Keringat dingin mengucur deras membasahi sekujur tubuh Karina. Dia sudah mulai mual sejak masih di bandara tadi. Nayra tak henti terus saja memotivasi agar dia bisa lebih berani. "Demi ketemu Mas Raka, loh, Mbak," bujuknya berkali-kali, tapi tak mampu meredam rasa takut dan nerveous yang tengah berkecamuk hebat dalam dada Karina. Perutnya serasa diaduk-aduk di dalam sana. "Ya, Allah, Mbak Karin! wajahmu sampai sepucat ini!" pekik Nayra, "Mbak Karin nggak usah temenin aku deh, Mbak. Serius, nggak apa-apa. Daripada Mbak Karin kenapa-kenapa nantinya." Nayra menggenggam tangan Karina yang sedingin es, menghapus keringat dingin yang mengucur di wajah Karina. Laksana ada mata air di pori-pori kulitnya yang memancarkan begitu banyak air keluar dari wajahnya. "Maaf, Nay, sudah merepotkanmu. Aku baik-baik saja kok, aku cuma ketakutan dan mabuk juga. Jangan biarkan aku berhenti sampai di sini! Bagaimana aku bisa tau
Baca selengkapnya