Home / Urban / Tentang Harga Diri / Chapter 621 - Chapter 630

All Chapters of Tentang Harga Diri: Chapter 621 - Chapter 630

1073 Chapters

S2.15. Para Kandidat

“Tuan Muda, kandidat untuk calon asisten anda sudah datang, mereka semua berada di ruang tunggu sekarang,” kata Kyle Brenan yang sekarang menjabat sebagai penasihat bagi Nicko.Pekerjaan Nicko semakin lama memang semakin berat, semenjak kedua orang tuanya memutuskan untuk tidak lagi mengurus bisnis raksasa mereka. Nicko yang masih berusia muda tentunya ;ebih enerjik dan memiliki ide-ide yang spektakuler.Jiwa muda Nicko yang dinamis akan lebih mudah berkompromi dengan perubahan. Kreativitasnya yang tanpa batas akan membuat inovaso-inovasi baru yang unik dan akan mendatangkan berbagai keuntungan tentunya.Namun tampaknya mereka lupa, di balik energi dan kreativitas anak muda masih ada emosi yang labil serta pengalaman yang tidak terlalu banyak. Hingga Nicko membutuhkan seseorang untuk memberikan bimbingan agar tidak salah langkah.Awalnya Kyle enggan untuk bergabung dengan perusahaan milik keluarga Lloyd saat Lloyd senior memutuskan untuk berhenti. Namun Nicko meminta dan adanya doron
last updateLast Updated : 2022-05-18
Read more

S2.16 Ada Yang Mencoba Membawa Ian dan Jo

Suara yang berdentum keras dan bunyi rem yang berdecit memekakan telinga membuat Ian terpaksa menghentikan larinya dan menoleh untuk mengetahui apa yang terjadi. Saat itulah ia tersentak dan tak bisa menyembunyikan tangis.Ian yang tadinya menghindar dari panggilan sang Ibu pun berbalik dan menuju ke arah suara itu. Apa yang ia lihat benar-benar hal yang tak ingin ia lihat sebenarnya.“Ibuuuu!” teriaknya kencang sambil menyentuh seorang perempuan muda yang terbujur di atas jalanan. Sementara sebuah mobil SUV tampak berhenti di depan perempuan yang dipanggil Ibu oleh Ian.“Apa dia Ibumu?” tanya salah satu dari laki-laki yang barusan keluar dari mobil SUV itu, sedangkan rekannya yang juga seorang lelaki hanya diam di belakangnya.Ian mengangguk lemah.Sang pengemudi berjongkok dan memperhatikan sosok Josephine yang kini terbaring dan memperhatikan wajahnya dengan seksama.“Cantik sekali, ini bukan salahku menabrakmu, tapi kilauan di wajahmu lah yang mengalihkan pandanganku,”pikir lelaki
last updateLast Updated : 2022-05-19
Read more

s2.17 Kecerdasan Jacklyn

Dua orang paramedis langsung mendekat ke arah James yang tengah menggendong tubuh Jo dan akan membawa ke sisi belakang mobil SUV nya. Kehadiran kedua mobil itu menjadi kabar baik bagi Ian. Apalagi mobil hitam yang menyertai ambulance begitu dikenal baik olehnya.Kedatangan mobil itu tak disia-siakan oleh Ian tentunya. Ia langsung menggerakkan tubuhnya, menggigit James dan melepaskan diri.Mobil itu memang yang membawanya bersama Jo ke rumah Daisy. Saat itulah Jacklyn langsung melingkarkan lengannya pada Ian dan menarik anak itu ke dalam pelukannya.“Kau sudah aman sekarang,” bisik Jacklyn mencoba menenangkan Ian yang masih saja menangis sesenggukan.“Ibu … Ibu.”Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Ian. Meski bukan seseorang yang melahirkannya, tapi Ian memiliki kedekatan emosional yang sangat mendalam dengan Josephine. Dari Josephinelah ia merasakan kasih sayang seorang Ibu.“Kalian siapa? Apa kalian bermaksud membawa perempuan ini ha?” teriak Benjie.James yang baru saja hilan
last updateLast Updated : 2022-05-20
Read more

S2.18 Kekacauan di Ruang Tunggu

Nicko menghela napas panjang saat melihat kandidat yang baru saja masuk ke ruang tunggu.“Sepertinya dia satu-satunya perempuan yang waras di sini,” batinnya kemudian meeminta Kyle untuk memanggil perempuan yang baru datang itu.“Suruh dia masuk ke ruanganku, aku akan melakukan wawancara singkat dengannya!” perintah Nicko pada penasihatnya.Otomatis perintah Nicko kali ini menuai protes dari para perempuan yang menunggu di sana, terutama mereka yang belum mendapatkan giliran untuk diwawancara.Satu orang yang belum mendapat giliran pun berdiri dan melangkah dengan cepat mencoba untuk mencegah Nicko masuk ke dalam ruangannya. Sementara beberapa perempuan lainnya mencegah gadis yang baru datang untuk masuk ke dalam ruangan Nicko.“Tuan Muda!” panggil perempuan yang pertama kali diwawancarai oleh Nicko, kali ini ia tidak ada desahan dalam nada suaranya, justru ada kemarahan yang tersirat di sana.Nicko hanya menoleh dan menurunkan tatapan mata pada perempuan itu lalu menghela napas panja
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more

S2.19 Membeli Rumah Sakit

Ian langsung menghambur ke pelukan ayah angkatnya saat ia melihat sosoknya. Tangisnya semakin keras saat melihat sosok lelaki yang belakangan ini selalu dipanggil Ayah olehnya.“Ian, sayangku apa yang terjadi?” tanya Nicko kemudian menggendong anak kecil itu dan mendekapnya.“Ibu … Ibu ditabrak mobil dan yang menabarak orang jahat,” ucapnya sambil menangis.Perihal Jo yang tertabrak mobil, Nicko memang sudah mengetahuinya. Namun sebutan orang jahat benar-benar menggelitik telinganya. Saat menelepon tadi, Jacklyn hanya mengatakan kalau Jo mendapat kecelakaan.“Sekarang tunjukkan pada Ayah dimana Ibu dirawat,” pinta Nicko pada Ian.Dalam gendongan, anak kecil itu menuntun Nicko menuju bilik gawat darurat dan diikuti oleh Adam Reinhart yang memang menemani Ian menunggu di luar ruangan. Sementara Jacklyn sendiri berdiri di samping brankar Josephine dan berjaga di sana.Luka di sekujur tubuh Josephine telah diobati, tapi sang istri masih belum juga sadar. Hidungnya masih menggunakan selang
last updateLast Updated : 2022-05-21
Read more

S2.20 Sisi Lain Russell

Pintu utama Rumah Sakit Royal didorong dengan kasar oleh Russell yang ditemani oleh dua orang anak buahnya. Suasana lobi Rumah sakit yang semula tenang mendadak tegang saat mereka datang.Meja resepsionis yang semula ramai dengan beberapa orang yang mengantri mencari informasi pun mendadak lenggang. Mereka semua justru memberi celah saat melihat sosok Russell yang menuju ke arah meja resepsionis.Sebenarnya bukan maksud Russell untuk mendahului mereka semua yang mengantre. Ia bersama anak buahnya tahu kalau tempat ini adalah Rumah Sakit, sudah pasti mereka yang datang kemari memiliki kepentingan yang mendesak dan mencakup hidup dan mati seseorang. Ia juga tak keberatan untuk mengantre.“Siapa yang meminta kalian pergi dan memberi celah pada kami, huh tapi baguslah kami tak perlu menunggu begitu lama,” gumam Russell sambil mengangkat bahu.Pria berpakaian serba hitam itu pun menggebrak meja dengan kasar. Kedua matanya menatap resepsionis dengan tajam, sampai membuat tangan petugas berg
last updateLast Updated : 2022-05-22
Read more

S2.21 Ada Syaratnya

Russell kembali ke arah kasir dan mengacuhkan wanita muda yang masih memperhatikan dirinya. Bagi wanita itu, Russell yang menyeramkan adalah sosok pahlawan. Ingin sekali ia menunggu Russell dan berbicara lebih banyak dengannya, tapi hal itu tak mungkin dilakukan. Ia harus menemani putranya yang kini sudah mendapatkan penanganan.“Siapa namamu?” tanya Russell pada kasir yang baru saja memberikan tanda terima padanya.“Sa … saya Grace Bunton Tuan,” jawabnya tanpa ada rasa bersalah.Russell memperhatikan tanda terima yang diberikan oleh kasir itu, dan ia memicingkan mata. Nominal dan informasi yang dituliskan di sana terasa janggal.Rumah Sakit Royal adalah Rumah Sakit kelas dua di Westcoast Town. Untuk biaya pemeriksaan pada dokter spesialis anak dinilai terlalu tinggi, bahkan lebih tinggi dari Rumah Sakit bertaraf internasional.“Hei apa kau tidak salah? Ini untuk biaya kunjungan pada klinik spesialis anak? Atau mungkin sudah termasuk deposit rawat inap? Apakah kalian sudah bisa memast
last updateLast Updated : 2022-05-22
Read more

S2.22 Permintaan Resepsionis

Russell mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia menggigit bibir bawahnya kesal, kemudian membuang muka dan mencibir perempuan di depannya.“Cih paling-paling alasan kalian semuanya sama. Kalian pasti ingin mengejar harta dari Tuan Muda,” gumam Russell bermaksud menyindir si gadis resepsionis.Perempuan yang ada di depan Russell sepertinya mendengar ucapan dari pimpinan kelompok jubah hitam. Namun ia tak peduli, dan tak akan memberikan kesempatan baginya menemui Tuan William Jackson kecuali permintaannya terlaksana.Sebenarnya ia bosan untuk terus menerus dalam posisi ini. Sudah sering orang-orang yang berpenampilan menyeramkan seperti Russell datang untuk mencari Tuan William Jackson. Ia sangat lelah terus-menerus meyakinkan mereka untuk tidak menemuai sang pemilik Rumah Sakit.Menurut rumor Tuan William memiliki hutang dalam jumlah besar, tapi dia tak berani mencari tahu kebenarannya. Lebih tepatnya tidak ingin peduli akan hal ini.Petugas resepsionis pun melirik ke belakang. Antrian cuk
last updateLast Updated : 2022-05-23
Read more

S2.23 Ancaman Russell Pada William

Russell menghentikan sejenak langkahnya saat berada di lorong, ia memperhatikan peta yang tadi sempat diucapkan oleh resepsionis. Peta itu memang berfungsi sebagai penunjuk jalur evakuasi jika terjadi sesuatu yang di luar kendali.Pria berambut merah itu memperhatikan dengan seksama dan melihat keterangan yang muncul pada bagian bawah. Kemudian ai apun mengangguk pelan saat menemukan apa yang ia cari.“Hmm ternyata di sini,” pikirnya kemudian memastikan apa yang diucapkan oleh resepsionis itu benar.“Apa yang dikatakan oleh perempuan itu apakah benar, Bos?” tanya anak buah Russell yang mengawalnya.“Hmm, ayo!” Russell pun melambaikan tangan dan mengajak anak buahnya untuk mengikuti menuju ruangan William Jackson.Mereka berdua memasuki lift dan menekan angka tujuh, tempat ruangan William berada. Sesekali pria berambut merah itu memperhatikan jam tangannya dengan tidak sabar. Seakan lift bergerak semakin lamat.“Sebelah sini!”seru Russell mengajak anak buahnya ke arah kiri dan mendapat
last updateLast Updated : 2022-05-24
Read more

S2.24 Dia Orang Yang Sama

William Jackson masih ternganga mendengar ucapan Russell barusan, tapi pria ini mulai berpikir menebak-nebak siapa orang yang ada di hadapannya ini. Bagaimana mungkin orang-orang ini berani menggertaknya dan membicarakan tentang hutang-hutangnya.Pria berambut kelabu ini langsung berdiri dan mengacungkan jari telunjuk ke arah Russell dan kawannya. Emosinya semakin meluap saat melihat Russell duduk sambil kakinya diletakkan ke atas meja kerjanya.“Bedebah kau! Berani benar bersikap kurang ajar padaku!” amuk William.Russell hanya tersenyum sinis. Ia tak menanggapi lelaki bodoh di hadapannya. Ia pun langsung mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.Tak ada kecurigaan apapun dari William Jackson saat melihat Russell mencoba menghubungi seseorang. Pria ini justru malah menertawakan Russell Raines dan mengolok-oloknya.“Huh ternyata kalian hanya anak kecil yang berani menggertak dan ujung-ujungnya menelepon seseorang yang lebih kuat lagi. Mungkin kalian menelepon ayah kalian,” cibirnya
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more
PREV
1
...
6162636465
...
108
DMCA.com Protection Status