Home / Romansa / The Memories (BAHASA) / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of The Memories (BAHASA) : Chapter 1 - Chapter 10

84 Chapters

Hai You, Finally We Meet Again

Azra Current POV Dia melihatnya. Akhirnya dia melihatnya lagi. Di sana, di deretan meja barisan kedua. Dengan papan nama yang jelas menampakkan identitasnya; Icha Aryani – Jogjakarta, Indonesia.  Ichanya. Perempuan yang menawan hatinya sejak pertemuan pertama mereka dua belas tahun yang lalu. Yang mewarnai naik turun kehidupannya di masa puber. Maklum, cinta pertama, kata orang susah di lupakan. Perempuan yang harus dijauhinya karena kesalahpahaman yang dia biarkan meradang seperti borok yang menjamur tak pernah sembuh. Hanya karena dia terlalu pengecut untuk meminta maaf. Padahal kalau dipikir, awalnya bukanlah masalah yang terlalu serius andai dia mau terbuka. Screw him and his ego. Pertama melihatnya pagi itu, Azra mengenalinya seketika, bahkan sebelum dia berbalik. Terlihat nyaris sama seperti dua belas tahun yang lalu, tapi versi upgrade nya. Icha yang dulu dingatnya adalah anak perempuan remaja manis deng
Read more

Chaps 1 : I Miss You Like Crazy

10 Tahun lalu Hari ini adalah hari pertama Classmeeting. Minggu bebas yang diadakan sekolah sebagai ajang unjuk gigi kebolehan dan kekompakan antar kelas yang biasanya dipanitiai oleh OSIS. Ujian Akhir Semester berakhir minggu lalu. Lomba olahraga dan festival seni menggaung memenuhi seluruh atmosfer SMP Nusantara. Karena gerbang dibuka sepanjang hari, banyak siswa ndableg yang datang siang dan pulang gasik. Beberapa dari siswa ndableg itu adalah lima pelajar bandel yang ngumpet dari kejaran wali kelas karena tidak ingin mengikuti lomba dan festival apapun. Mereka sedang ngadem di bawah pohon akasia di belakang aula yang pasti sepi karena sebagian besar massa siswa berkumpul di lapangan dan halaman utama sekolah. Kelima siswa ndableg itu adalah Hafid, Nisya, Ida, Icha dan Azra, tapi teman - teman dekatnya memanggilnya Jaja. Mereka berhasil kabur setelah mengarang sejuta alasan untuk absen dari kegiatan kelas. Pada
Read more

Chaps 2: Heart Serenade ; I Wish I Wasn't A fool

10 tahun lalu Mereka berlima berdesakan di ruang BK yang agak sempit karena letaknya berada di pojok koridor. Bu Dewi mencatat sesuatu di kertas yang nantinya harus mereka berikan kepada orang tua mereka masing - masing. "Selamat siang." Pak Widodo, kepala sekolah SMP Nusantara yang sedari tadi ditunggu Bu Dewi akhirnya tiba. Dengan wajah sumringah, bersemangat, tapi masih terlihat nyebelin di mata anak-anai itu, Bu Dewi berdiri, memberi laporan pada Pak Widodo. "Pak Kepsek, saya menangkap basah mereka bolos dari kegiatan sekolah dan malah bermain kartu di belakang aula." "Kan jam bebas, Bu..." "Diam! Masih kecil hobinya membantah! Kalo ada orang tua ngomong itu didengerin!" Bu Dewi dengan ketus memotong pembelaan Icha. Yang ditegur langsung ciut. Icha yang berbadan kecil seolah berusaha agar badannya makin kecil tak terlihat. Takut. "Jadi saya sudah menyiapkan surat panggilan kepada orang tua. Silahkan bapak tanda ta
Read more

Chaps 3: A Glimpse Of Memory

10 Tahun Lalu Hari ini hari pembagian raport dan pengumuman juara umum class meeting SMP Nusantara. Hafid sudah sibuk sejak pagi karena OSIS membutuhkan seluruh anggotanya agar dua acara besar penutup semester ganjil ini berjalan dengan baik. Para orang tua, wali murid dan murid - murid sudah berkumpul di Aula belakang. Bersemangat menanti sambutan kepala sekolah dan sekaligus juga pengumuman ranking 3 besar tiap kelas. Icha duduk berjejer di samping Jaja, Ida dan Nisya. Mereka menyisakan satu bangku kosong untuk Hafid jika nanti cowok itu mau bergabung. Wajah mereka datar, bosan dan ngantuk luar biasa mendengarkan sambutan kepsek yang diulang - ulang tiap tahunnya. Hari ini Bapak yang datang mengambilkan raportnya. Bapak sudah datang dan duduk di barisan belakang berjejer dengan orang tua Ida, Nisya, Hafid dan juga Jaja. "Hafid lagi deh yang ranking satu." Jaja menggumam, meramalkan nasib temannya saat pengumuman ranking dimulai.
Read more

Chaps 4: You Live Vividly In My Heart

Azra’s Current POV Bebeda dengan Icha yang wajahnya terlihat agak merengut beberapa hari terakhir ini, dia malah sebaliknya. Cerah ceria seperti mentari pagi di musim panas. Dia hepi luar biasa. Alasannya? Karena seminggu ini dia berada di tim yang sama dengan Icha. Untuk saat ini, berada dekat dengan gadisnya itu cukup. Halah, gadisnya. Meskipun nggak sesering yang dia mau, dia juga kerap bergabung dengan Icha dan Tya saat makan siang maupun coffee break. Yang tentu saja disambut dengan ramah oleh Tya. Ya, dia sekarang tau nama teman yang selalu bersama Icha saat berangkat dan pulang ke hotel. Namanya Tya, dia Outbond Supervisor Jogja Based. Icha? Seperti biasa. Hanya menunduk dan menggumam tanpa memberikan pendapat yang jelas. Nggak papa, yang penting Azra terlihat eksis di depan Icha. Untuk langkah awal itu cukup. Mereka sedang berdiskusi heboh bersama membahas topik yang disediakan panitia tadi. Kelompok kecilny
Read more

Chaps 5: Stealing Your Heart

10 tahun yang lalu Semester ganjil telah datang! Semester kenaikan kelas dan semester kelulusan bagi siswa kelas tiga! Semester yang penuh dengan kelas tambahan dan remidi di setiap ujian. Semester penentuan. Semester yang pendek katanya, karena berisi belajar belajar dan belajar. Icha datang lebih pagi hari ini. Dia kangen berat dengan sahabat - sahabatnya, sudah seminggu sejak terakhir kali mereka bertemu, walaupun sering berkontak lewat sms dan telepon, beberapa kali ketemu di rumah Jaja dengan dalih ‘membantu Jaja pindahan’, tetap saja, kangen! Telpon sms nggak seefektif kalau ketemu orangnya langsung. Iya, mereka masih pakai ponsel yang cuma bisa telpon dan sms. Maklum, cuma hape Jaja dan Ida yang sudah upgrade dan memiliki fitur aplikasi chat. Dia duduk di bangku panjang depan kelas sambil mencoba belajar sedikit materi semester lalu. Selang beberapa waktu, dari gerbang depan, dia melihat Hafid dan Jaja datang beriringan. Dua d
Read more

Chaps 6: I Know It Hurt So Bad, I Do Hurt Too

Azra’s Current POV Dia dipanggil ke kantor pusat untuk menyelesaikan sesuatu kemarin, jadi dia nggak bisa menunggui Icha yang pingsan hingga siuman. Di tengah kepanikannya, dia menghubungi sahabatnya Hafid. Selama mereka diem - dieman, Azra memang hanya masih berkontak dengan Hafid. Apalagi sejak cowok itu kerja di Jakarta. Di antara teman - temannya memang hanya Hafid yang paling rajin membujuknya untuk kembali ke jalan yang benar. Karena dia tau perasaan Azra pada Icha. Hafid yang di telpon pun kemarin panic luar biasa dan malah nyumpahin Azra. “Kok gue yang lo sumpahin dodol!” “Dia pingsan kenapa?" Azra nggak digubris oleh Hafid. “Tadi diperiksa dokter katanya asam lambung naik. Kecapean sama overstressed.” “Pasti gara - gara lo.” “Lo emang temen gue paling baik, Dul!” Sindirnya. “ Dulu lo maksa gue minta maaf, sekarang gue lagi usaha lo sumpahin. Baik bener dah emang lo.” Hafid terkekeh sebentar.
Read more

Chaps 7: I Didn't Mean To Hurt You

Azra’s 8 Tahun Yang Lalu Ternyata Hesti temen Icha. Parahnya lagi, mereka teman sebangku. Hesti bilang Icha adalah teman pertamanya SMA tersebut, begitu juga sebaliknya, karena keduanya sama - sama berasal dari SMP yang kurang terkenal dan bukan SMP negeri. Ini tentu aja bikin Azra panik. Dia nggak tau. Dia ceroboh kali ini. Biasanya, dia selalu berkencan dengan orang - orang yang tidak memiliki latar belakang yang sama dengan Icha agar cewek itu nggak tau siapa yang dikencaninya kali ini. Buat apa? Toh paling seminggu dua minggu lagi akan dia putuskan kalau bosan. Dan alasan lainnya, dia nggak ingin Icha merasa sakit karena ulahnya. Dia tahu dia nyakitin Icha, but he just can’t stop. Dia sedang menghukum dirinya sendiri karena kecerobohannya. Rekor terlamanya pacaran adalah sembilan minggu. Itu pun karena saat itu dia malas ber drama ria. Jadi dia diamkan saja cewek yang saat itu dikencaninya. Nggak ngabarin, sering nyuekin
Read more

Chaps 8: Past Is to Learn, Not To Haunt

Azra Current POV Dia menangis. Tiba belas tahun mengenalnya, baru kali ini Azra melihatnya menangis dengan mata kepalanya sendiri. Dan dialah yang menjadi sebab air matanya jatuh. Alah, kaya nggak selalu dia aja yang jadi sebab kesedihan Icha, hatinya menambahkan sinis. Gadis itu kini menunduk membekap mulutnya dengan kedua tangan, bahunya terguncang karena tangisnya. "Cha, aku...." "Kok kamu jahat!" pekiknya masih sambil tersedu. Mampus! Azra mulai panik. Dia pasti marah gara - gara tadi dia nyosor sembarangan. Iya kan? "Cha...." "Kamu kan tau aku alergi susu! Cordon Bleu ada kejunya! Azra Pe'a!" Katanya kurang jelas karena mulutnya ada isinya. Oh iya! Azra menepuk dahinya pelan. Dia beneran lupa tentang alerginya Icha. Dia menarik beberapa lembar tisu dari atas meja dan mengangsurkannya ke mulut Icha. "Lepeh! Buruan!" Icha menurut. Mengelap bersih mulutnya dari sisa
Read more

Chaps 9: Can We Make Up Again?

Azra’s Current POV Icha menyantap Padthai nya pelan dalam diam, sementara Azra melahap Cordon Bleu nya. Yah, daripada mubadzir, mending dimakan, kan. Lagipula, Icha tidak suka melihat makanan mubadzir. Kebiasaannya dari dulu. Sempat tadi dia tertarik untuk membiarkannya tak termakan, karena dia toh juga belum terlalu lapar sebenarnya, dia ingin melihat Icha mengomelinya lagi seperti dulu kalau menyia - nyiakan makanan, tapi tidak dilakukannya. Sesekali, mereka bertatapan dan berakhir dengan saling membuang muka canggung. Azra merutuki kedatangan room service yang seperti tidak mendukungnya. Kenapa, selalu saja ada halangan saat situasinya dengan Icha sedang mengarah ke... ah! Memikirkannya membuatnya sebal hingga membuatnya tersedak karena makan sambil menggeram. "Minum, minum." Icha mengangsurkan gelasnya dengan panik. "Pelan - pelan, kan, jadi tambah keselek." Tegurnya sambil menepuk - nepuk punggung Azra
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status