Home / Romansa / Godaan Memikat Lelaki Penguasa / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Godaan Memikat Lelaki Penguasa: Chapter 131 - Chapter 140

247 Chapters

129. Penyesalan Kenzo

  Memandang bintang di atas langit membuat Kenzo seperti terhibur, lelaki tersebut duduk di sebuah kursi panjang bercat putih di dekat kolam renang. Dia baru saja istirahat usai bermain dengan sang putra, Kenzo menengok ke arah jam di tangan yang masih menunjukkan pukul sembilan malam. Sebentar lagi dia akan kembali pulang, Helene berjalan mendekat ke arah lelaki tersebut lalu duduk di sampingnya.  “Mau aku buatkan minum?” tanya wanita tersebut manja.  “Ah, tidak perlu aku akan pulang sebentar lagi,” jawab Kenzo menoleh ke arah wanita yang duduk di sampingnya.  “Kau masih memikirkan Nayla?” tanya Helen tiba-tiba membuat Kenzo mengernyitkan kening. Lelaki tersebut tersenyum kecut, Helene mengelus pundak lelaki yang menjadi ayah biologis putranya itu. “Kadang aku merasa apa ini karma dari perbuatan buruk di masa lalu, mengapa harus demikian kisah cinta yang harus dijalani. Mengapa hati harus ter
Read more

130. Tanpa Cinta?

  Rere bangkit dari ranjang, dia tidak bisa tidur lantaran memikirkan banyak hal. Bagaimana bisa dia bertahan jika hati dan jiwanya saja rapuh. Dia bangkit berdiri lalu berjalan keluar kamar. Niat untuk keluar berjalan-jalan dia urungkan lantaran dari arah jendela kaca dia dapat melihat rintik gerimis yang tersorot dari cahaya lampu penerang. Rere menghela napas berat lalu memutuskan ke dapur. Bruk! Rere tidak sengaja menendang tempat sampah hingga terjatuh, wanita tersebut membungkuk lalu meletakkan tempat sampah di ujung ruang dapur agar tidak kembali menyandung seseorang yang lewat. Dia membuat segelas susu hangat dan mengambil sisa cake yang dia taruh di dalam lemari pendingin. Rere melangkah pelan lalu akhirnya duduk di ruang tengah, menonton televisi.  Nyonya Devan yang kebetulan terbangun lantaran mendengar sedikit berisik di area dapur lalu menuruni tangga, dia mengernyitkan kening ketika melewati ruang tengah. Lampu dan juga televisi menyala, wanita paruh
Read more

131. Titik Rendah Helene

  Kenzo menaiki anak tangga di rumah miliknya yang telah dia alihkan atas nama Rafael. Dia mengedarkan pandang, tidak ada yang berubah dari tempat tersebut hanya beberapa foto dia, Helene dan Rafael terpampang di beberapa tempat. Kenzo sengaja memasang banyak foto bertiga termasuk di ruang tamu di mana keluarga dirinya dan Helene foto bersama. Jika itu satu keluarga yang utuh akan terlihat harmonis tetapi tidak dengan yang terjadi sesungguhnya. Hubungan dirinya dan Helene sebatas untuk kepentingan Rafael, selebihnya berteman baik layaknya tanpa hubungan. Kenzo menghentikan langkah ketika bertemu pandang dengan Helene yang hendak turun tangga.  “Ah, aku sudah mengganti seprei di kamarmu, dan aku baru ingin menemuimu,” ujar Helene.  “Terima kasih,” ujar Kenzo.  “Mau aku buatkan kopi?” tawar Helene yang mencoba memecah kecanggungan dengan banyak bicara.  “Teh saja, jangan ….”
Read more

132. Hasrat Terpendam

   Ragu, tetapi dia mencoba untuk percaya kepada Kenzo, apa salahnya untuk sekedar percaya. Walau hati ragu namun, tidak ada salahnya jika mencoba. Begitu pikir Helene pada akhirnya. Dia menutup sejenak memantapkan hati lalu menghela napas dan tersenyum. Tangan kanan Helene terangkat, dia meraih uluran tangan Kenzo. Lelaki tersebut tersenyum bahagia lalu memeluk nya erat. Nyaman itu yang dirasakan keduanya, dengan pelukan sebentar itu, semilir angin dingin menyapa keduanya. Remang lampu kamar redup membuat suasana seketika berubah romantis, dan hangat setiap sentuhan Kenzo meluluhkan Helene. Lagi, wanita itu terpikat akan tatapan mata menenangkan milik lelaki yang berdiri di hadapan.    Terpikat, sudah pasti sentuhan itu benar-benar memabukkan, milik Kenzo bereaksi keras ketika dadanya saling bersentuhan dengan dada Helene yang membusung. Lelaki tersebut meraup wajah Helene dan kemudian mendaratkan ciuman di bibir wanita itu. Helene sendiri bergeming
Read more

133. Jerat Hasrat Sang Penggoda

  Edzard baru saja menerima panggilan telepon dari Kenzo, lelaki tersebut menelengkan kepala sebentar. Malam-malam sahabatnya itu menghubungi hanya untuk mengatakan ibu dari putranya keluar dari tempat kerja. Edzard tersenyum sendiri melihat tingkah pemaksa yang dilakukan Ken, dia sendiri juga tidak ada niatan untuk menahan seseorang apalagi mengurus pekerjaan seorang OB tetapi bukan berarti Edzard akan abai terhadapnya. Helene adalah orang yang dia kenal, terlebih lagi dia wanita yang pernah mengisi hati, cinta pertama Edzard. Mengingat masa lalu silam nan kelam membuat dirinya tersenyum kecut. Berhubungan dengan beberapa wanita di masa lalu selalu berkaitan erat dengan Kenzo.  ‘Kau ibarat bayangan Ken, kehadiramu itu aku seperti mengekor dan tidak bisa kita saling berjauhan,’ keluh Edzard terkekeh.  Semua hal terjadi Edzard sudah memaafkan, dia juga sudah hidup bahagia dengan       cintanya, meski jua berakhi
Read more

134. Puber Kedua

   Edzard terlihat tengah sibuk mengupas buah mangga, memotong kecil-kecil lalu menaruh ke dalam sebuah box kecil. Di dalam box tersebut telah tersusun rapi beberapa buah yang lain. Ada buah pir, melon dan apel. Dengan telaten lelaki tersebut menyusun buah mangga yang sebelumnya telah dia potong kecil-kecil. Beberapa maid yang tengah sibuk memasak sarapan menoleh, melihat sang majikan sibuk tanpa mau dibantu. Mereka saling pandang, salah seorang wanita bertubuh gempal mengedikkan bahu. Sebagai isyarat tidak tahu, wanita tersebut merangkul rekannya untuk melanjutkan memasak. Edzard sendiri terlihat sibuk menutup box tersebut dan meletakkannya di lemari pendingin. senyumnya mengembang menambah gagah wajah tenang tersebut. Beberapa maid dan pekerja rumah tangga yang ada pun sangat terpesona dibuatnya. entah apa yang mereka pikirkan, tatapan mereka begitu berbinar seperti hendak lepas bagi salah seorang yang melihat. Ehem! Deham seorang wanita bertubuh gempal membuat mereka me
Read more

135. Akal Bulus Kenzo

  Kenzo masih meringkuk di balik selimut tebalnya, dingin, seluruh badan tertutup rapat, menyisakan bagian kepala. Sangat nyaman, setelah sekian lama tidak tidur nyenyak, dia merasakan nyenyak dalam tidurnya. Sentuhan dingin di pipi mengusik lelaki tersebut, dia menggeliat lalu kembali menyusup di bantal empuknya. Sentuhan dingin itu terasa lagi, kali ini Kenzo merasa terusik.  “Helene, biarkan aku tidur sebentar lagi, aku masih ingin istirahat setelah pertempu ….” Kalimat Kenzo terhenti.  “Hei, anak malas, ayo bangun!” Suara keras sang mama terdengar mengusik.  Lelaki tersebutr langsung membelalakan mata, dia mendongakkan kepala menatap ke arah samping. Mulutnya terbuka lebar, dia meringis ketika tatapan mata tajam sang mama tepat bertemu pandang dengan netranya. Wanita tersebut sudah terlihat rapi dalam balutan setelan jas warna hitam, gurat kecantikannya masih terlihat meski di usia yang bukan lagi muda. L
Read more

136. Pesona Kenzo Pudar?

     Helene menarik tangan Kenzo mengajaknya keluar ruangan, wanita itu melirik tajam ke arah Edzard ketika berpapasan. Seolah tatapan itu mengancam, mungkin jika dapat diartikan sebagai pernyataan mengapa Edzard hanya diam dan tidak membantu dirinya keluar dari akal-akalan Kenzo. Wanita tersebut melebarkan mata ketika Edzard tersenyum ke arahnya. Baru dia sadar, mungkin semua ini terjadi karena rencana keduanya.    “Sangat menyebalkan,” keluh Helene.    Sampai di depan kantor, Helene mengajak Kenzo—masih menggandeng tangan Kenzo—mereka berjalan ke arah sebuah tempat duduk yang ada di bawah pohon rindang. Helene baru mengibaskan tangan lelaki menjengkelkan tersebut. Kenzo tersenyum tanpa dosa menatap Helene, rasanya wanita tersebut ingin meninju wajah tampan itu.    “Berhenti bermain-main, Ken,” desis Helene.    “Aku tidak pernah b
Read more

137. Mesra

     Rere masih sibuk memotong sayur-sayuran, dia baru saja pulang dari pasar tradisional bersama sang asisten rumah tangga di kediaman lama, tempat penuh kenangan. Rumah mendiang sang nenek yang dia tempati sewaktu remaja hingga akhirnya dipinang oleh Edzard. Banyak foto masa lalu dia bersama Edzard dan keluarganya. Satu yang menghilang, potret Evelyn, sejak kepergiannya, Edzard perlahan menyimpan semua kenangan itu di dalam gudang. Rere yang menyuruh menyimpan ketika Edzard berencana membakar semua kenangan dan cintanya. Bagi Rere, Evelyn adalah masa lalu tidak harus menghapus segalanya, tinggal bagaimana menyikapi sang masa lalu. Sedangkan bagi Edzard, kenangan bersama Evelyn akan lebih baik dihapus, agar tidak terkenang selalu.     Awalnya Rere kira apa yang dilakukan sang suami sangatlah manis, mengingat Edzard hampir menghapus semuanya. Namun, siapa sangka jika sang suami sempat berjumpa dengan mantan istrinya, entah perceraian w
Read more

138. Tergoda Kembali

     Suara erangan terdengar lirih di sebuah area parkir, hari masih terlalu pagi ketika ada aktifitas tidak terduga di dalam mobil warna hitam tersebut. Beruntung tidak ada orang yang lewat, jika ada pun mungkin mereka akan mengabaikan lalu pura-pura tidak tahu dengan perbuatan tidak senonoh tersebut. Mengingat jenis mobil bergoyang tersebut adalah seri yang langka, hanya beberapa orang kaya yang mampu membelinya, siapa yang berani untuk mendekat bahkan melirik apa yang terjadi di dalam sana.    “Kau curang Kenzo,” desis wanita yang bertelanjang dengan bagian dada penuh bekas cupangan. Dia mengatur napas yang masih terengah-engah     “Kau telah membangkitkan macan tidur, Helene,” ucap Kenzo menatap Helene dengan keadaan bagian inti mereka masih menyatu. Kenzo memejamkan mata ketika miliknya mulai mengecil dan terlepas keluar dari sangkar milik Helene dengan sendiri bersama lelehan cairan
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
25
DMCA.com Protection Status