Home / Romansa / The Memories (BAHASA) / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of The Memories (BAHASA) : Chapter 41 - Chapter 50

84 Chapters

Chaps 40: You’re The Beat They’re Just A Noise

Icha’s Current POV Icha keluar dari toilet kafe yang menjadi tempat janjiannya dan sahabat - sahabatnya malam itu. Setelah puas memaki orang - orang yang keluar rumah di malam tahun baru dan membuat jalanan macet, akhirnya mereka sampai juga (jangan ditiru ya, sendirinya keluar pas malam tahun baru tapi ngomongin orang lain). Untung sudah reservasi. Kalau tidak pasti sudah gigit jari sampai di sini tadi. Dilihatnya Nisya dan Ida bergantian berbicara dengan seseorang di ponselnya? Siapa? Walah, sampai marah - marah gitu kayaknya. Ada orang iseng yang ngerjain dia? Atau Azra lagi telpon.... Dia bergegas kembali ke mejanya dan meminta ponselnya yang sedang berada di tangan Ida. "Nih, nih udah balik Nyonya lo! Makanya lain kali salam dulu, keok kan di ceramahin Nisya hahahaha." Icha menerima ponselnya dan mencari tempat agak sepi di pojokan dekat wastafel. Ida, Nisya dan Hafid menyorakinya sampai wajahnya merah dan terasa
Read more

Chaps 41: All Day I Think Of You

Azra Current POV Dia sampai di rumah jam sebelas malam. Perjalanan dari rumah ke kantor yang aslinya hanya butuh sekitar dua puluh menit kini molor ber kali – kali lipat karena lalu lintas yang padat di malam tahun baru. Dia buru – buru mandi dan menyeret Jijah yang sedang baca buku di ruang tengah lantai dua untuk menemaninya makan. Tentu saja nggak berakhir mulus. Jijah menolak, beralasan kalau dia lagi diet. Alah diet apaan! Badan udah setipis mie lidi gitu mau dikurusin lagi. Akhirnya dia menggendong adiknya itu dan mendudukkannya di meja makan. “Gaya bener minta ditemenin. Biasanya juga makan sendiri.” Jijah menggerutu. “Nggak ikhlas amat nemenin Masnya makan loh.” “Nemenin orang makan tapi sendirinya nggak makan itu nggak enak tau!” “Ya udah tinggal makan. Mau mas ambilin? Ato mau disuapin?” “Mas Azra sejak ketemu Mbak Icha lagi jadi jayus lagi, tau.” Hah? Jayus gimana? Dia mengangkat alis bingun
Read more

Chaps 42: Tonight

Azra Current POV Akhirnya malam ini datang juga. Malam yang dinanti – nanti Azra. Malam dimana dia dan Icha akan melangkah selangkah lagi lebih dekat menuju kebersamaan yang halal. Icha nggak bilang apa – apa padanya tentang ini pada awalnya. Dia baru bilang sore tadi, saat dia dan Mama sudah mendarat di YIA. Karena berniat kasih surprise ke Icha, dia bilang kalau dia nggak bisa dateng ke Jogja hari ini dan dia ikut saja apapun nanti hasilnya. Dia sudah tau terlebih dulu tentang acara malam ini dari Bulik Indah. Katanya Icha kemaren mampir ke rumah pulang kerja dan bilang kalau dua hari lagi keluarganya mau datang. Nggak bilang apa maksudnya, Cuma bilang mau menindaklanjuti lamaran Azra beberapa minggu kemarin. Mendengar itu, Mama langsung bilang akan terbang ke Jogja dan bakal terima sendiri tanggal yang diberikan Pak Joko. Bagaimana pun, Mama yang akan mantu. Tapi tentu aja Azra nggak mau ditinggal. Dia yang mau menikah, tentu dia
Read more

Chaps 43: Love Will Find Its Way

Icha Current POV Tanggal sakralnya sudah ditentukan. Beberapa hal pokok juga sudah diambil keputusannya. Kabar baiknya disambut gembira oleh Nisya, Ida dan Hafid. Bahkan kemarin Ida dan Hafid mengirim gambar mereka sedang makan malam bareng sama Azra, membuatnya iri setengah mati. "Kan ada akuuu. Biasa deh, suka nggak dianggep." Niysa mencebik kesal. Ini hari minggu, Bapak dan Ibu pergi dengan Bulik Indah untuk testing food bakal pernikahan mereka. Mas Eka lembur dan dek Iyo jalan sama teman – teman klub sepak bolanya. Icha sengaja memanggil Nisya untuk menemaninya karena hari ini dia kebetulan juga sedang kosong. Barusan dia memperlihatkan foto dari Ida saat makan malam bersama Hafid dan Azra. Dan reaksi Nisya membuatnya merasa tidak enak. "Maksudnya bukan gitu, Nisyaaaa." Nisya masih ingin lebih lama mengerjainya. "Abisan kalo sama aku biasa aja, pas liat mereka jalan kamu ngiri! Emang aku apaan." "Y
Read more

Chaps 44: The Closure For A Brand New Beginning

Nisya’s Current POV Mereka bertiga duduk canggung dalam diam. Nisya sengaja tidak beranjak dari sana dan membiarkan dua orang ini sendiri. Dia tau Amyra dari cerita Icha tempo hari saat Azra pertama kali melamar. Dan melihat orangnya langsung, bertatapan dengannya pertama kali, membuat Nisya tau kenapa Icha sempat gamang menjawab Azra. Amyra gadis yang cantik. Cantik banget sampe bikin dia yang cewek aja minder mungkin kalo jadi temennya. Pembawaannya tenang. Dan tatapannya tajam saat menatap Icha dan juga dirinya. Tatapan itu, tatapan penuh tantangan dan ajakan perang. Walaupun akhirnya kalah juga. Icha di sisi lain, terlihat gugup bertemu dengan Amyra. Selama ini dia selalu berusaha seminim mungkin berinteraksi dengan Amyra, yang setelah pertemuan pertama mereka, seakan terang - terangan mengabaikannya seolah dia tidak ada. Dia sampai menolak ajakan Azra ke kantor Jakarta beberapa kali karena tidak ingin bertemu dengan Amyra dan
Read more

Chaps 45: Trust

Azra's Curret POV "Kamu ngirim foto apa, sih, Sayang?" Tanyanya saat wajah Icha sudah muncul di layar ponselnya. Iya, mereka sedang  melakukan video call. "Foto." Icha menjawab. Ya memang, calon istrinya itu barusan memang mengiriminya foto. Tapi bukan itu yang dia ingin tanyakan. Melainkan maksud Icha mengiriminya foto tersebut. Di latar belakang, dia bisa mendengar suara Nisya terkikik. "Kamu lagi sama Nisya? Lagi di luar? Dimana?" Dikap posesifnya ikut absen mengecek keberadaan Icha. "Abis muter - muter. Makan Carbonara di Moses. Tadi Nisya pengen itu, terus lanjut nge mall window shopping sama nonton film. Ini lagi mau pulang, tapi Nisya bilang pingin cobain kedai kopi baru. Ini kita masih disini." "Itu foto apaan? Kamu ngap
Read more

Chap 46: Sayonara

Azra Current POV Mereka, Azra dan Amyra, sudah sampai di bandar udara Cengkareng. Masih ada cukup waktu untuk check in dan mungkin membicarakan hal - hal yang harus dibicarakan, mengingat mereka berdua sedari tadi hanya saling diam sepanjang perjalanan kemari.  Tidak biasanya, karena Amyra bukan tipe yang diam dan menyukai kesunyian. Dia seperti radio yang siap siaran penuh dua puluh empat jam. Tidak peduli yang diajak ngobrol sudah berada diawang - awang sekalipun karena mabok mendengar suaranya. Tapi hari ini, selain sapaan dan kalimat 'ah, lo dateng juga ternyata' mereka sama - sama bungkam. "Thanks, ya." Akhirnya Amyra bersuara. Saat mereka hampir sampai di gate check-in
Read more

Chaps 47: Gown Fitting

Icha Current POV Icha menutup dada bagian atas dan pundaknya yang kini terekpos bebas. Dia risih. Memang sih, yang di sini perempuan semua, tapi kalau gaun ini yang jadi pilihannya, dia akan memakainya nanti di depan ratusan orang di acara pernikahannya. Mental Breakdown lah! Dia nggak pernah pakai baju yang seterbuka ini. Di depannya, Bulik Indah bertepuk tangan heboh. Terlihat puas dengan hasilnya. "Bulik udah ngira, kamu bakal cocok banget pake gaun model ini!" Dia meringis. "Nggak dipakein lengan Bulik? Nanti Icha masuk angin." Tanyanya pelan. Takut menyinggung perasaan buliknya. "Masuk angin apa. Ini cuma baju buat resepsi kok, salah satunya nanti pake baju - baju ini nanti." Icha mendelik saat asisten Bulik Indah membawa dua baju lagi untuk dicoba. "Pas akad na
Read more

Chaps 48: Pingitan

Azra's Current POV   Mereka melewati hari yang berkualitas berdua selama Azra ada di Jogja. Besoknya Icha yang menemani Azra gantian fitting jas pengantin. Nggak banyak, cuma tiga, sama seperti Icha. Beskap (baju adat laki - laki jawa - jas lengan panjang, blangkon dan Jarik) yang akan dipakai saat resepsi sudah paten, hanya tinggal menyesuaikan ukuran saja. Kata Bulik Indah, lengannya perlu sedikit di pendekin biar yang pakai merasa nyaman.  Mereka nurut saja. Yang tau soal baju kan memang Bulik Indah. Beliau pakarnya, jadi manut saja lah sama pakarnya. Undangan juga sudah dimasukkan ke cetak. Persiapan pernikahan mereka sudah delapan puluh persen. Dua puluh persen nya ada pada hari H. Intinya, persiapannya sudah amat matang. Sebulan lagi, malah nggak sampai. Dua puluh tujuh hari lagi karena sekarang sudah bulan Maret awal. Sore itu, saat Azra menjemput Icha untuk mengantarnya pulang ke Bandara, dia ketemu
Read more

Chaps 49: How Time Flies When Actually I'm Longing For You

Azra's Current POV   Masa pingitannya berlalu alot bagi Azra. Dia dilarang oleh Bulik Indah dan Neneknya untuk berhubungan dengan Icha dalam bentuk apapun. Mama sih santai. Nggak percaya sama yang begitu. Bapak juga lebih ke nggak boleh ketemu dulu tapi masih boleh berhubungan, teknologi katanya. Tapi tiap malam salah satu dari mereka, Bulik Indah dan Nenek selalu mengeceknya. Dan dia tidak bisa berbohong pada orang - orang terdekatnya. Lebih gampang walk out daripada mencari alasan untuk berbohong. Makanya dulu saat ada masalah dengan Icha dia lebih memilih menghindar. Oke, itu memang karena dia pengecut. Tapi kira - kira seperti itulah alasannya. Tapi apakah dia menurutinya? Tentu saja...  nggak. Kangennya lebih besar! Dia lihat polanya Bulik Indah dan Neneknya kalau bertanya. "Hari ini nggak telpon Icha, kan? Wasapan? Sms?" Hanya seputar tiga itu. Dia nggak menyebutkan skype an di sana. Jadi, Azra
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status