All Chapters of CEO Mencari Cinta: Chapter 81 - Chapter 90
273 Chapters
Sebesar Itukah Cintamu?
“Terserah lo, lah. Gue sudah nyerah ngasih tahu lo. Gue Pamit dulu,” pamit David. Lelaki bermata sipit itu menata tools box-nya, kemudian beranjak pergi setelah menuliskan resep. Ilham mengantar lelaki itu sampai depan pintu. David melambaikan tangan kemudian masuk ke lift yang terletak agak jauh dari ruangan itu. Ilham masuk kembali ke ruangan-nya. Aditia masih setia duduk di sofa itu. Dengan langkah jenjang-nya, Ilham melangkah menuju ke kursi, kemudian menduduki kursi kebesarannya. Aditia melanjutkan kembali menjelaskan hasil analisanya.    “Menurutmu, bagaimana kita bisa menghancurkan CV. Merbabu?” tanya Ilham. “Itu sudah jelas, Bos. Dengan kasus itu saja, bos bisa menghancurkan dua sekaligus. Pertama, CV. Merbabu kemudian yang kedua pejabat yang terkait,” ucap Aditia. “Pejabat? Ah, yang terkait berarti bagian penggandaan barang. Tapi, bukannya
Read more
Hujan Membawaku Padamu
Dia sudah bertekad, bahwa tidak akan pernah rela membiarkan air mata Tias menetes lagi. Lelaki dengan baju kemeja berwarna putih itu mengepalkan tangannya untuk meredam emosi. Jangan sampai, karena emosi menjadikan semua berantakan. Dia akan memakai cara-cara elegan untuk memporandakan seorang Galih. Ya, tidak perlu mengotori tangannya dengan sarkasme, dia akan hancur sendiri jika itu terjadi. Tinggal tunggu tanggal mainnya. Sorot mata elangnya siap menghujam jantung lawannya. Aditia pamit pulang. Sedangkan Ilham masih setia dengan laptopnya di ruangannya. Mendung mulai menggelayuti kota Bogor. Kota yang memiliki sebutan kota hujan ini memang selalu mengguyurkan air langit tanpa terduga. Petir mulai bersahutan, dan kilat terlihat berkedip-kedip di luar gedung. Karena ruangan dia di lantai lima dan berdinding kaca di bagian luar, maka dengan mudah dirinya melihat kejadian di luar gedung itu. “Sepertinya turun hujan lagi. Baiklah, mungki
Read more
Apa Yang Terjadi?
Sampai di persimpangan jalan menuju kompleksnya, terdapat kecelakaan sehingga kemacetan sedikit mengular. Dia mengumpat sejadi-jadinya. Karena kemacetan itu, sehingga memilih untuk ambil jalan memutar. Akan lebih jauh sedikit, dari pada menunggu macet yang tidak tahu kapan berakhir. Dia melajukan mobilnya mundur dan putar balik mencari jalan yang lebih lancar. Lelaki bebibir tipis itu melajukan mobilnya sangat cepat. Bayangan Tias menguasai benaknya sepanjang jalan tanpa henti. Dari kejauhan, puncak apartemennya sudah terlihat. Dia melajukan mobilnya semakin kencang. Setelah sampai di gerbang basement, dia mencari tempat parkir, yang memang terkhusus untuk dirinya dan mobil-mobil kesayangannya. Dia keluar dari mobil dengan sedikit tergesa-gesa. Cicitan sekali mnandakan pintu terkunci sempurna. Melihat salah satu penghuni apartemen yang datang, satpam penjaga basement mencegatnya, bermaksud memberi tahu bahwa ada seorang wanita mencarinya. &l
Read more
Menggantikan Pakaian Tias
“Yas, kau di sana?” Ilham membuka lebar pintu itu. Dia melihat sesosok wanita ada di tangga paling atas, dan meringkuk. Tubuhnya terlihat gemetar dan menggigil. Gemeretuk giginya saling beradu menandakan wanita itu menahan sekuat tenaga rasa dingin bercampur takut. Ilham membelalakkan mata sipitnya, melihat bahwa wanita itu adalah yang dicari. “Yas, apa yang terjadi? Kau tidak meneleponku kalau mau kemari sebelumnya?” Lelaki itu mendekat dan memeluk Tias yang ada di pojokan. Wanita itu sudah menggigil kedinginan karena pakaiannya basah kuyup. Wanita itu terlihat lemah dan lemas di tangga darurat itu. Lelaki itu menebarkan sedikit kehangatan kepada Tias, sehingga Tias sedikit tenang dan tidak lagi menggigil. “Badanmu sangat panas, Sudah berapa lama?” Ilham terus saja nerocos.Tapi Tias tidak bisa menjawab bibirnya kelu untuk mengatakannya. Pikirannya masih sadar untuk mendengar semua perkataan dari lelaki it
Read more
Juniorku Menegang (21+)
Berulang kali dia membuka tutup gawainya, kira-kira siapa yang akan dihubunginya? Tidak mungkin dia mengganti pakaian wanita itu sendiri. Bisa-bisa, bablas menghabisinya. Satu-satunya bantuan, adalah David. Tepatnya istrinya,  namun dalam keadaan hujan besar begini, siapa yang mau ke ruamahnya? Aditia? Dia sama-sam laki-laki. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya dia memberanikan diri mengganti pakain Tias sendiri. “Mau tidak mau, harus gue sendiri yang menggantikan. Duh, siksaan banget kalau begini. Dilihatin, dosa. Kagak dilihat, sudah melihat. Ck, paling benci berada di persimpangan seperti ini,” keluh lelaki bertubuh atletis itu. Dia merem-melek melihat tubuh molek Tias yang terbaring lemas. “Kalau gue biarin, bisa-bisa dia tambah sakit,” bimbang Ilham. Dia mondar-mandir di ruangan itu. Tidak tahu, harus melakukan apa. Setelah sedikit lelah, dia duduk dan memikirkan cara terbaik untuk menggantikan bajunya.
Read more
Rangsangan (21+)
  “Bismilah. Ya Allah, kali ini lebih ekstream.” Dia akan melihat tubuh indah Tias bagian bawah. Siksaan itu makin gencar membayangi batinnya. Dia akan melihat lembah hijau milik Tias. Lembah yang ditumbuhi rumput liar bahkan padi yang lebat. Bisa dibayangkan, bagaimana susahnya dia menahan diri. Terlihat di sudat bibirnya air liur akan menetes di bibirnya. Berkali-kali dia menahan nafasnya sangat berat di tenggorokan. Dia belum bisa membuka bagian bawahnya. Berulang-kali dia urungkan niatnya itu.   “Sepertinya, aku tidak sanggup. Akan tetapi, ini demi kebaikan Tias. Bagaimana ini?” Lagi-lagi dia berjalan mondar-mandir di ruangan itu. Dia akan melakukannya, apapun yang terjadi nanti.   “Ah, bodoh ....” Dia kemudian mulai melucuti pakaian Tias dengan cepat. Namun, tentu tetap melihat lembah itu dengan jelas. Ah, rupanya dia wanita yang pandai membersihkan diri. Di sana terlihat bersih tanpa rumput liar sedikit pun. Dia tersenyum.
Read more
Tamu Tak Di Undang (21+)
Dia tergagap kemudian teringat akan misinya ingin menyadarkan wanita itu. Diambil selembar kapas, kemudian diteteskan minyak kayu putih dan diarahkan ke hidung Tias. Sekali, tidak ada reaksi. Dia tambahkan lagi lebih banyak minyak kayu putih agar rangsangan bau ke otaknya semakin cepat pula. Namun Tias tidak terbangun juga. Muncul sifat usilnya. Dia melumat habis bibir kekasihnya itu hingga wanita itu melenguh merasakan sensasi hangat yang mendera pada bibirnya. Ilham merasakan tubuhnya menuntut lebih. Hingga tangannya bergerak di dada Tias. Tias mulai mengerutkan keningnya. Kemudian, berlahan-lahan  membuka matanya, disertai dengan bersin-bersin. Rasa dalam dada Ilham melega sekaligus kecewa bersamaan karena dengan Tias bangun maka berakhir pula aksinya mencumbu sang kekasih. Akhirnya, Tias dapat membuka mata. Tias menutup-buka mata berkali-kali untuk menyesuikan cahaya yang masuk dalam pupil matanya. Wanita itu belum menyadari bahwa dia bukan berada di ru
Read more
Milea Beraksi
Dia coba membangun kembali gairah dalam diri Tias. Akan tetapi, bel lebih gencar mengalun, hingga dia mengalah dan keluar untuk membukakan pintu sambil ngedumel. “Nggak punya otak! Ngak tahu apa, kalau aku sedang berusaha. Kurang ajar!” sambil jalan kedepan, lelaki itu terus saja ngedumel tak karuan. Mulutnya komat-kamit tak karuan. Lelaki itu membuka anak kunci, kemudian menarik pintu depan. Dia mengerutkan keningnya, melihat sesosok yang datang. “Kamu? Mau ngapain kemari?” tanya Galih. Galih mendorong tubuh seorang wanita yang bertamu itu ke pojokan. “Ngapain? Kamu itu yang apa-apan. Kamu menghilang setelah menikmati semuanya.” Wanita itu mengarahkan tangannya ke wajah Galih. Kilatan kemarahan membuncah di mata wanita itu. Wanita itu rasanya seperti ingin menerkam dirinya. “Dengar ya, Milea! Aku sama kamu hanya kenikmatan sesaat. Tidak ada apa-apa. Lagian,
Read more
Surat Kutukan
“Aku tidak bohong! Pulanglah! Dan jangan kemari lagi! Atau Tias tahu, berarti kita berakhir.” pinta Galih. Sambil memegang lengan samping Milea. Wanita itu tidak terima dengan perlakuan Galih. Dia menyunggingkan senyuman, karena melihat istrinya Galih. Terlambat Galih, Tias sudah mengetahuinya. Saat mereka bicara, Tias berada di balik dinding dan mendengarkan semuanya. Sekuat tenaga, Tias menahan untuk tidak menangis. Tias melihat wanita itu akan pergi. Ini kesempatannya untuk membuka semua, dan menanyakan apa yang terjadi. “Eh, ada tamu rupanya. Kenapa nggak masuk, Mbak. Masuk, yuk!” ajak Tias. Mereka berdua gagap. Akan tetapi, Galih dengan otak buayanya berkilah. Dia harus menghentikan Tias dan Milea, kalau tidak mau semua jadi berantakan. “Kami sudah selesai bicara dan Milea akan pulang. Dia buru-buru katanya, Sayang. Iya ‘kan Milea?” kode Galih. Tias tersenyum kecut. Dia sang
Read more
Hargai Keputusanku
Tias dengan pelan-pelan membuka surat itu. Dengan seksama dia baca larikan demi larikan kalimat yang ada pada surat itu. Dadanya bergetar, setelah membaca kesimpulan terakhir. Akan tetapi, mungkin dia salah baca. Diulang lagi membaca dari atas. Ternyata dia tidak salah. Kaki Tias kelu. Walau belum mengatkannya, Tias tahu yang akan dikatakan wanita itu apa keperluannya berada di sini sekarang. Darahnya bagai berhenti mengalir. Rasanya membeku dan tak bisa melakukan apapun. Tartulis jelas di sana bahwa seorang bernama Milea Carmelia Ningrum usia dua puluh dua tahun dinyatakan positif hamil lima minggu. Tias terduduk lemas di kursi. Dia tunjukan pada Galih apa yang dibacanya. Dunia terasa sangat gelap dan hitam. “Milea, jangan mengada-ada! Ini jelas bukan anakku ‘kan?” tegas Galih. “Dasar pengecut! Setelah mendapatkan seluruh kenikmatan, sekarang kamu mau mengelak? Aku tuntut kamu sampai ke lubang ne
Read more
PREV
1
...
7891011
...
28
DMCA.com Protection Status