendra baik-baik saja. Hari ini, dia berencana menghabiskan hari Minggu untuk membersihkan rumah.Kendra baru saja hendak mandi saat telepon genggamnya berdering. Tebakannya, si penelepon adalah Maxim. Karena hanya pria itu yang rutin meneleponnya pagi-pagi begini sejak mereka berpacaran. Benar saja! Memang Maxim yang menghubungi gadis itu.“Pagi, Max. Apa kamu baru berubah pikiran dan pengin merengek untuk kuantar ke bandara?” goda Ke
Read more

Sapuan Badai [2]

Pagi itu, Kendra membuka mata lebih pagi dibanding biasa. Mungkin karena dia tidur lebih cepat dibanding biasa. Tubuhnya segar, perasaan gadis itu pun begitu riang. Hari ini akan menjadi awal minggu yang menyenangkan, itu tebakan Kendra. Dia tak akan mengeluh hanya karena ditimbuni setumpuk pekerjaan yang sudah menanti.Maxim menyemarakkan harinya saat menelepon sesaat sebelum Kendra berangkat ke kantor. Lelaki itu mengaku cuma ingin mengucapkan selamat pagi yang mendapat sambutan tawa geli dari sang kekasih.“Bilang saja kamu sudah merindukanku walau baru berada di Singapura belum genap dua puluh empat jam,” tebak Kendra percaya diri.“Aku kan memang biasa meneleponmu setiap pagi,” protes Maxim. “Tapi memang aku tiap hari merindukanmu. Tak peduli entah itu di Jakarta atau di Singapura.”“Sudah, Max! Acara menggombalnya jangan dilanjut lagi. Bisa-bisa aku jadi kehilangan semangat untuk bekerja dan lebih suka mende
Read more

Sapuan Badai [3]

Tommy mengumumkan bahwa Rossa tidak akan datang ke kantor hari ini karena harus mengikuti meeting dengan beberapa pihak sponsor Dating with Celebrity. Berita itu disambut dengan tepuk tangan oleh teman-temannya. Kendra cuma mengulum senyum melihat pemandangan itu.Bukan rahasia lagi jika mayoritas para pegawai The Matchmaker sangat senang jika Rossa tak datang di hari Senin. Karena menurut mereka, awal pekan yang memang selalu terasa lebih berat dibanding hari-hari setelah itu, terasa agak mengasyikkan jika Rossa absen datang ke kantor. Rossa yang seolah mengawasi gerak-gerik setiap bawahannya tergolong sering menggelar rapat panjang di hari Senin. Dan tak jarang membuat hari seseorang terasa buruk jika ada tuntutan pekerjaan yang belum dibereskan. Rossa memang tegas sekaligus banyak menuntut.“Ah, tak kusangka Senin ini agak menggembirakan,” komentar Winny tanpa sungkan. “Padahal tadinya sudah menyiapkan mental untuk diomeli karena
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status