Home / Romansa / My Teacher My Husband / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of My Teacher My Husband: Chapter 131 - Chapter 140

148 Chapters

BAB : 129

 Saat ini tinggal Alvin yang tetap setia berada di samping Kim.Karna Jessica dan Wipliam saat ini pulang ke rumah untuk mengambil keperluan Kimmy dan bayinya.Hingga tiba-tiba tangan Kimmy yang dari tadi terus berada di genggamannya bereaksi."Kim, Kamu udah sadar?" tanya Alvin lembut, saat kedua bola mata itu perlahan-lahan mulai terbuka dan mengamati keadaan sekitar ."Kak ..." ujarnya lirih."Iya, Sayang.""Kita ada dimana?""Kita ada di Rumah Sakit," jawab Alvin.Mendengar jawaban suaminya itu, ia mencoba mengingat-ngngat kejadian beberapa waktu lalu.Hingga tiba-tiba pikirannya teringat akan sesuatu"Anak kita bagaimana, Kak?"Histerisnya langsung hendak bangun. Tapi terhenti saat ia merasakan perutnya sangat sangat perih, bahkan saat ia bergerak sedikit saja.Ia meringis memegangi perutnya."Kamu tenang dulu, jangan banyak gerak," ujar Alvin berusaha menenangkan istrinya.
Read more

BAB : 130

Saat ia terbangun matanya langsung mengarah pada sebuah jam dinding yang berada tepat di arah depan.'Jam 06:00'               Ia melihat ke sekitar, dan pandangannya terhenti pada seseorang yang masih duduk di sofa dengan matanya yang tetap fokus pada suatu objek di hadapannya yaitu laptop.Kadang ia kasihan pada suaminya itu, meskipun lelah, tapi seolah berusaha agar terlihat segar."Kak ...""Sayang, kamu udah bangun?" ujar Alvin menghentikan pekerjaannya dan berjalan menghampiri Kim."Kakak semalem nggak tidur?" Itu terlihat jelas di matanya yang tampak lelah."Aku harus nyelesaiin kerjaan, jadi, kalau ada waktu ya kenapa enggak," jawabnya"Kak, kalau Kakak kurang istirahat, bisa-bisa ntar sakit. Aku nggak mau loh itu terjadi.""Nggak lah ..."Tiba-tiba pintu dibuka dari arah luar, membuat pandangan keduanya mengar
Read more

END

"Aku udah mutusin kalau nama anak kita adalah Arland Devano Geraldi.""Bagus, Vin," setuju Jessica penuh semangat.Mamanya kan memang begitu, apapun keputusan yang diambil menantunya pasti setuju."Papa mah setuju wae lah.""Gimana, Sayang?" tanya Alvin pada Kim."Omaigatt...!!!" Jeje tiba-tiba histeris. Tentu saja membuat semuanya heran. Apa yang terjadi padanya, kesambet? Atau apa?"Apaan, sih, Je?""Gue kaget Kimmy,'' ujarnya pada Kim. "Bapak tahu, ini baru pertama kalinya kuping saya ngedenger Bapak manggil Kimmy dengan panggilan, Sayang," ungkap Jeje mengarah pada Alvin.Kim sampai tertawa ngakak mendengar ungkapan Jeje. Bahkan, perutnya yang masih berasa perih bekas operasi, ia abaikan begitu saja."Apa itu masalah besar bagi kamu?" tanya Alvin dengan tampang garangnya.."Nggak, sih, Pak, cuman ...""Kalau enggak, ya udah, diem," timpal Alvin kesal, yang langsung membuat nyal
Read more

EKSTRA PART : 1

    Alvin bangun dari tidurnya. Ia meraba ke arah sampingnya, tapi tak ia rasakan ada seseorang di sana. Ya ... pasti penghuninya sudah bangun dan sibuk di dapur, menyiapkan sarapan untuknya dan putranya. Bahkan, ia tak menyangka kalau wanita yang sudah mendampinginya selama beberapa tahun itu, bisa melakukan tugas dapur itu. Bukan apa-apa, tahu sendiri bagaimana kepribadian dan sifat istrinya yang terkesan sangat manja.Alvin segera bangun dan masuk ke kamar mandi. Setelah itu, ia bersiap dengan pakaian kantor yang sudah disiapkan oleh Kim di atas kursi. Ia segera turun dan menuju ke meja makan untuk sarapan. Heran, saat menatap ke arah kursi yang biasa digunakan Arland--putranya, masih belum berpenghuni."Arland mana, Sayang?" tanya Alvin pada Kim yang saat itu sedang menyiapkan sarapan di meja makan."Bentar lagi juga turun, Kak," jawab Kim.Benar saja, tak lama kemudian sesosok anak laki laki tampan yang mewarisi ketampanan sang Ayah, d
Read more

EKSTRA PART : 2

Arland menuju ke rumah temannya menggunakan sepeda yang baru seminggu ini ia dapatkan. Itupun harus mohon-mohon dulu baru bisa dapetinnya, bukan pada papanya, melainkan pada mamanya.Arland tahu, sebagai seorang Ibu, bukannya tak ingin membelikan sepeda untuknya, tapi beliau hanya takut kalau dirinya jatoh di jalanan, trus kakinya pada lecet lah, ditabrak mobil lah, atau diculik orang tak dikenal lah. Dan banyak lagi pikiran-pikiran buruk. Mungkin, pengalamannya saat menonton sinetron, sampai ia bawa ke dunia nyata. Tapi, meskipun begitu Kim segala-galanya bagi dirinya. Ia ada di dunia ini pun karna wanita itu. Jadi, se-cerewet atau se-overprotektif pun sikapnya, tetap dia yang nomor satu di hatinya. Tahu sendiri, kan, derajat Ibu bagi seorang anak.Arland melajukan sepedanya menuju rumah sahabatnya, Leo. Tapi, saat di sebuah persimpangan jalan, tiba-tiba di arah berlawanan sebuah sepeda juga sedang melaju ke arahnya. Karna sangat dekat, membuat ia tak bisa menghindar.
Read more

EKSTRA PART : 3

Jam 7 malam, Alvin pulang dari kantor, dengan kemejanya yang sengaja ia gulung hingga siku. Sampai sekarang pun, dia masih terlihat sangat tampan, padahal udah punya satu anak."Malam, Sayang," ujar Alvin sambil mencium pipi Kim sekilas saat menyambut kedatangannya di pintu."Malam, Kak," balas Kim sedikit memelankan suara. Takut, ntar kena labrak lagi sama Arland karna ia selalu memanggil papanya dengan panggilan, Kak."Arland mana?" tanya Alvin sambil sedikit celingak celinguk melihat keberadaan putranya."Di kamar. Tapi, sih, katanya mau baca buku. Lupa ya ... dia kan foto copy Kakak banget.""Tentu saja, dia kan anakku," balas Alvin.Keduanya menuju ke kamar. Alvin akan segera mandi, dan Kim harus menyiapkan pakaiannya terlebih dahulu. Salah satu aktifitasnya setiap hari.15 menitan di kamar mandi, iapun keluar dengan mengenakan jeans selutut dan kaos putih. Entah kenapa Kim sangat menyukai saat Alvin mengenakan warna putih. Dulun
Read more

EKSTRA PART : 4

Ini adalah hari minggu, itu artinya Alvin nggak ke kantor dan Arland nggak sekolah. Enaknya kemana, ya, liburan gini?Kim menghampiri Alvin dan Arland yang berada di ruang keluarga, dan duduk di antara keduanya. Arlamd sibuk dengan buku di tangannya, sedangkan Alvin sibuk sama tab nya. Klop banget lah mereka berdua. Ia saja lupa kapan terakhir baca buku, kalau baca majalah mah tiap hari."Ehem ....." Ia sengaja berdehem untuk membuyarkan fokus keduanya."Mama mau ngomong sesuatu?" tanya Arland langsung menutup buku yang barusan ia baca."Kita jalan-jalan, yuk," ajaknya langsung sambil melirik ke arah suami dan putranya secara bergantian."Palingan ntar Mama ngajakin kita shooping lagi," keluh Arland kembali membuka bukunya dan kembali fokus pada halaman buku.Arland tahu saja apa yang sedang ia pikiran. Eittss ... tapi dia nggak bisa baca pikiran kayak papanya, kok, itu karna dirinya sering ngajak jalan, dan ujung-ujungnya adalah shooping.
Read more

EKSTRA PART : 5

Saat ini kedua bocah itu lagi duduk di sebuah ayunan yang ada di halaman belakang. Arland cuma mendengar ocehan Ceryl yang sama sekali tak berujung. Kupingnya berasa sudah panas dalam."Kak Arland, nanti kalau udah gede, kita pacaran, ya?""Hahh?!" kaget Arland."Iya, pokoknya Kakak harus jadi pacarnya Ceryl. Oke?"Arland menenangkan pikirannya saat harus menjelaskan sebuah pembahasan pada gadis seperti Ceryl. "Ceryl, kita ini masih anak-anak, jadi, berpikirlah sesuai usia kita. Jangan memikirkan masalah pacaran. Itu waktu yang masih lama," jelas Arland lembut."Pokoknya aku nggak mau tau! Nanti Kakak harus jadi pacar aku dan kita menikah."Astaga, menikah! Dikira menikah itu sebuah permainan kali, ya. Pikirannya terlalu jauh, hingga Arland yang bisa dikatakan pintarpun seolah sulit menggapainya."Denger Ceryl ... umurku baru 9 tahun, dan kamu 8 tahun, jadi, jangan memikirkan masalah pacaran, apalagi pernikahan.""Janji?" tanya
Read more

EKSTRA PART : 6

"Loh, Arland kok ada di sini?" tanya Fikri yang baru saja turun dari mobilnya, dan berpapasan dengan bocah 9 tahun itu yang juga baru turun dari bis sekolah yang mengantarkan nya ke kantor papanya."Iya, Om ... soalnya Mama lagi nggak ada di rumah. Lagian, Om tahu sendiri, kan, Mama nggak akan biarin aku di rumah, meskipun ada Bibik. Takut ada rampoklah, takut aku diculik tamu yang nggak dikenal lah. Efek nonton sinetron, mungkin," jelas Arland."Oo ...gitu. Ya udah, ayo masuk," ajak Fikri pada Arland.Jadilah mereka berdua menuju ke ruangan Alvin."Siang Pak bos," ujar Fikri saat memasuki ruangan Alvin, di ikuti Arland dibelakangnya yang masih mengenakan seragam sekolah."Fik, kok bisa sama Arland?'' tanya Alvin menhentikan pekerjaannya  dan menghampiri putranya yang duduk di sofa."Ketemu di bawah," jawab Fikri yang malah menggantikan Alvin duduk di kursi kebesarannya."Kamu udah makan, Nak?" tanya Alvin pada putranya."
Read more

EKSTRA PART : 7

"Ma, aku duduk di situ, ya," ujar Arlan pada Kim."Iya, Sayang," jawabnya."Hani belum datang, ya?" tanya Kim pada semuanya."Yuhuuu ... Hani di sini."                         "Ceryl juga di sini."Parah ... anak dan Emak kelakuannya sama persis. Heboh, rempong dan nggak bisa diam."Emak-emak rempong datang sama penerusnya," gumam Ricky sedikit melambatkan suaranya, tapi tetap saja masih bisa dengar. Buktinya, Hani langsung berkomentar."Biarin, dari pada jones akut," ledek Hani tak mau kalah"Eh ... jangan bawa-bawa status dong Hani yang cempreng. Aku bukannya jones, cuma belum punya pasangan aja," bantah Ricky tak terima."Terserah lah apa kata Kakak. Intijya, sih, tetap saja masih sendirian, enggak ada yang belai-belai manja, enggak ada yang bilang sayang." Hani tetap pada ejekannya.Keh
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status