All Chapters of Tentang Harga Diri: Chapter 291 - Chapter 300

1073 Chapters

292. Karma

Kedua mata Daisy langsung membulat saat ia melihat si Nyonya besar menyerahkan kunci villa pada menantunya. Diam-diam ia membayangkan dirinya berada di villa yang baru.Daisy memang selalu betah beralam-lama berada di villa itu. Villa yang berada tak jauh dari pantai dengan luas empat kali dari rumah tinggalnya sekarang.Villa milik Elizabeth bahkan memiliki kolam renang pribadi, dilengkapi empat kamar tidur dan satu kamar pelayan. Ditambah lagi ruang keluarga yang cukup luas, lengkap dengan perabotan yang mewah.Perlahan wanita itu mendekatkan dirinya pada sang menantu dan melirik ke arah Adrian dengan pandangan meremehkan."Nicko, aku tak mengira kau bisa mendapatkan hadiah yang begitu indah untuk nenek. Apalagi ini adalah karya asli yang pasti harganya sangat mahal," kata Daisy sambil menyeringai.Wanita itu tidak mau tahu bagaimana Nicko mendapatkan uang untuk membeli hadiah bagi Elizabeth. Yang ada di pikirannya s
Read more

293. Kalah Lagi

Diam-diam Adrian mundur dari kerumunan. Ia tak mau harga dirinya hancur karena harus berlutut pada laki-laki tak berguna itu untuk kedua kalinya. Terlebih sanksi dibekukannya rekening karena kartu mengalami kerusakan."Huh, siapa juga yang mau merusak kartu emas. Aku harus segera pergi dari sini," pikirnya.Namun sepertinya Dewi Fortuna tidak berpihak pada lelaki berambut pirang ini. Josephine memergokinya dan mengundang perhatian yang lain."Adrian, kau mau kemana?" panggil Josephine setengah berteriak. Mau tak mau yang lain pun menoleh ke arahnya, dan yang dipanggil pun berhenti."Kau mau pergi kemana Adrian?" ulang Josephine. Adrian hanya mematung kikuk di hadapan Josephine. Ia menoleh ke kanan kiri, seperti mencari obyek untuk dibicarakan dengan Josephine."Apa yang kau cari Adrian, bukankah kau sudah membuat kesepakatan dengan suamiku jika kau kalah maka kau akan berlutut di depannya dan menggunting kartu em
Read more

294. Menantu Banyak Akal

Nicko melihat keadaan rumah masih terlihat berantakan. Ia pun segera meletakkan kunci mobilnya dan berganti pakaian rumahan untuk melakukan tugasnya.Namun saat ia hendak mengambil alat pembersih, seseorang meraih pundaknya."Kau mau apa Nick?"Dialah Daisy ibu mertuanya, yang kali ini berbicara dengan nada yang ramah dan sopan. Sangat berbeda dari kesehariannya."Tentu saja aku hendak membereskan rumah. Tadi pagi bukankah kita terburu-buru sehingga aku tak sempat melakukannya?" tanya Nicko memastikan. "Ya, kau benar rumah rumah ini memang terlihat kotor dan berantakan. Namun kau tak perlu bersusah payah untuk membersihkannya. Kau istirahat sajalah di kamar. Aku sudah menghubungi jasa pembersih rumah dan memesan makanan untuk kita makan malam bersama," ajak Daisy.Nicko tahu wanita di hadapannya ini memiliki maksud yang tersembunyi. Kuat dugaannya kalau Ibu mertuanya sangat ingin mendapatkan kesemp
Read more

295. Darimana Uangnya?

Josephine tampak termenung di tepi ranjang. Kejadian kali ini sungguh tak terduga olehnya.Meski ia senang karena Adrian tidak bisa mengalahkan sang suami. Namun ada satu pertanyaan yang menggelitik bagi Josephine."Hmm bagaimana Nicko bisa mendapatkan hadiah itu? Bukankah lukisan Mueler yang asli sangat mahal," pikirnya sambil menghentak-hentakkan telapak kakinya yang telanjang pada lantai.Berbagai dugaan muncul pada istri Nicko, tentu ia khawatir kalau suaminya melakukan perbuatan yang tidak benar. Takut kalau Nicko mencuri, terlibat hutang rentenir, dan yang terparah ia ingat ucapan mendiang Armando."Bagaimana kalau suamiku menjadi seorang gigolo. Dia kan tampan, tubuhnya bagus, dan ianjuga sangat piawai di atas ranjang, tentu saja banyak wanita kesepian yang menginginkan dirinya," gerutu Josephine lirih.Namun tanpa ia sadari terdengar oleh suaminya yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar."Hmm jadi menu
Read more

296. Jo Masih Curiga

Wajah Josephine masih terlihat masam meskipun hari sudah berganti pagi. Ia masih mempertanyakan darimana sang suami bisa mendapatkan hadiah semahal itu.Melihat keadaan sang istri yang tampak suram, Nicko pun langsung mendekatinya. Ia sangat terganggu melihat sang istri yang bermuka masam. Tentu saja pemuda ini tak ada semangat untuk menjalani harinya.Ia pun merangkul pundak sang istri dengan mesra dan membimbingnya untuk beranjak keluar kamar. Namun tangannya ditepiskan oleh Josephine."Kenapa kau melepaskannya, apa.ada yang mengganggumu?" tanya Nicko.Josephine hanya mengangkat bahu dan mendengkus."Apa aku harus mengulangi pertanyaanku?" tanyanya."Pertanyaan yang mana?""Bagaimana kau bisa mendapatkan uang untuk membeli hadiah nenek?" tanya Josephine ketus."Bukankah sudah kukatakan aku diberi oleh seseorang."Namun tak semudah itu Josephine mempercayai. Ia menatap tajam ke arah
Read more

297. Siapa Yang Heboh

Sebuah kejutan kembali menyambut Nicko saat ia keluar dari kamar bersama sang istri. Meja penuh dengan hidangan yang lengkap untuk sarapan.Pemuda itu pun melirik ke arah jam dinding yang ada di ruang makan. Ia terlambat bangun, dan tak ada teriakan untuknya sama sekali."Selamat pagi Jo, Nicko. Ayo sarapan bersama," ajak Daisy yang membuat kedua putrinya heran.Namun tidak dengan Nicko. Ia tahu kalau wanita ini sengaja melakukan hal ini karena ingin sesuatu darinya.Nicko pun berpura-pura untuk memeriksa aneka hidangan yang ada. Ia ingin tahu, apalagi reaksi yang akan diberikan oleh Daisy dan Edmund."Kenapa Nicko, apakah sarapan yang kau inginkan tidak tersedia di meja? Jika tidak, aku bisa memesan menu baru," tawar Daisy dengan keramahan yang dibuat-buat, dan pastinya menimbulkan kecurigaan pada Josephine.Josephine berbisik pada sang suami yang duduk di sebelahnya. Ia curiga, takut kalau snag Ibu akan memberin
Read more

298. Mempersiapkan Kejutan

Seorang pria berdasi turun dari mobil sport mewahnya. Dengan gagah ia mulai memasuki sebuah dealer mobil BMW.Sudah pasti penampilannya yang mentereng mampu memberi kesan pada pramuaniaga. Seorang sales wanita dengan pakaian minim mencoba mendekati lelaki itu."Tuan mobil apa yang Anda cari?" tanyanya ramah."Hmm, apa yang bisa kudapat dengan uang segini?" tanyanya sambil menunjukkan angka pada layar ponselnya.Perempuan itu pun tersenyum dan mengangguk ramah. Dengan angka yang ditunjukkan oleh pemuda di hadapannya, maka laki-laki itu bisa membawa sebuah unit sedan BMW seri 5."Mari ikut saya Tuan," ajak perempuan itu ramah sambil berjalan berlenggak-lenggok, dan bermaksud mencari perhatian pada pelanggan dealernya.Perempuan berpakaian minim itu sudah membayangkan komisi yang akan ia terima jika mampu menjual satu mobil. Apalagi mobil itu adalah seri 5, yang hanya mampu dimiliki kalangan menengah atas.
Read more

299. Semua Ingin Punya

Nicko hanya mengucapkan maaf secara singkat. Tanpa ada penjelasan apapun pada mertuanya, ia pun berlalu untuk masuk ke dalam kamarnya.Namun wanita paruh baya itu meraih lengan pemuda di hadapannya agar tak melanjutkan langkah. Tatapan penuh kekecewaan pun ditujukan pada menantunya seperti sedia kala."Apa kau tidak dengar aku bicara apa?" protes Daisy yang merasa tidak dihargai oleh menantunya."Ya, aku dengar, Ibu protes karena aku tak mengajak Ibu bertemu dengan Nenek kan?" balas Nicko."Itu kau tahu, tapi kenapa kau tak melakukannya?" tanya Daisy menantang.Nicko yang merasa dirinya telah melakukan hal benar pun tak setuju dengan keberatan mertuanya. Baginya Daisy telah melakukan hal konyol.Bukankah ia memiliki tugas mengantar Jo dan Cathy bekerja setiap hari? Catherine pun juga bekerja di hotel Windsor menggantikan posisi adiknya. Lalu untuk apa Nicko harus pulang ke rumah menjemput mertuanya.
Read more

300. Kau Jual Aku Beli

Edmund hanya melirik sang istri yang tampak uring-uringan. Berkali-kali wanita yang ia nikahi selama puluhan tahun itu memukuli bantal sofa."Ini tak bisa dibiarkan. Ayo Edmund kita harus melakukan sesuatu," gerutunya.Pria paruh baya ini pun meletakkan majalah yang tengah ia baca, kemudian berpaling pada Daisy."Kenapa kau tak berhenti marah sejak tadi?" tanyanya."Huh tentu saja aku sangat kesal akan ulah menantu tak tahu diuntung itu," keluh Daisy."Memang apa yang ia lakukan?" tanya Edmund.Daisy pun menceritakan apa yang dilakukan oleh Nicko pada suaminya dengan penuh emosi. Ia ingin agar sang suami setuju dengan pendapatnya."Hmm, jadi itu masalahnya. Sudah lupakan saja masalah ini. Justru lebih baik kan kalau dia segera pergi dari rumah ini," balas Edmund santai.Mendengar jawaban sang suami, Daisy pun naik pitam. Tentu ia tak setuju dengan ucapannya."Kau ini,
Read more

301. Rencana Damian

"Hmm jadi kalian menganggap ku akan menjual villa itu?" tanya Nicko memastikan apa yang diucapkan oleh Damian."Ya benar, dasar kau serakah. Dia memang sengaja tidak ingin mengajak bibi saat menjual villanya. Dia ingin agar menikmati uangnya sendirian. Atau lebih parah lagi, dia akan menggunakan uangnya untuk mencari perempuan lain dan meninggalkan Josephine," tambah Damian memperparah keadaan.Apa yang diucapkan oleh cucu pria satu-satunya dalam keluarga Windsor itu benar-benar membuat Daisy panas. Bukan masalah Nicko yang akan meninggalkan Josephine dan mencari perempuan lain. Namun karena villa yang ia idam-idamkan dijual begitu saja.Sama hal nya dengan Edmund yang benar-benar tahu akan sejarah villa mewah itu pun tak terima. Villa itu dibuat oleh mendiang Ayahnya saat baru meraih kesuksesan. Bisa dibilang villa itu adalah simbol kejayaan keluarga Windsor.Bicara tentang nilai, tentu saja bangunan itu memiliki nilai yang tinggi
Read more
PREV
1
...
2829303132
...
108
DMCA.com Protection Status