Semua Bab Godaan Memikat Lelaki Penguasa: Bab 171 - Bab 180

247 Bab

169. Wanita Sewaan

    Bugh! Bagh! Pukulan keras mendarat di pipi Emir beberapa kali, pemuda itu terhuyung-huyung hampir terjerembab. Emir menegakkan tubuh menatap nyalang lelaki brengsek yang tiba-tiba memukulnya. Dia tidak mengenal lelaki itu namun, sikapnya sok sekali, membuat Emir naik pitam. Pemuda itu bersiap melawan, dia berjalan cepat lalu melayangkan tinju, gagal, lawannya jauh lebih sigap menghindar. Pukulan Emir mengambang di udara.       "Sial!" pekik Emir, dia menegakkan tubuhnya kembali, merasa geram dipermainkan lelaki brengsek itu.       Aarav sendiri tertawa mengejek pemuda yang dia anggap sok itu. Yah, andaikata Emir mau mengalah lalu memilih pergi duel sengit itu tidak akan terjadi. Namun, Emir bukan pria brengsek yang mau meninggalkan Larisa bersama lelaki yang tidak tahu asal-usulnya.       "Untuk terakhir kali, aku minta kau pergi dari sini, atau kau mau aku adukan pada Edzard atas tinda
Baca selengkapnya

170. Tak Mampu Menahan

     Sampai di depan rumah, Aarav bergegas menggendong kembali tubuh Larisa. Sesekali dia menatap gadis yang mulai gusar tersebut. Lelaki tersebut masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa, kemudian berbelok ke arah samping menuju kamar tamu. Pelan, begitu lembut Aarav memperlakukan Larisa. Gadis kecil yang dia tahu tumbuh kembangnya. Aarav tersenyum, mendadak dia berpikir. Apakah akan seribet itu jika dia memiliki anak nanti. Ah, membayangkan pernikahan membuat dada Aarav nyeri. Cinta yang tumbuh bukan pada tempatnya membuat dia harus rela dan ikhlas. Dia tidak ingin mengejar bukan karena tidak mampu menaklukan. Namun, posisinya berada di titik salah, yang dicinta tidak mencintainya, wanita itu bahagia mencintai yang lain.      Larisa meracau, entah apa yang digumamkan gadis itu Aarav tidak tahu. Lelaki itu terkekeh, keadaan mabuk saja bisa seimut itu
Baca selengkapnya

171. Sadar

     Napas Aarav memburu, dia benar-benar kehilangan kendali. Hampir saja lelaki itu memangsa gadis tidak berdaya di hadapannya. Terlebih tidak ada perlawanan dari Larisa kecuali tubuhnya yang menggeliat. Gila, apa yang dilakukan Aarav benar-benar kegilaan. Seharusnya dia lebih bisa menjaga diri terlebih dengan gadis kecil itu. Namun, belenggu godaan telah merangsek, masuk memenuhi pikiran. Beruntung, dering ponsel di saku celana membuatnya terusik, kembali ke alam sadar.      "Astaga apa yang baru saja aku lakukan, untung ponsel berbunyi," keluh Aarav meraup wajahnya gusar. Dia bangkit berdiri, menghela napas dengan teratur, menepuk pipi yang terasa memanas, menekan kembali hasrat yang menyeruak. "Tenanglah, Aarav kau memang salah tetapi bukan itu, ada hal yang lebih penting sekarang," desis Aarav. Dia merapikan selimut milik Larisa, menatap kembali ke arah bibir yang terlihat mungil bengkak. "Maaf, aku terlalu bersemangat," keluh Aarav tanpa b
Baca selengkapnya

172. Ayam Tetangga

      Aarav menyipitkan kedua mata, mengamati sosok yang mengetuk kaca mobilnya. Hari sudah gelap, lampu jalan pun samar  menerangi tempatnya memarkirkan mobil. Seorang wanita dengan pakaian sexy nampak samar. Aarav membuka pintu lalu keluar, wanita tersebut tersenyum nakal. Lalu tangan kanannya meraba dada berbalut jas tersebut.       "Mengapa kau lama sekali baru kemari lagi, aku menanti dirimu dari tadi, Bos," ujar wanita tersebut manja. Dengan suara dibuat sesexy mungkin.        Aarav menghela napas panjang, dikira Aarav akan tergoda. Sungguh sayang, entah mengapa mendadak lelaki tersebut merasa tidak bernafsu meski disuguhkan dengan wanita bertubuh sintal aduhai di hadapannya. Aarav memijat keningnya, menatap wanita dengan dress pendek, super ketat dari at
Baca selengkapnya

173. Adik!

     Mobil akhirnya berhenti setelah Aarav mengancam sang adik. Lelaki itu duduk kelelahan dengan punggung bersandar di punggung jok. Napasnya memburu, dia menatap sang adik dengan tatapan tajam. Delon meringis tanpa berdosa. Beberapa saat hening seketika, mobil kembali dinyalakan. Delon menyetir, melajukan mobil keluar dari area club malam itu.         "Kau benar-benar menjengkelkan, dasar!" ujar Aarav setelah mulai tenang. "Rasanya aku ingin melempar dirimu ke tempat sampah," lanjutnya.         "Huhu … aku takut," cicit Delon dengan ekspresi pura-pura takut.         Aarav mengenakan sabuk pengaman. Tidak mungkin bagi dirinya marah terlalu lama, meski saat bercanda Delo
Baca selengkapnya

174. Menikah

    Aarav menyetir mobilnya masuk ke dalam kediaman sang ayah, menoleh sebentar ke arah adiknya yang masih sibuk bermain ponsel. Beberapa ingatan yang beberapa saat lalu terjadi membuatnya terkekeh. Ketika dirinya membabi buta memukuli seorang pemuda demi seorang gadis ingusan. Lalu ingatan beralih ke adegan ciuman panas untuk Larisa, ah itu membuatnya tersipu malu.  Delon berhenti memainkan ponsel menatap sang kakak dengan penuh tanda tanya. Bertanya dalam hati apakah lelaki tersebut kesambet demit yang baru saja dugem atau mungkin lelaki itu sudah setengah akal sehatnya lantaran kelamaan menjomblo. Entahlah, Delon pun tidak tahu, dia masih terbengong seper sekian detik sampai Aarav menatap sang adik dan berhenti tertawa.       “Mengapa kau menatap diriku seperti itu?” tanya Aarav.       “Enggak apa, Bang,” jawab Delon, ketar-ketir melihat tatapan tajam Aarav.      
Baca selengkapnya

175.Rencana Perjodohan

       Kalimat yang terlontar dari mulut sang ayah bak petir menyambar di siang bolong. Terkejut sudah pasti Aarav sampai menyemburkan teh yang belum sempat dia telan tersebut, dia terbatuk-batuk seketika. Mana dia menduga jika sang ayah menyebutkan nama bocah imut itu. Lelaki itu mengelap mulut basahnya dengan ujung jas warna putih yang dia kenakan. Dia terkekeh tanpa henti. Berpikir sebelumnya sang ayah akan menyebutkan nama dari sederet usaha wanita yang sukses atau setidaknya anak pejabat.       “Astaga, Ayah, berhenti main-main, jangan bercanda,” keluh Aarav.       “Aku tidak bercanda, menikahlah dengan Larisa, Edzarsd sedang mencari calon menantu. Aku rasa tidak ada wanita baik di luar sana kecuali dari keluarga yang sudah kita kenal baik seluk-beluknya,” terang Adelard.       “Aku sangat terkejut Ayah merekomendasikan si imutku,” cicit Delon, “untuk
Baca selengkapnya

176. Menginap

      Udara terasa dingin kala Aarav keluar dari mobil. Tatapannya menjurus ke arah rumah. Samar melihat sosok yang dikenal. Aarav di sambut Edzard yang sudah duduk di kursi teras bersama sang istri. Lelaki itu mempercepat langkahnya menghampiri. Tersenyum sumringah kemudian menyalami tamunya. Sudah ada teh dan camilan, ah, sang asisten rumah tangga mungkin yang menyiapkan untuk mereka.       "Kenapa tidak menunggu di dalam?" tanya Aarav, "kalian sudah lama datang?" tanyanya lagi.        "Kami lebih nyaman di sini," ujar Edzard.       "Astaga, udara sudah mulai dingin," kata Aarav menepuk jidat. "Mari kita masuk," ajaknya.       "Kami ingin cepat pulang saja, ngomong-ngomong di mana Larisa?" tanya Rere.        "Dia di kamar tamu, apa tidak lebih baik kalian menginap saja, sudah terlalu malam saat ini," tawar Aarav. &n
Baca selengkapnya

177. Godaan

      Edzard menatap langit-langit ruangan. Lampu gantung berhias kristal bening menggantung di bagian tengah, menambah kesan megah ruangan. Di rumah mewah itu, Aarav sendiri, Edzard pun merasakan sepi dalam tatapan rekannya itu. Entah apa yang membuat Aarav tidak membuka pintu hatinya yang pasti lelaki itu melihat kesepian yang pernah dia lihat pada tatapan Kenzo dahulu. Edzard tidak ingin berspekulasi dengan pemikiran yang dia lihat dari satu sisi.       "Doakan aku mendapatkan jodoh terbaik," jawab Aarav pada akhirnya setelah mendengar cerita Edzard.       "Aku mendoakan yang terbaik untukmu, kawan," kata Edzard.        "Sudah larut, silahkan beristirahat," ujar Aarav kemudian.        "Terima kasih," ucap Edzard, "selamat istirahat," imbuhnya.       Mereka berdua berlalu pergi, Edzard menyusul sang istri sedangkan Aarav masuk k
Baca selengkapnya

178. Sentuhan yang Memabukkan

     Terlihat Larisa menyentuh dada bidang Aarav, yah, gadis kecil itu duduk di atas tubuhnya, tatapan mata terlihat menawan. Ah, sungguh membuatnya terjerat. Ditambah bibir gadis itu menggigit bibir bawah, sungguh terlihat sexy. Keduanya terhanyut dalam sentuhan, tanpa kata hanya perbuatan yang menjadi tindakan melakukan hal lebih. Aarav tanpa ragu membaikkan tubuh kecil itu. Larisa tidak menolak, lelaki tersebut tersenyum smirk. Melumat bibir itu dengan gairah, tubuh bereaksi keras.        Persetan dengan semua yang ada, Aarav seperti ketagihan menyentuh Larisa. Satu tarikan dress yang dikenakan gadis itu lepas, semudah itu. Tidak menunggu waktu lama, Aarav menyatukan milik keduanya. Aarav mengerang, perasan yang entahlah muncul seketika.      Dia masih memejamkan mata, kilauan cahaya menyinari membuat Aarav terganggu. Netranya menyipit kemudian dia menengok ke sekeliling. Sepi, apa yang terjadi hanya mimpi, bu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
25
DMCA.com Protection Status