Semua Bab Godaan Memikat Lelaki Penguasa: Bab 141 - Bab 150

247 Bab

139. Terpikat Wanita Bersuami

     Beberapa makanan tersedia di meja makan, Rere terlihat manis dalam balutan dress warna hitam tanpa lengan. Dia baru selesai membersihkan diri, kemudian memoles wajah dengan riasan yang natural. Edzard memeluk tubuh sang istri dari belakang, keduanya menatap ke arah meja makan. Rere tersenyum kemudian membalikkan badan ke arah Edzard, menatap dalam wajah lelaki yang dia cintai tersebut. lalu mengecup pipi lelaki berjambang tipis itu.      “Kau tidak apa rumah ini ditempati seseorang?” tanya Edzard mengelus lengan sang istri.     Rere menggelengkan kepala, “Tidak masalah bagi saya, Bang,” ujar Rere.     “Bisakah kau menyebut kau dan aku saja, Sayang? Semakin lama terdengar ada jarak jika kau menyebut saya, Anda,” ujar Edzard mencubit dagu sang istri.      Rere terkekeh kecil, “Akan aku coba,” ujar wanita mungil tersebut. Edzard menundukkan badan lalu mengecup
Baca selengkapnya

140. Wanita Mungil yang Memikat

      Pernikahan berjalan lancar, begitu pula pesta yang dilaksanakan secara besar-besaran oleh keluarga besar Julian beberapa bulan lalu, masih menjadi perbincangan hangat para masyarakat kota A. Rere sudah tidak lagi bekerja di kantor Edzard, lelaki tersebut melarang istrinya kelelahan. Kemudian Rere mengajukan syarat agar karyawan di kantornya tidak banyak wanita, dan Edzard menyanggupi hal tersebut. Bagi Edzard sendiri dia tidak mempermasalahkan, bahkan tersenyum girang melihat sang istri cemburu. Untuk menghilangkan jenuh sekali-kali Rere disibukkan mengelola café yang dibangun Edzard. Café kenangan dirinya juga almarhum Nayla. Wanita tersebut bosan hanya di rumah, karena itu dia memutuskan ungtuk sekali-kali mengurus cafe meski segala sesuatu sudah ada penanggung jawabnya. Wanita dengan perut yang mulai membuncit itu berjalan memasuki Café, saat bersamaan dia bersua dengan Aarav yang juga hendak masuk ke dalam.  &
Baca selengkapnya

141. Tak Tertahan

Sudah sejak beberapa bulan lalu, ketika Rere positif hamil, akhirnya Edzard dapat menyentuh sang istri. Sebisa mungkin dia menekan kekuatan mendorongnya agar tidak melampai batas. Mengingat perut Rere yang telah membuncit. Keadaan Rere yang demikian bukan mengurangi hasrat tetapi, Edzard semakin tergoda untuk menyentuh. Penantian tersebut kini terbayar sudah, seharusnya dia tidak melakukan di sebuah ranjang sempit. Jika saja dia mampu bersabar sebentar saja, jika hasratnya tidak menggebu begitu menumpuk, jika saja dia tidak merasa terusik lantaran melihat Rere bersama Aarav. Banyak pemicu yang membuatnya ingin segera menyatu dengan tubuh yang sangat dia rindukan tersebut. “Aku merindukan ini,” ujar Edzard, menekan sedikit dalam. Lelaki itu berdiri di sudut ranjang, di mana kaki mulus Rere menjuntai ke bawah. Wanita tersebut melenguh menikmati setiap gerakan teratur juga sentuhan yang semakin membuat darahnya berdesir. Keduanya bertelanjang, pakaian berserakan di mana-
Baca selengkapnya

142. Evelyn Kembali

      Embusan angin menerbangkan tirai warna putih yang tersibak di ujung jendela pintu yang mengarah ke balkon ruangan tersebut. Dinding bercat putih dan cream di bagian bawah. Tempat yang cukup luas untuk ruangan kantor untuk seorang saja. Aarav masih bercengkerama dengan Evelyn namun sejenak keduanya terdiam setelah Aarav mengatakan bersua dengan Rere dan sang suami. Ada makna lain yang tidak bisa diartikan kecuali dari masing-masing orang tersebut.       “Bagaimana keadaan Rere?” tanya Evelyn memecah kebisuan. Dia menatap ke arah sang putra, yah wanita itu mempunyai anak lelaki yang sangat lucu.       “Wanita hamil itu semakin cantik,” jawab Aarav tanpa menoleh, dia menundukkan badan untuk menurunkan si kecil yang sedari tadi meronta.       Evelyn terkekeh, “Aku berharap mereka bahagia,” ujarnya kemudian.       “Aku tidak ya
Baca selengkapnya

143. Rere Melahirkan

     Hari yang dinantikan telah tiba, Rere melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Perhatian berlimpah ruah sedang tertuju kepada Rere dan putranya. Tentu Edzard pun melakukan hal yang sama, di depan ruang persalinan, kedua keluarga berkumpul berbahagia mendengar tangisan bayi baru lahir. Ada Kenzo dan juga Helene juga di sana. Mereka turut menunggu proses persalinan. Tidak ada yang tahu jika ada sepasang mata mengawasi dari kejauhan. Tatapan mata sendu, menahan tangis.      “Pergilah Eve jika kau ingin melihat bayi mereka, sebelum waktumu habis,” ujar Aarav menatap wanita cantik di hadapannya. Wanita itu mengenakan pakaian perawat lalu menutup mulut dengan masker. “Berhati-hatilah, kau hanya punya waktu seperempat jam saja!” ujar Aarav mengingatkan.     Evelyn mengangguk dia menghela napas dengan berat lalu melangkah dengan percaya diri mendekati ruangan Rere. Wani
Baca selengkapnya

144. Bayi Mungil Cantik

Malam itu saat Edzard baru saja pulang dari kantornya, lelaki itu melihat Rere yang nampak gusar. Sang istri bolak-balik kamar mandi, Edzard mengira itu hal yang wajar mengingat kehamilan Rere sudah memasuki usia sembilan bulan. Edzard tersenyum melihat Rere keluar kamar mandi, dia duduk di ujung ranjang setelah meletakkan tas kerjanya di nakas. Rere ikut duduk di samping sang suami, dia menyandarkan kepala ke pundak lebar lelaki itu. Edzard mengelus punggung Rere mencoba memberi kekuatan agar sabar. Wanita tersebut memeluk sang suami, mencari kenyamanan setelah berulang kali badan terasa pegal terutama bagian punggung. "Sudah merasa baikan, Sayang?" tanya Edzard. "Lumayan, Bang," jawab Rere. Edzard memeluk erat tubuh tersebut lalu mengulas senyum, "Abang mandi dulu ya," kata Edzard. "Iya, Bang," jawab Rere, wanita itu hendak berdiri namun Edzard menahannya. "Kau mau ke mana?" tanyanya. "Rere akan buatkan Abang kopi panas," jawab Rere. "Tidak perlu
Baca selengkapnya

145. Pertemuan Edzard dan Evelyn

      Ada beberapa pertanyaan yang menggelayut di benak Edzard untuk apa Evelyn datang dengan sembunyi-sembunyi. Jantung Edzard berdetak semakin cepat, dia menghela napas menahan gejolak yang dalam dada. Edzard mencium sang bayi yang berjenis kelamin perempuan itu untuk menghilangkan aroma Evelyn, mantan istri keduanya. Aroma memikat yang hadir kembali setelah sekian lama berlalu. Edzard kemudian memilih keluar ruangan, mencari kesempatan untuk bertegur sapa dengan wanita tersebut. Dia sabar menunggu di lorong rumah sakit, menyandarkan punggung pada tembok yang terasa dingin inj. Edzard mendongakkan kepala ke atas, melihat langit-langit warna putih bersih, tidak ada sarang laba-laba sama sekali. Seolah lelaki tersebut tengah mencari jawaban atas tidakan konyol yang dia lakukan. Mengapa harus demikian, mengapa dia menunggu wanita tersebut. Begitu pertanyaan mengusik kini, semua kenangan manis dan pahit berseliweran dalam benak Edzard, seolah menari, mempermainkan. Mesk
Baca selengkapnya

146.Kesayangan

      Begadang, kurang tidur dan lelah, hal lumrah bagi pasangan suami istri yang baru memiliki momongan. Edzard senantiasa membantu mengurus buah hati mereka. Tangisan pecah bayi di rumah utama keluarga Devan menambah riuh, kakek dan nenek si bayi juga membantu sebisa mungkin. Bayi kecil yang belum memiliki nama. Ritual unik bagi Rere juga dijalankan saja oleh wanita muda tersebut, tradisi warisan nenek moyang. Di mana selama empat puluh hari Rere mengenakan jarik yang dililit dengan stagen. Ada pula bagian pelipis yang diulas dengan sesuatu berwarna coklat dan berbau khas. Tidak lupa selama itu Rere juga menjaga pola makan, lebih tepat disebut ‘ngayep’ istilah makan dengan makanan tanpa digoreng, hanya direbus, tidak boleh makan-makanan yang berbau amis, seperti daging dan juga ikan. Kata Nyonya Devan, agar luka di dalam tubuh cepat sembuh dan tidak berbau amis yang sangat. Edzard sempat bersitegang dengan penuturan sang ibu, meski Rere melakuk
Baca selengkapnya

147. Benalu Cinta

Rere tersenyum bahagia, malam upacara selamatan, cukuran, pemberian nama sekaligus aqiqah pada empat puluh hari kelahiran putrinya. Acara sederhana digelar hanya keluarga terdekat yang hadir. Rere sudah berdandan dengan anggun dalam balutan kebaya warna emas dengan jarik warna hitam motif batik. Wajah Edzard nampak bersemu merah terpana akan kecantikan Rere. Ah, tidak bosan dia menatap, memandang wajah cantik yang tengah berjalan mendekat.        "Kamu cantik," bisik Edzard.         Rere tersenyum manis, wanita itu memandang Edzard yang terlihat sibuk bercengkrama dengan saudara yang hadir. Sang suami nampak gagah mengenakan baju batik lengan panjang warna coklat perpaduan cream. Pengajian atas pemberian nama putri keduanya, dengan nama Larisa Edzard. Acara berjalan dengan lancar hingg
Baca selengkapnya

148. Sepahit Empedu

     Pendar menyembul ke permukaan dari atma. Mengecap manis meski sebuah empeduKerikil tajam yang terpijak bak tanpa rasa, jalan pun masih berlalu lintas deminya. Pesona yang tidak mampu terelak, mendendangkan kidung rindu yang menggelegak. Meski hati berlawan, tidak. Namun, rasa tumbuh bernas tanpa mampu menolak. Oh kama, mengapa harus demikian? Renjana tidak mampu untuk ditolak, buliran bening berambai-rambai tidak sepadan pada kukungan memukul penuh sesak      Dia pun berlalu tanpa menoleh, menyisakan lara memikul pilu. Sayatan bernanah telah kembali menggores, pada atma yang disinggahi lalu, kesabaran telah habis, pengorbanan telah menepis, dan rasa cinta mulai terkikis. Betapa hancur lebur sudah perasaan melihat Rere melihat kebersamaan Edzard dan Evelyn. Lebih memilukan ada seorang anak kecil di antara mereka. Dengan tatapan penuh kasih sayang Rere melihat Edzard mengelus kepala bocah lelaki itu. Sakit, sudah pasti, apa yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
25
DMCA.com Protection Status