Semua Bab Godaan Memikat Lelaki Penguasa: Bab 121 - Bab 130

247 Bab

Pengumuman!

Assalamu'alaikum Halo, saya author KarRa. Dengan segala kerendahan hati, saya mohon maaf tidak bisa up date untuk beberapa hari ke depan. Baik Love Sugar Daddy mau pun Godaan Memikat. Saat ini author sedang sakit, mohon do'anya agar cepat pulih untuk bisa melanjutkan up date seperti biasanya 🙏 Untuk giveaway menuju akhir Love Sugar Daddy masih berjalan dengan semestinya ya, dan pemenang yang mendapat souvenir akan diumumkan ketika novel tersebut Tamat. Tetap ikuti selalu ya guys, untuk informasi lebih lanjut bisa lihat di akun sosial media author. Add: KarRa atau Follow: @karra_lovely. Sekian dan terima kasih, sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya 🙏
Baca selengkapnya

120.Bukan Luka

      Edzard kembali merengkuh Rere untuk kesekian kalinya pada pagi buta itu. Bau dari hasil persetubuhan menguar di ruangan. Peluh membanjiri setiap senti tubuh telanjang kedua insan. Satu sisi bertemu rasa dahaga yang selalu membuat bahagia. Namun, di sisi terdalam ada semburat kelabu menyakitkan. Sebagai suami Edzard sosok sempurna, pria gagah dengan memanjakan istri dalam setiap kegiatan. Namun, pada satu titik ada sesuatu yang berlubang, di mana Rere seolah tidak mendapat hati sang suami. Goresan di atma itu masih terpatri nama lain. Nama yang begitu membelenggu lelaki tersebut.       Mungkin itu wajar, pertemuan Edzard dengan mantan istri keduanya memberikan ruang tersendiri. Kala itu Edzard bak selongsong kosong, dan kehadiran Evelyn menjadi bernas dalam kekosongannya. Hati Rere begitu rapuh, tidak setegar yang terlihat. Bingkisan kata-ka
Baca selengkapnya

121. Rumah Sakit

    Sampai di rumah sakit Rere segera mendapatkan penanganan dari dokter. Edzard menantinya dengan perasaan was-was. Doa panjatkan agar sang istri baik-baik saja. Mengingat kondisi wanita mungil tersebut banyak mengalami kesulitan karena dirinya. Seorang pemuda yang berjalan di koridor rumah sakit mengernyitkan kening. Melihat Edzard yang gusar, berjalan mondar-mandir di depan ruang IGD. Langkah lelaki tersebut berhenti sejenak lalu mendekat ke arah Edzard.      "Zard," sapanya.      "Ken," ujar Edzard yang juga terkejut melihat sang sahabat berada di rumah sakit sama. "Apa yang kau lakukan di sini pagi buta?" tanya Edzard.      "Ah, aku mengantarkan Rafael untuk periksa, bocah itu sakit gigi," jawabnya. "Kau sendiri mengapa ada di depan IGD?" tanya Kenzo bersedekap, rambutnya terlihat acak-acakan dengan setelan baju tidur warna navy yang masih dikenakan.      "Rere masuk rumah saki
Baca selengkapnya

122. Kehamilan

    Edzard menoleh ke arah sang istri yang terlelap dalam tidurnya. Dia kemudian meraup wajah dengan gusar. Lelaki tersebut lalu duduk di kursi dekat brankar. Tangan berototnya mengelus rambut wanita tersebut dengan sayang beberapa kali, dia bangkit, merunduk. Lalu mengecup pipi dan kening sang istri secara bergantian. Ada rasa haru, mendengar kabar yang dokter lontarkan. Namun, sejurus kemudian dia menatap kosong ke arah langit-langit kamar pasien. Yah, Rere baru saja dipindahkan ke ruangan tersebut setelah mendapat penanganan. Hal terpenting bagi dirinya adalah keadaan sang istri.     Pintu ruang rawat inap terbuka, kedua orang tua Edzard masuk ke dalam. Mereka melangkah mendekati Edzard, tersenyum dengan wajah cemas. Bagaimana tidak cemas, pagi tadi mereka dikejutkan dengan kondisi Rere yang memprihatinkan.     "Bagaimana keadaan Rere? Apa yang sebenarnya terjadi, mungkinkah ini berkaitan dengan kecelakaan yang hampir terjad
Baca selengkapnya

123. Dia?

     Rere berlari melewati grup musik yang sedang mendendangkan lagu. Suara ingar-bingar tersebut seolah tidak terdengar di rungunya. Fokus dia hanya pada satu sosok tidak asing. Wanita cantik dengan rambut ikal, di mana wanita tersebut tengah menggendong bayi. Bruk! Tubuhnya menabrak seorang yang datang dari arah berlawanan. Minuman yang di bawa orang tersebut jatuh ke tanah. Rere melebarkan mata, dia menutup mulut dengan kedua tangan. Terkejut.     “Maafkan saya,” ujar Rere melihat ke arah rerumputan di bawah.     “Ah, tidak masalah, saya ok.” Suara bariton terdengar.     Gurat kecewa terpampang jelas di wajah Rere ketika menoleh ke arah tadi, sang wanita tidak ada lagi di tempat. Dalam benak Rere berpikir andaikan dia lebih hati-hati sehingga tidak menabrak seseorang. Mungkin, kah dia akan bersua kembali wanita yang pernah menorehkan luka sedalam itu. Ke
Baca selengkapnya

124. Pengorbanan

     Rere menatap langit-langit kamar, mata belum terpejam. Bayangan wanita yang tersenyum di taman begitu mengganggu hingga dia kesulitan untuk tidur. Rere menoleh ke arah sang suami yang tertidur pulas. Rasa di dada begitu menyakitkan, sebisa mungkin Rere memejamkan mata. Pelan tapi pasti dia pun terlelap. Namun, bayangan tersebut menghantui hingga ke alam bawah sadarnya.     Hanyut, Rere terbawa ke alam mimpi, di tengah padang ilalang, Rere tengah berjalan. Semilir angin menyapa mesra wajah, menerbangkan dress warna putih setinggi lutut yang dikenakan. Dia tersenyum di bawah hujan panas sang surya, menikmati angin dan juga kicauan burung. Samar Rere mendengar suara isak tangis, wanita mungil tersebut berlarian menuju ke arah suara. Di bawah pohon trembesi nan rindang. Wanita itu menundukkan kepala memeluk lutut. Rere mendekat lalu berjongkok, dia meraih pundak wanita tersebut. wanita itu menutup mulut dengan kedua tangan ketika wanita it
Baca selengkapnya

125. Meminta Bantuan Kenzo

Mencintai terlalu dalam akan terasa sakit ketika sebuah perpisahan harus terjadi. Entah itu sesuatu yang harusnya demikian atau pun terpaksa dilakukan agar menutup luka dari sekian banyak hati. Sakit, bukan berarti tidak mungkin terlalui, semua menjadi sesuatu yang telah lalu. Tidak mampu merombak luka yang telah tergores. Menyatukan hati pada ikatan suci pernikahan, sangat sulit mempertahankan dibanding saat berjuang mendapatkan. Langit terlihat biru cerah, di mana awan putih berarak-arak kemudian lalu begitu saja ke arah lain. Rere memandang ke arah bawah dari balkon lantai dua. Semilir angin menyapa mesra. Pikiran itu masih terbayang jelas wajah Evelyn.“Hai, Cantik,” sapa Angel yang tiba-tiba ada di dekatnya.“Oh, hay, Mbak Angel,” kata Rere.“Apa yang membuat dirimu melamun, wajahmu juga murung?” tanya Angel merangkul. Wanita hamil tidak boleh banyak pikiran,” lanjut Angel menasehati.“Iya, Mbak, saya p
Baca selengkapnya

126. Sebenarnya

 Karena keserakahan Kenzo tidak mampu menggenggam, keduanya terlepas. Penyesalan itu selalu ada, bukan karena Kenzo mengabaikan namun, memang perpisahan itu terjadi karena perbedaan nyata yang tidak mampu Kenzo tolak. Cinta berbeda agama yang menyakitkan. Rasa yang hadir tidak mampu dia tolak, ketika hati telah terpaut, buih-buih itu menyembul ke permukaan. Menghadirkan anugerah rasa yang sangat mengganggu hidupnya. Sungguh sayang, dia tidak mampu melawan perbedaan nyata tersebut.“Baiklah, coba katakan apa yang harus aku lakukan?” tanya Kenzo mendudukkan pantatnya di kursi kayu.“Rere semalam saat sedang berada di taman seperti melihat Evelyn, kau bisa membantu mencari keberadaannya di kota ini?” tanya Angel.“Evelyn, mantan madumu?” tanya Kenzo. Rere mengangguk, dia menghela napas panjang nan berat. Menatap wajah wanita yang dulu pernah mengisi hatinya. Mengingat kembali beberapa waktu lalu ketika dia melihat Edzard di
Baca selengkapnya

127. Sangsi

Kenzo masuk ke dalam ruangannya, dia melangkah cepat menuju ke singgasana, duduk di tempat tersebut sembari membolak-balik dokumen yang menumpuk di meja. Tsek! Dia berdecak kesal, tatapannya tajam menelusuri ruangan. Kaki yang Kenzo tidak bisa tenang terus menginjak-injak lantai mirip anak kecil yang gugup.“Ah, sial!” cebik Kenzo yang lalu bangkit, dia berjalan mondar-mandir di dekat jendela kaca.Langit terpampang luas di luar sana. Ruangan Kenzo berada di paling atas lantai dua puluh, dia sejenak menikmati pemandangan mengesankan tersebut. Bayangan Rere tiba-tiba menghias di sana, senyum yang tadi dia temui. Sejenak Kenzo terbelenggu dengan pesona itu. Dadanya sesak seketika, keserakahan yang dulu membelenggu dirinya begitu menyisakan sesal. Namun, bukan itu titik poin yang ada, satu hal yang tidak mampu Edzard lampaui, beda keyakinan yang tidak mampu membuatnya menyatu, ikhlas harus dia lepas.“Astaga, apa yang aku pikirkan, Tuhan!” d
Baca selengkapnya

128. Nihil

Edzard menghela napas panjang, dia murung, yah semua salahnya. Lelaki tersebut menatap langit malam nan hitam di balkon kamar. Dia duduk sejenak lalu kembali berdiri menopangkan siku di kedua tangan ke tralis besi. Apa yang terjadi sekarang, seberat apa pun usaha dia menyangkal. Namun, masa lalu tetap mengukung dirinya. Lelaki yang memiliki dua istri, mirisnya lagi semua yang ada menjurus kepada kesalahannya. Seperti seorang lelaki yang mengkhianati istri pertama lalu menikah dengan wanita yang menjadi selingkuhannya. Itu pemikiran yang selalu mengganggu Edzard. Karena dia tidak tahu pasti apa yang sebenarnya orang pikirkan.“Abang,” sapa Rere.Edzard menoleh ke arah pintu jendela, lelaki tersebut membalas senyum wanita yang berjalan mendekat ke arahnya. Edzard lalu memeluk tubuh sang istri mengelus wanita yang tengah mengandung darah dagingnya. Sungguh Edzard tidak ada niatan untuk menduakan sang istri, tidak ada lagi luka yang ingin dia torehkan pada wani
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
25
DMCA.com Protection Status