Semua Bab My Teacher My Husband: Bab 91 - Bab 100

148 Bab

BAB : 90

 Sesaat tiba di kampus, itu dosen langsung masuk. Padahal ia belum sempat ngegosip dengan kedua sobatnya.Menurut Kim, ini dosen lebih kejam dari suaminya saat menjadi guru. Lumayanlah, Alvin ganteng, jadi meskipun menyebalkan akan tertutupi oleh kegantengannya. Nah ini, udah nyebelin, suka marah-marah nggak jelas, Bapak-bapak lagi. Mau di tutupi pake apa.Setelah kelas usai, barulah mereka bertiga menuju sebuah cafe yang terletak tak jauh dari area kampus."Lo berdua masih ada kelas?" tanya Kim pada keduanya."Iya, sama Pak Amir," jawab Jeje"Ntar malem ke rumah ya, kita makan-makan," jelas Kim."Siap!!!" jawab mereka barengan.Pada saat kita bertiga lagi asik ngobrol, tiba-tiba saja si Dion datang menghampiri."Dia lagi," keluh Kim dengan wajah malas. Malas meladeni intinya.Ia langsung duduk begitu saja tanpa dosa di kursi yang ada di sebelah Kim."Kemaren kamu nggak di apa-apain kan sama laki laki
Baca selengkapnya

BAB : 91

    Bukan hanya kaget yang ia rasakan, tapi lebih menjurus ke rasa bingung."Haii, Kim," sapa seorang laki-laki yang ada dihadapannya. Siapa lagi sosok itu kalau bukan, Dion. Bukan hanya ia seorang, tapi tepatnya bisa dibilang satu keluarga besar."Selamat malam, Kim." Seorang ibu-ibu menyapa dan menghampirinya yang masih dalam keadaan bingung akut."Malam, Tante, malam, Om," sapanya ragu-ragu."Maaf ya, kita semua ganggu istirahat kamu, soalnya Dion ngomongnya dadakan aja. Ini aja Om harus minta ijin dari kantor dulu dan langsung datang dari Sumatra tadi sore," jelas papanya Dion.Pada saat ia lagi bingung, kaget, shock yang campur aduk jadi satu kayak es campur yang rasanya nyegerin itu, Jeje datang menghampirinya."Ada apa?" tanya Jeje yang sebelumnya tak melihat keberadaan Dion di situ"Dion? Lo ngapain, pake bawa-bawa rombongan segala?" tanya Jeje ikutan heran."Apa boleh kami masuk?" tanya mamanya Dion
Baca selengkapnya

BAB : 92

"Om, Tante, aku nggak bohong loh, aku udah nikah. Ini suami aku," jelas Kim sambil menunjuk ke arah Alvin yang dari tadi hanya diam. Bukannya membantunya menjelaskan, ini cuman malah jadi pendengar doang."Sudahlah Kimmy Sayang. Jangan bicara begitu sama orang tua ku, niat kami kesini baik.""Anjirrtt...pake Sayang-sayang. Panas banget kuping gue dengernya, harus di rukyah nih kayaknya," batin Kim merutuki."Eh, lo ngomong apaan barusan?" kesal Restu hendak menghampiri Dion. Tapi Alvin memberi kode untuk tidak ikut campur."Aduh, Dion...,Gue nggak tahu lagi mau pake cara apalagi buat ngebuktiin kalau gue itu udah nikah sama Kak Alvin?" tanya Kim dengan nada emosi. Terserahlah  itu orang tuanya Dion mau menilai dirinya seperti apa. Ia tak perduli."Oke, oke, tapi Aku perlu bukti yang jelas dan akurat.""Apalagi? Belum cukup apa yang aku buktiin selama ini?""Kamu nggak mungkin mau melakukan hal bodoh yang aku minta. Tapi sebagai b
Baca selengkapnya

BAB : 93

Begitulah kehidupan Kim setiap harinya bersama Alvin. Paginya ia ngambek, malamnya baikan lagi. Pernah juga sampai lima hari lamanya, ia tak bicara pada suaminya itu. Masalahnya gini, Alvin mengajaknya makan malam, setelah berdandan se-cetar badai membahana, tiba-tiba ia mengirimi pesan yang berisi, 'Sayang, dinnernya besok aja ya, soalnya kerjaan ku masih banyak.' Saking kesalnya, Kim rasanya ingin melahap ponsel yang ia pegang saat itu.Pagi ini Kim bangun seperti biasa. Tapi kali ini ia merasa badannya sedikit tak sehat. Bukan demam, karena suhu badannya juga tak panas. Hanya saja, ia seolah tak bertenaga dan merasa lemas. Sepertinya ia kecapean.Kim segera mandi, karena hari ini ia masuk kuliah pagi. Setelah itu, ia membangunkan Alvin dan menyiapkan pakaian bagi suaminya itu di tempat tidur."Kak, bangun," ujar Kim membangunkan Alvin."Aku udah bangun," jawabnya menggeliat."Ya udah, sana mandi," suruh Kim."Hmm...,morning kiss, Beb," uj
Baca selengkapnya

BAB : 94

Saat ini, Alvin, Restu dan seorang klien perempuan bernama Alice, berada di sebuah cafe. Mereka sedang melakukan pertemuan, sekalian makan malam.Alice meminta pertemuan di cafe, tentu saja kalau hanya berdua Alvin tak bisa. Makanya, ia mengajak Restu bersamanya. Setidaknya, ia harus menjaga kepercayaan yang diberikan oleh istrinya. Apalagi Alice adalah perempuan yang sempat membuat Kim salah paham.''Maaf, kalau Pak Alvin dan Pak Restu tidak menyukai tempat yang saya pilih," ujarnya sesaat setelah makan."Nggak apa-apa." Restu yang jawab,"Maaf, Pak Alvin, apa ada masalah?" tanya Alice yang tak mendapat respon dari Alvin."Tidak," jawabnya singkat."Biasalah, Pak Alvin lagi mikirin seseorang yang namanya tak pernah bisa menghilang walau sedetik pun dari pikirannya," jelas Restu."Apa sih, Restu," gumam Alvin sambil geleng-geleng."Emang bener, kan," balasnya. "Bentar ya, saya ke toilet dulu," ujar Restu meninggalkan Alvin dan
Baca selengkapnya

BAB : 95

'Prankkk....' Tak tahu harus melampiaskan  kekesalan dan rasa kecewanya pada siapa, jadilah sebuah kaca berukuran besar yang posisinya ada di dinding dekat pintu kamar, hancur berserakan di lantai, diiringi tetesan darah yang mengucur dari tangan Alvin.Mendengar itu, Bibik dan Restu yang berada di bawah segera menghampiri asal suara."Astaga, Vin, lo apa-apaan coba," kaget Restu sedikit berlari menghampiri Alvin dengan tangan kanannya yang sudah bersimbah darah."Kita ke rumah sakit," ajak Restu menarik Alvin untuk mengikutinyaIa menyingkirkan tangan Restu."Cuma luka kecil," balasnya masih tetap tenang. Entah ia tak merasakan sakit pada tangannya hingga sikapnya masih seperti itu."Heh, ini tangan lo luka parah.Lo nggak liat, ini darahnya nggak berhenti-berhenti ngucur," omel Restu.Tapi sepertinya ocehan sobatnya itu tetap tak ia hiraukan. Karena dengan santai nya ia jalan meninggalkan Bibik dan Restu
Baca selengkapnya

BAB : 96

    Sosok yang masih berada di posisi teratas dalam hidupnya, dalam keadaan tergeletak di lantai dengan bekas darah yang sudah mengering di pergelangan tangan dan jarinya.Kim langsung menghampirinya dengan rasa khawatir."Kak Alvin...,Kak bangun...,aku nggak mau ditinggal sama Kakak," pekik Kim langsung histeris mendapati kondisi suaminya.Bibik juga ikut menghampiri, berharap majikannya itu dalam keadaan yang baik-baik saja.Alvin tiba-tiba tersadar."A-aku cinta sama kamu dan  nggak pernah khianatin ka-kamu, Kim," ujar Alvin terbata-bata melanjutkan ucapannya hingga ia kembali tak sadarkan diri."Kak...,bangun...,Kak Alvin...." Tangis Kim semakin menjadi, ia takut sesuatu yang buruk menimpa Alvin.Alvin menghapus air matanya, dan meminta Mang Didin dan juga Bibik membantunya membawa Alvin menuju mobil."Aku mau ke Rumah sakit, sepertinya dia kehilangan banyak darah. Bibik tolong hubungin Kak Restu, ya. Ce
Baca selengkapnya

BAB : 97

"Kim," panggil seseorang saat ia hendak berjalan menuju ruang kelasnya.Mendengar namanya dipanggil, Kim membalikkan badannya ke arah sumber suara. Ia langsung memasang wajah malas saat mengetahui yang memanggilnya adalah Dion."Ck, Dion," dengusnya."Kim, sorry, aku nggak bermaksud gangguin kehidupan kamu lagi. Tapi kali ini aku mau minta tolong sama kamu," ujar Dion"Minta tolong apa?"           "Karna kejadian waktu itu, papaku dipecat dari pekerjaannya.Dan karna berurusan dengan Pak Alvian, sampe saat ini beliau nggak diterima di manapun melamar pekerjaan," jelas Dion"Urusannya sama aku?""Aku mohon, tolong bilangin sama Pak Alvian buat maafin semua kesalahanku dan keluargaku.Karna kalau beliau belum memaafkan, papaku nggak akan mendapatkan pekerjaan sampai kapan pun.''Ribet ya, kalau sudah bermasalah dengan Alvin, pikirnya."Ntar, aku pikirin lagi,
Baca selengkapnya

BAB : 98

     Saat terbangun, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Ia mengarahkan pandangan ke sebelahnya, sosok laki-laki yang masih berada di alam tidurnya. Dialah, suaminya.Kim berniat beranjak dari tempat tidur untuk segera mandi, tapi Alvin langsung menariknya untuk kembali tidur."Kamu mau kemana sih, hmm?" tanya Alvin memeluknya posesif dengan suara serak khas bangun tidur."Mau mandilah, Kak," jawabnya."Ntar ajalah," balasnya."Ini udah jam 7 malam loh, Kak."Alvin melirik Kim dengan lirikan yang aneh. "Kita ulang lagi, ya?" rengeknya.Mendengar rengekannya yang sangat-sangat manis, ia serasa mau meleleh kayak es krim."Nggak. Aku capek," tolak Kim.Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara ponsel yang berdering pertanda ada pesan masuk. Alvin memandang Kim dengan garang, tapi Kim nya malah tersenyum gaje."Itu bukan ponsel aku loh, Kim.""Maaf, itu pon
Baca selengkapnya

BAB : 99

Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari kamar mandi cuma pake handuk yang menutup tubuhnya dari dada hingga atas lutut. Bisa dipastikan, mata laki-laki manapun akan berhenti berkedip kalau melihat seorang cewek cuma pake handuk doang, termasuk Alvin."Hallo, selamat malam.""Selamat malam, maaf, ini dengan siapa, ya?""Saya istrinya Pak Alvin, beliau lagi keluar," jelas Kim."Oh, maaf Nyonya Alvian. Begini, saya dari pihak PT kencana, cuma mau memberi kabar pada Pak Alvian, kalau kami memutuskan untuk memperpanjang kontrak kerja dengan pihak beliau," terangnya."Oo, begitu, baiklah Pak, nanti saya akan beritahu sama Pak Al-vian," balas Kim tersendat. Karena ia biasa memanggilnya Alvin, bukan Alvian."Terima kasih banyak Nyonya Alvian," ucapnya."Sama-sama, Pak."
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status