Alvin mulai melepaskan ciumanku bibir Kim, perlahan.
"Bukankah aku pernah bilang, jangan pernah mengabaikan ancamanku. Jadi, yang barusan terjadi adalah kesalahan kamu, bukan aku," bisiknya.
Kim hanya bisa diam termangu.
"Om sama Tante barusan habis ngapain?"
Mereka berdua masih dalam posisi saling pandang. Tapi, bukan pak cinta lagi, melainkan ekspresi bingung.
Ia dan Alvin sampai-sampai barengan menoleh ke arah sumber suara saking. Ternyata oh ternyata, sosok dari pemilik suara barusan adalah seorang anak kecil, cowok, 7 tahunan, yang sudah berdiri dengan tampang polosnya dihadapan keduanya.
MasyaAllah ... mata seorang anak kecil tak berdosa sudah ternodai. Dan itu semua gara-gara Alvin.
"Om sama Tante barusan ciuman, kan?"
Pertanyaannya diulang lagi....
Andaikan ku punya sayap. Itulah yang diharapkan Kim saat itu.
"Siapa yang ciuman sih, Sayang," ujar Alvin tenang sambil ngacak-ngacak rambut tu anak saking geme
Saat Alvin keluar dari sebuah cafe, tiba-tiba ponselnya berdering. Ternyata itu adalah telepon dari istrinya."Ya, Sayang," jawabnya menghentikan langkahnya yang saat itu hendak menuju parkiran mobil."Kakak di mana?"''Ini baru keluar dari cafe," jawabnya."Jemput aku ya?""Oke.""Bye."Baru saja Alvin hendak melanjutkan langkah kakinya menuju tempat di mana mobilnya terparkir, tiba-tiba sebuah motor melaju kencang dan langsung menyerempetnya. Gilanya lagi, si pelaku kabur begitu saja."Omaigat." Ia sedikit berdesis saat melihat darah segar mengalir di bagian sikunya.Pak Sigit yang tadinya hendak memasuki mobilnya, melihat kejadian itu ia segera menghampiri atasannya."Ya ampun, Bapak tidak apa-apa?""Nggak. Cuma luka kecil," jawab Alvin sambil berjalan menuju mobil, mengambil air mineral untuk membersihkan lukanya."Apa sebaiknya kita ke Rumah sakit saja, Pak," usul Pak Sigit.
"Maaf, sepertinya kita harus segera melakukan operasi Caesar," ungkap Anita."Apa?" kaget Alvin. Bukan hanya ia yang kaget, pun kedua mertuanya."Kimmy mengalami Reptured placenta. Atau biasa disebut Placenta lepas. Placenta merupakan organ penghubung antara Ibu dan janin. Melalui ini pulalah janin tidak hanya akan mendapat asupan nutrisi, namun darah dan oksigen. Tapi organ itu sekarang sudah terlepas 50%, dan itu mengakibatkan pendarahan hebat di rahimnya. Kalau tidak ditangani lebih lanjut, baik Ibu ataupun janin, kemungkinan besar tidak bisa terselamatkan," jelasnya lagi."Tapi, kenapa? Apa penyebabnya?""Apa dia pernah terjatuh, terpeleset, atau mengalami benturan di perutnya?""Nggak," jawab Alvin. Ya karena menurutnya istrinya nggak pernah mengalami itu semua."Itu adalah beberapa penyebabnya.""Astaga," gumam Jessica seolah tak percaya dengan penjelasan dokter."Jadi, bagaimana?""Baik dok, kal
Saat ini tinggal Alvin yang tetap setia berada di samping Kim.Karna Jessica dan Wipliam saat ini pulang ke rumah untuk mengambil keperluan Kimmy dan bayinya.Hingga tiba-tiba tangan Kimmy yang dari tadi terus berada di genggamannya bereaksi."Kim, Kamu udah sadar?" tanya Alvin lembut, saat kedua bola mata itu perlahan-lahan mulai terbuka dan mengamati keadaan sekitar ."Kak ..." ujarnya lirih."Iya, Sayang.""Kita ada dimana?""Kita ada di Rumah Sakit," jawab Alvin.Mendengar jawaban suaminya itu, ia mencoba mengingat-ngngat kejadian beberapa waktu lalu.Hingga tiba-tiba pikirannya teringat akan sesuatu"Anak kita bagaimana, Kak?"Histerisnya langsung hendak bangun. Tapi terhenti saat ia merasakan perutnya sangat sangat perih, bahkan saat ia bergerak sedikit saja.Ia meringis memegangi perutnya."Kamu tenang dulu, jangan banyak gerak," ujar Alvin berusaha menenangkan istrinya.
Saat ia terbangun matanya langsung mengarah pada sebuah jam dinding yang berada tepat di arah depan.'Jam 06:00' Ia melihat ke sekitar, dan pandangannya terhenti pada seseorang yang masih duduk di sofa dengan matanya yang tetap fokus pada suatu objek di hadapannya yaitu laptop.Kadang ia kasihan pada suaminya itu, meskipun lelah, tapi seolah berusaha agar terlihat segar."Kak ...""Sayang, kamu udah bangun?" ujar Alvin menghentikan pekerjaannya dan berjalan menghampiri Kim."Kakak semalem nggak tidur?" Itu terlihat jelas di matanya yang tampak lelah."Aku harus nyelesaiin kerjaan, jadi, kalau ada waktu ya kenapa enggak," jawabnya"Kak, kalau Kakak kurang istirahat, bisa-bisa ntar sakit. Aku nggak mau loh itu terjadi.""Nggak lah ..."Tiba-tiba pintu dibuka dari arah luar, membuat pandangan keduanya mengar
"Aku udah mutusin kalau nama anak kita adalah Arland Devano Geraldi.""Bagus, Vin," setuju Jessica penuh semangat.Mamanya kan memang begitu, apapun keputusan yang diambil menantunya pasti setuju."Papa mah setuju wae lah.""Gimana, Sayang?" tanya Alvin pada Kim."Omaigatt...!!!" Jeje tiba-tiba histeris. Tentu saja membuat semuanya heran. Apa yang terjadi padanya, kesambet? Atau apa?"Apaan, sih, Je?""Gue kaget Kimmy,'' ujarnya pada Kim. "Bapak tahu, ini baru pertama kalinya kuping saya ngedenger Bapak manggil Kimmy dengan panggilan, Sayang," ungkap Jeje mengarah pada Alvin.Kim sampai tertawa ngakak mendengar ungkapan Jeje. Bahkan, perutnya yang masih berasa perih bekas operasi, ia abaikan begitu saja."Apa itu masalah besar bagi kamu?" tanya Alvin dengan tampang garangnya.."Nggak, sih, Pak, cuman ...""Kalau enggak, ya udah, diem," timpal Alvin kesal, yang langsung membuat nyal
Alvin bangun dari tidurnya. Ia meraba ke arah sampingnya, tapi tak ia rasakan ada seseorang di sana. Ya ... pasti penghuninya sudah bangun dan sibuk di dapur, menyiapkan sarapan untuknya dan putranya. Bahkan, ia tak menyangka kalau wanita yang sudah mendampinginya selama beberapa tahun itu, bisa melakukan tugas dapur itu. Bukan apa-apa, tahu sendiri bagaimana kepribadian dan sifat istrinya yang terkesan sangat manja.Alvin segera bangun dan masuk ke kamar mandi. Setelah itu, ia bersiap dengan pakaian kantor yang sudah disiapkan oleh Kim di atas kursi. Ia segera turun dan menuju ke meja makan untuk sarapan. Heran, saat menatap ke arah kursi yang biasa digunakan Arland--putranya, masih belum berpenghuni."Arland mana, Sayang?" tanya Alvin pada Kim yang saat itu sedang menyiapkan sarapan di meja makan."Bentar lagi juga turun, Kak," jawab Kim.Benar saja, tak lama kemudian sesosok anak laki laki tampan yang mewarisi ketampanan sang Ayah, d
Arland menuju ke rumah temannya menggunakan sepeda yang baru seminggu ini ia dapatkan. Itupun harus mohon-mohon dulu baru bisa dapetinnya, bukan pada papanya, melainkan pada mamanya.Arland tahu, sebagai seorang Ibu, bukannya tak ingin membelikan sepeda untuknya, tapi beliau hanya takut kalau dirinya jatoh di jalanan, trus kakinya pada lecet lah, ditabrak mobil lah, atau diculik orang tak dikenal lah. Dan banyak lagi pikiran-pikiran buruk. Mungkin, pengalamannya saat menonton sinetron, sampai ia bawa ke dunia nyata. Tapi, meskipun begitu Kim segala-galanya bagi dirinya. Ia ada di dunia ini pun karna wanita itu. Jadi, se-cerewet atau se-overprotektif pun sikapnya, tetap dia yang nomor satu di hatinya. Tahu sendiri, kan, derajat Ibu bagi seorang anak.Arland melajukan sepedanya menuju rumah sahabatnya, Leo. Tapi, saat di sebuah persimpangan jalan, tiba-tiba di arah berlawanan sebuah sepeda juga sedang melaju ke arahnya. Karna sangat dekat, membuat ia tak bisa menghindar.
Jam 7 malam, Alvin pulang dari kantor, dengan kemejanya yang sengaja ia gulung hingga siku. Sampai sekarang pun, dia masih terlihat sangat tampan, padahal udah punya satu anak."Malam, Sayang," ujar Alvin sambil mencium pipi Kim sekilas saat menyambut kedatangannya di pintu."Malam, Kak," balas Kim sedikit memelankan suara. Takut, ntar kena labrak lagi sama Arland karna ia selalu memanggil papanya dengan panggilan, Kak."Arland mana?" tanya Alvin sambil sedikit celingak celinguk melihat keberadaan putranya."Di kamar. Tapi, sih, katanya mau baca buku. Lupa ya ... dia kan foto copy Kakak banget.""Tentu saja, dia kan anakku," balas Alvin.Keduanya menuju ke kamar. Alvin akan segera mandi, dan Kim harus menyiapkan pakaiannya terlebih dahulu. Salah satu aktifitasnya setiap hari.15 menitan di kamar mandi, iapun keluar dengan mengenakan jeans selutut dan kaos putih. Entah kenapa Kim sangat menyukai saat Alvin mengenakan warna putih. Dulun