“Mas, jangan bicara seperti itu. Tuhan lebih sayang kepada anak kalian,” kata Hanna.“Iya, kamu benar. Tuhan lebih sayang pada calon anak kami, untuk itulah Tuhan mengambilnya kembali karena kami bukan orang tua yang tepat yang mampu merawat titipan-Nya.”“Lang, kamu jangan bicara seperti itu.” Sang tante kembali duduk di samping Gilang, lalu memeluk keponakannya. “Kamu harus kuat.”“Iya, Tante.” Gilang menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Ia melakukannya berulang-ulang.“Han, maafkan Tante. Bukannya Tante mengusir, tapi Haris juga butuh kamu, Sayang. Kamu temani suamimu aja, ada kami yang menunggu Naya.”Hanna mengusap air mata yang membasahi pipinya. “Iya, Tante. Aku lupa, tadi aku keluar untuk memanggil perawat karena ada darah di selang infus Mas Haris.”“Sayang, kan ada alat panggil perawat,” kata Tante Anin mengingatkan.“Iya, Tante, tadi aku lupa saking paniknya melihat darah di selang infus.”
Terakhir Diperbarui : 2022-04-10 Baca selengkapnya