Home / Romansa / My Teacher My Husband / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of My Teacher My Husband: Chapter 121 - Chapter 130

148 Chapters

BAB : 120

Sekarang mereka berdua sudah sampai di rumahnya Hani. Sebelumnya Kim juga sudah mengirim pesan pada suaminya melalui ponsel milik Jeje, kalo ia ke rumahnya Hani."Haii ... Tante," sapa keduanya. "Haninya ada, kan, Tan?" tanya mereka saat bertatap muka dengan mamanya Hani yang membuka pintu.''Kimmy, Jeje ... Ayo masuk. Hani ada di kamarnya kok,  kalian langsung temuin aja ya," suruh mamanya Hani pada mereka berdua."Iya, Tan."Mendapat ijin seperti itu, keduanya langsung menuju ke kamar Hani yang terletak di lantai dua rumahnya."Hani!!!!" teriak Kim dan Jeje saat membuka pintu kamar.Rencananya, sih, ingin mengagetkan Hani. Tapi mereka malah yang disambut ratapannya yang drama queen. Gagal deh."Kenapa, sih?" heran Kim.Hani masih mewek-mewek nggak jelas. "Kim ... Dylan datang ngelamar gue," ujarnya di sela-sela tangisnya."Ya elah, mewek lagi," gumam Jeje ,yang langsung menghempaskan badannya di kasur. Matanya san
Read more

BAB : 121

Hani saat ini berada di sebuah cafe. Sesuai janjinya, ia ketemuan dengan Dylan. Ada sedikit rasa canggung yang dirasakan Hani, karna menurutnya Dylan yang sekarang itu berbeda. Ia terlihat lebih diam dan nggak banyak omong."Han, aku masih nunggu jawaban kamu," ujarnya membuka percakapan.Dylan makin top, sekarang manggilnya aku-kamu, bukan lo-gue lagi."Dylan, gue juga butuh waktu buat mikirin itu," ketus Hani"Iya, tapi masalahnya aku nggak punya banyak waktu buat nunggu jawaban kamu itu." Ia mengambil nafas. "Besok aku balik ke LA," tambahnya."Apa? Besok?" Entah kenapa hatinya agak nyesek mendengarnya."Iya. Makanya aku butuh jawaban kamu secepatnya. Lebih tepatnya lagi, sekarang."Hani masih berpikir keras, jawaban apa yang akan ia berikan pada Dylan. Di saat suasana lagi tegang-tegangnya, tiba-tiba seseorang datang menghampiri."Maaf ... Saya mengganggu," ujarnya.Pandangan keduanya beralih pada seseorang yang berd
Read more

BAB : 122

Sepuluh menit sudah ia cuma duduk sendirian, tanpa peduli kalau ini tu sudah jam 8 malam. Apalagi yang ia lakukan kalau bukan memikirkan kata-kata yang keluar dari mulut Alvin tadi."Kamu ngapain?" tanya Alvin yang tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapan Kim, dengan kedua tangannya yang berada di kedua saku celananya."Nggak ngapa-ngapain," jawabnya."Mikirin kata-kataku tadi, ya?"Ia yang awalnya duduk, beranjak dari kursinya dan berdiri di hadapan Alvin."Kak, yang mau aku lakuin ini adalah keinginanku sendiri, tanpa paksaan, sebuah hutang, ataupun syarat," ucapnya."Maksudnya?" tanya Alvin bingung dengan dahi berkerut.Kim tak berkomentar. Dengan sedikit berjinjit, ia langsung mencium bibir Alvin.Awalnya Kim bisa merasakan kalau Alvin kaget. Itu terlihat jelas dari ekspresi wajahnya. Tapi lama kelamaan, ia merasakan kalau suaminya itu mulai menikmatinyaDi saat berniat mengakhiri itu semua, dengan sengaja Alvin malah
Read more

BAB : 123

  Beberapa bulan kemudian....Mulai dari situ, aktifitasnya sehari-hari mulai berubah. Nggak ada yang namanya kuliah, bikin tugas ini, bikin tugas itu, mikirin kuis, mikirin dosen yang super galak. Ia benar-benar cuti.Alvin sudah mengabulkan permintaannya tentang butik. Maka, itulah rutinitas yang ia kerjakan sehari-hari.Di usia kehamilan yang sudah memasuki bulan ke 8, cuma itulah kegiatan yang seharian penuh ia lakukan, karna di rumah pun ia juga bakal sendirian. Untungnya lagi adalah, si dedek bayi yang ada di perutnya merupakan tipe anak yang nggak neko-neko. Mau dirinya makan apapun dan sebanyak apapun itu, manis ,asam, asin kayak nano-nano sekalipun, nggak pernah bikin ia mual, eneg atau apalah itu namanya. Bahkan, ia nggak merasakan yang namanya ngidam. Di bawain makanan ya Alhamdulillah, nggak dibawain juga nggak apa-apa.Lucunya lagi malah Alvin yang mengalami itu semua. Coba kalau Kim yang merasakan itu, bisa-bisa asupan nutrisi
Read more

BAB : 124

"Pagi Pak Restu," sapa Resti yang lagi bersih-bersih."Pagi juga," balasnya. ''Kan aku sudah bilang, jangan panggil, Pak, panggilnya, Kak aja," komentar Restu tak terima.Tuh, kan, bener tebakan Kim. Penciumannya sudah familiar sama ciptaan Tuhan yang satu ini."Kak Restu ... Pliss deh, jangan gangguin aktifitas orang. Kayak nggak ada kerjaan lain aja. Udah tua, masih aja pingin dipanggil, Kak," omel Kim"Kimmy cemburu?"Apa dia bilang barusan, cembokir? Hhah ... Gila!"Awas ya, aku telepon Kak Alvin, nih. Orang kepercayaan apaan, masa iya bos nya dari subuh udah berada di kantor, bawahannya masih di sini juga gangguin kerjaan orang," omelnya sambil pura-pura hendak menghubungi Alvin."Ancaman kamu basi Kimmy," ujarnya tak takutAwalnya Kim cuma pura-pura mau menghubungi Alvin, eh, tiba-tiba saja ponselnya berdering, dan nama Alvin lah yang tertera di layar ponsel."Kak Alvin nelepon," ujar Kim pada Restu."N
Read more

BAB : 125

Tentu saja suaranya itu berhasil menghentikan omongan dr.Anita."Kim, ini Rumah Sakit, " omel Alvin"Sorry ...," ucapnya. "Dokter, jenis kelaminnya nggak usah disebutin," ujar Kim."Kenapa? Kan aku pingin tahu,""Biar surprise aja pas lahiran. Oke?"Kalau dirinya bilang oke, pasti Alvin bakal oke juga.Alvin menarik nafas. "Terserah kamulah," pasrahnya."Ya udah kalau nggak mau tahu dan nggak pingin tau jenis kelamin baby-nya. Jadi Kim, apa ada keluhan lain?" tanya dr.Anita mengakhiri pemeriksaan USG.Kim beranjak dari tempat tidur, dan sejalan menuju kursi dibantu oleh Alvin."Keluhan sih nggak ada, dok," jawabnya."Mual-mual, pusing, atau sejenisnya gitu?""Kalau masalah itu, seperti bulan-bulan sebelumnya. Pertanyaan dokter masih tertuju buat Kak Alvin," ujarnya sambil tertawa."Wawww ... Sampai sekarang, masih?" tanya dr.Anita tapi sekarang lebih mengarah pada Alvin yang duduk di sebelah Kim.
Read more

BAB : 125

    Berhubung sekarang lagi hari minggu, jadi ia dan Alvin memutuskan untuk jalan-jalan pagi alias maratonnya versi Ibu hamil di sekitaran kompleks perumahan. Tapi bukan lari maraton loh, cuman jalan cantik kayak siput yang nggak tau kapan nyampe nya.Kim sudah duduk manis di teras sambil menunggu Alvin yang katanya ganti baju, atau mungkin ketiduran. Soalnya lama banget, sampai kakinya sudah di tumbuhi jamur tiram yang siap dipanen."Ayok."Akhirnya yang ditunggu-tunggu nongol juga."Lama banget, sih, Kak. Kirain nyambung tidur lagi," kesal Kim beranjak dari duduknya."Nggaklah ... aku ngambil buah sama air mineral dulu di dapur," jelasnya sambil menunjukkan sebuah kantong kresek dihadapan Kim."Buat apaan?" bingung Kim. Ya suaminya ada-ada saja. Apa nggak ada wadah yang lain apa, aneh banget lihat dia bawa kantong kresek."Buat kamu, ntar laper atau haus gimana?"Kim hanya mengelus-elus perut gendutnya. Suaminy
Read more

BAB : 126

Alvin mulai melepaskan ciumanku bibir Kim, perlahan."Bukankah aku pernah bilang, jangan pernah mengabaikan ancamanku. Jadi, yang barusan terjadi adalah kesalahan kamu, bukan aku," bisiknya.Kim hanya bisa diam termangu."Om sama Tante barusan habis ngapain?"Mereka berdua masih dalam posisi saling pandang. Tapi, bukan pak cinta lagi, melainkan ekspresi bingung.Ia dan Alvin sampai-sampai barengan menoleh ke arah sumber suara saking. Ternyata oh ternyata, sosok dari pemilik suara barusan adalah seorang anak kecil, cowok, 7 tahunan, yang sudah berdiri dengan tampang polosnya dihadapan keduanya.MasyaAllah ... mata seorang anak kecil tak berdosa sudah ternodai. Dan itu semua gara-gara Alvin."Om sama Tante barusan ciuman, kan?"Pertanyaannya diulang lagi....Andaikan ku punya sayap. Itulah yang diharapkan Kim saat itu."Siapa yang ciuman sih, Sayang," ujar Alvin tenang sambil ngacak-ngacak rambut tu anak saking geme
Read more

BAB : 127

 Saat Alvin keluar dari sebuah cafe, tiba-tiba ponselnya berdering. Ternyata itu adalah telepon dari istrinya."Ya, Sayang," jawabnya menghentikan langkahnya yang saat itu hendak menuju parkiran mobil."Kakak di mana?"''Ini baru keluar dari cafe," jawabnya."Jemput aku ya?""Oke.""Bye."Baru saja Alvin hendak melanjutkan langkah kakinya menuju tempat di mana mobilnya terparkir, tiba-tiba sebuah motor melaju kencang dan langsung menyerempetnya. Gilanya lagi, si pelaku kabur begitu saja."Omaigat." Ia sedikit berdesis saat melihat darah segar mengalir di bagian sikunya.Pak Sigit yang tadinya hendak memasuki mobilnya, melihat kejadian itu ia segera menghampiri atasannya."Ya ampun, Bapak tidak apa-apa?""Nggak. Cuma luka kecil," jawab Alvin sambil berjalan menuju mobil, mengambil air mineral untuk membersihkan lukanya."Apa sebaiknya kita ke Rumah sakit  saja, Pak," usul Pak Sigit.
Read more

BAB : 128

    "Maaf, sepertinya kita harus segera melakukan operasi Caesar," ungkap Anita."Apa?" kaget Alvin. Bukan hanya ia yang kaget, pun kedua mertuanya."Kimmy mengalami Reptured placenta. Atau biasa disebut Placenta lepas. Placenta merupakan organ penghubung antara Ibu dan janin. Melalui ini pulalah janin tidak hanya akan mendapat asupan nutrisi, namun darah dan oksigen. Tapi organ itu sekarang sudah terlepas 50%, dan itu mengakibatkan pendarahan hebat di rahimnya. Kalau tidak ditangani lebih lanjut, baik Ibu ataupun janin, kemungkinan besar tidak bisa terselamatkan," jelasnya lagi."Tapi, kenapa? Apa penyebabnya?""Apa dia pernah terjatuh, terpeleset, atau mengalami benturan di perutnya?""Nggak," jawab Alvin. Ya karena menurutnya istrinya nggak pernah mengalami itu semua."Itu adalah beberapa penyebabnya.""Astaga," gumam Jessica seolah tak percaya dengan penjelasan dokter."Jadi, bagaimana?""Baik dok, kal
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status