Semua Bab Godaan Memikat Lelaki Penguasa: Bab 161 - Bab 170

247 Bab

Senyum di Akhir Kemarau

      Kesalahpahaman berakhir, suatu hal mungkin memang akan menjadi salah paham, menjelaskan pun tidak akan ada artinya lagi jika tanpa bukti. Bagi Edzard sendiri cukup sekali dia menjelaskan, jika semakin mengelak pun malah akan membuat dirinya seolah berkilah. Dan di samping Edzard lah Rere sekarang berada, setelah banyak sekali luka yang mampir menghampiri. Walau tidak ada sisa sekali pun di hati sang suami, Rere tetap menyusul Edzard di villa. Dia menghapus linangan air mata dengan tangan. Tidak inhin terlihat menyedihkan, suara binatang malam terdengar mengusik, siapa peduli. Fokus Rere ada pada wajah lelaki yang dia cintai, ah sebesar itu rasa cinta Rere hingga membuat dirinya begitu tidak rasional. Bergegas pergi menghampiri Edzard ke villa tanpa persiapan. Menyesal pun tidak guna, tidak ada lagi kata sangsi dalam cinta yang telah terpatri. Bukti nyata yang Rere pasrahkan, atas rasa yang memperdaya dirinya tersebut.        Kebahagia
Baca selengkapnya

Season 3 (Mas, Ijinkan Aku Selingkuh)

    Terlahir dengan tubuh mungil dan imut, sangat terlihat manis benarkah begitu? Namaku Larisa Edzard, putri semata wayang Edzard Devan dan Rere Ayu Ananta. Bagi sebagian orang imut memang menggemaskan tetapi tidak denganku. Banyak cobaan innalillahi memalukan jika teringat. Pernah satu kali aku putus dengan pacar hanya karena kedua orang tuanya menganggap aku, anak di bawah umur. Aku diusir dengan tidak hormat dari rumahnya, sungguh memalukan. Helo, apa tidak bisa membedakan wajah anak di bawah umur dengan gadis berusia sembilan belas tahun ini. Rasanya aku ingin sekali membakar rumah orang tersebut. Seperti sebuah kutukan yang tidak mendasar, memalukan dan juga membuat gundah.        "Kamu itu imut, Larisa, dan itu anugrah," kata Elizabeth Kenzo, sahabat terbaik yang usianya satu tahun lebih muda dari aku namun, tubuhnya tinggi semampai, dengan body bak gitar spanyol, aduhai-lah pokoknya.        "Imut dilihat dari
Baca selengkapnya

161. Sahabat Brengsek

        Beruntung memiliki sahabat yang mau menerima apa adanya. Toh kedua orang tua kami, juga saling kenal dan saling berhubungan baik, itu sebabnya kami pun menjadi dekat. Keberadaan mereka dalam suka maupun duka adalah hal terindah yang saat ini aku syukuri sebagai anak baru gaul yang masih labil. Terkadang yang suka khilaf dan berbuat nakal namun, tetap pada jalurnya setelah mendapat ceramah panjang lebar dari Delon. Semesum atau pun laknat kami masih tahu batasan yang tidak boleh dilanggar.        Saat ini kami sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan. Shopping dan berakhir makan. Sesekali cuci mata memandang orang-orang yang lewat. Terutama dua cowok brengsek yang duduk dengan mata melotot melihat body semok bohay yang berjalan bak model. Aku dan Elizabeth nyengir dengan perasaan geli, merinding rasanya. Membayangkan apa tidak lelah wanita semok tersebut berjalan lemah gemulai bak di atas catwalk. Rasanya aku ingin menendang p
Baca selengkapnya

162. Di Bawah Umur?

     Aku menangis sesengukan hingga terlelap, ketika bangun mata terasa perih dan bengkak. Kepala terasa pening seketika. Ah, rasanya malas untuk keluar kamar, bahkan tubuh ini masih mengenakan mantel handuk. Aku beringsut duduk lalu mengedarkan pandang, barang-barang berserakan di lantai tidak ada lagi, ibu pasti sudah merapikan tempat ini. Kuhela napas panjang, buku-buku di rak tertata rapi dan masih dalam keadaan banyak, kurasa ibu tidak membuangnya.      Membayangkan wajah mara ayah membuat aku sakit, aku tahu kesalahan ini sangat fatal, bandel, nakal itulah Larisa Edzard. Dada ini semakin sesak membayangkan tutur kata ayah, ketika hendak mencarikan calon suami. Semengerikan itu kah kesalahan yang aku perbuat hingga membuat ayah hendak menikahkan aku. Ah, rasa di dada semakin sesak, ayah yang selama ini baik, penuh canda, bertutur lembut nan hangat. Berubah seperti monster ketika marah,sungguh mengerikan. Tatapan mata tajam seperti menguliti
Baca selengkapnya

163. Club Malam

     Keributan kecil di depan sebuah club malam membuat kerumunan orang-orang memandang ke arah kami. Sebagian besar menatap aku sangsi ah, rasanya seolah dikuliti, sungguh menyebalkan. Ingin aku cabik-cabik saja wajah mereka hang menertawakan aku. Hampir aku menangis saking malu andai saja tidak ada Delon dan juga Elizabeth yang menghampiri. Aku mengeluarkan kartu tanda penduduk, menyerahkan kepada petugas sialan itu. Dari usia kini beralih ke undangan.        "Dengar ya, Dek, kami hanya menjalankan tugas, club ini khusus bagi orang-orang tertentu saja," kata seorang lagi. Oh, amarahku sudah hampir meledak rasanya.       "Dan hanya bisa masuk jika ada undangan per orangan," lanjut yang satunya. Aku menenangkan diri, menahan emosi yang seperti banjir bandang siap meluluh
Baca selengkapnya

164. Kemalangan Larisa

    Beberapa waktu sebelumnya, di kediaman Kenzo Julian. Kedatangan Edzard disambut oleh Rafael dan juga Helene. Tanpa basa-basi lelaki itu menyerahkan kaset terlarang yang putra dari sahabatnya Kenzo titipkan di Risa. Edzard berulang kali menghela napas panjang nan berat, pertanda lelaki itu tengah menahan emosi. Helene dan Rafael malah merasa ngeri melihat kediaman Edzard. Berulang kali wanita bertubuh sintal di usianya yang sudah berumur itu melirik tajam ke arah sang putra. Dasar si Rafael, tanpa rasa berdosa pemuda itu meringis saja. Beberapa detik berlalu dengan saling diam, ruang tamu nan mewah dengan cat warna cream dan sofa berwarna emas. Suasana mencekam, sudah pasti, Helene berulang kali mengumpat sang putra dalam hatinya. Kebrengsekan Kenzo benar-benar mengalir di darah Rafael.       'Papa sama anak sama saja kelakuannya, astaga, pembuat o
Baca selengkapnya

165. Rencana Menikahkan Larisa

      Elizabeth kemudian berpamitan usai mendengar kabar menggemparkan yang dibawa Edzard. Sudah dipastikan gadis itu pasti sedang pergi ke rumah sahabat terbaiknya untuk menghibur. Helene menggelengkan kepala dengan keputusan mendadak Edzard. Rafael semakin tertekan merasa bersalah. Drum mobil memasuki rumah mewah itu sampai tidak terdengar lantaran ketiganya masih bersitegang dengan keputusan kocak yang Edzard utarakan.      "Siapa yang hendak kau nikahkan?" tanya Kenzo yang tiba-tiba sudah berada di samping mereka bersama. Semua mata kompak tertuju kepada lelaki yang berdiri kokoh itu di depan pintu bersama Adelard.       "Lelaki gila ini akan menikahkan anaknya yang masih muda," keluh Helene.    
Baca selengkapnya

166. Bujangan Tua

     Aarav baru saja memasuki club malam miliknya, dia mengedarkan pandang, kemudian mendapati sang adik dan teman-temannya berada di ruangan atas. Lelaki itu tersenyum, lalu kembali berjalan mendekati bartender. Sudah ada seorang wanita sexy, wanita sewaan yang sudah dipersiapkan anak buah Aarav. Seperti biasa ketika dia merasa penat, maka waktu baginya untuk menghibur diri. Tentu saja setelah memesan wanita panggilan dengan kriteria kesehatan yang sudah teruji terlebih dahulu. Aarav tidak ingin terkena penyakit menular bahkan, beberapa kali lelaki itu juga menyuruh anak buahnya membawakan seorang wanita perawan, sudah cukup umur pastinya.        Aarav juga sosok lelaki yang tidak mau repot, dia memaksa wanitanya untuk meminum pil kontrasepsi, tidak mau dia jika sampai ada wanita yang mengejarnya secara tidak tahu malu. Perbuatan tidak terpujinya itu dia lakukan dengan aman dan diam. Tidak mungkin dia mengumbar aib, apalagi memberikan
Baca selengkapnya

167. Butuh Tempat Pelepasan

     Aarav tertawa, membiarkan wanita itu meraba miliknya di balik celana. Wanita tersebut begitu antusiasme. Aarav juga merasa percaya diri, dia menatap dalam wanita yang menggoda itu. Bagian miliknya adalah dambaan wanita. Banyak diluaran sana yang menginginkan untuk ditidurinya lagi, performa yang bagus serta ukuran yang begitu besar tidak seperti pada umumnya, pasti desas-desus itu sudah terdengar di kalangan wanita dari mulut ke mulut. Ah, gosip hot memang menjadi trend luar biasa.         "Aku sangat tidak sabar benda ini mengobrak-abrik milikku," kata wanita tersebut.        Aarav terkekeh, "Mau ke bawah sana untuk berolah raga?" tawar Aarav mengacungkan jari menuju ke arah beberapa orang bergerak mengikuti alunan dentuman musik.        Wanita itu menggeleng, "Aku ingin langsung beecumbu denganmu," ujarnya.       "Dasar tidak sabaran," keluh
Baca selengkapnya

168. Larisa Mabuk

     Emir meletakkan tubuh Larisa di ranjang sebuah kamar yang telah dia sewa sebelumnya. Kamar untuk beristirahat, Emir tidak bisa begitu saja pamit pulang ke rumah lantaran menghargai para teman-teman atas suka cita merayakan hari kelahiran pemuda itu. Mana mungkin mereka memberikan izin dirinya pulang lebih awal. Pantang pulang sebelum pagi, begitu selalu semboyan mereka. Bermain sepuas hati, berkaraoke, bahkan kadang juga minum sampai puas.       Siapa yang menyangka kamar tersebut kini akan ditempati Larisa. Gadis ceroboh itu selalu seenaknya namun, Emir sudah terlanjur cinta, mau bagaimana. Pertemuan kembali setelah sekian lama berpisah lantaran dia harus ikut kedua orang tuanya yang sedang menjalankan bisnis di negara lain. Kini saat pulang, tidak ingin Emir menunda lagi untuk menyatakan cinta pada Larisa. Berlian mahal dia bawakan sebagai hadiah untuk wanita yang sejak masih kecil dia cinta. Cinta monyet, cinta pada pandangan pertam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
25
DMCA.com Protection Status