Nicko hanya mengucapkan maaf secara singkat. Tanpa ada penjelasan apapun pada mertuanya, ia pun berlalu untuk masuk ke dalam kamarnya.
Namun wanita paruh baya itu meraih lengan pemuda di hadapannya agar tak melanjutkan langkah. Tatapan penuh kekecewaan pun ditujukan pada menantunya seperti sedia kala."Apa kau tidak dengar aku bicara apa?" protes Daisy yang merasa tidak dihargai oleh menantunya."Ya, aku dengar, Ibu protes karena aku tak mengajak Ibu bertemu dengan Nenek kan?" balas Nicko."Itu kau tahu, tapi kenapa kau tak melakukannya?" tanya Daisy menantang.Nicko yang merasa dirinya telah melakukan hal benar pun tak setuju dengan keberatan mertuanya. Baginya Daisy telah melakukan hal konyol.Bukankah ia memiliki tugas mengantar Jo dan Cathy bekerja setiap hari? Catherine pun juga bekerja di hotel Windsor menggantikan posisi adiknya. Lalu untuk apa Nicko harus pulang ke rumah menjemput mertuanya.Edmund hanya melirik sang istri yang tampak uring-uringan. Berkali-kali wanita yang ia nikahi selama puluhan tahun itu memukuli bantal sofa."Ini tak bisa dibiarkan. Ayo Edmund kita harus melakukan sesuatu," gerutunya.Pria paruh baya ini pun meletakkan majalah yang tengah ia baca, kemudian berpaling pada Daisy."Kenapa kau tak berhenti marah sejak tadi?" tanyanya."Huh tentu saja aku sangat kesal akan ulah menantu tak tahu diuntung itu," keluh Daisy."Memang apa yang ia lakukan?" tanya Edmund.Daisy pun menceritakan apa yang dilakukan oleh Nicko pada suaminya dengan penuh emosi. Ia ingin agar sang suami setuju dengan pendapatnya."Hmm, jadi itu masalahnya. Sudah lupakan saja masalah ini. Justru lebih baik kan kalau dia segera pergi dari rumah ini," balas Edmund santai.Mendengar jawaban sang suami, Daisy pun naik pitam. Tentu ia tak setuju dengan ucapannya."Kau ini,
"Hmm jadi kalian menganggap ku akan menjual villa itu?" tanya Nicko memastikan apa yang diucapkan oleh Damian."Ya benar, dasar kau serakah. Dia memang sengaja tidak ingin mengajak bibi saat menjual villanya. Dia ingin agar menikmati uangnya sendirian. Atau lebih parah lagi, dia akan menggunakan uangnya untuk mencari perempuan lain dan meninggalkan Josephine," tambah Damian memperparah keadaan.Apa yang diucapkan oleh cucu pria satu-satunya dalam keluarga Windsor itu benar-benar membuat Daisy panas. Bukan masalah Nicko yang akan meninggalkan Josephine dan mencari perempuan lain. Namun karena villa yang ia idam-idamkan dijual begitu saja.Sama hal nya dengan Edmund yang benar-benar tahu akan sejarah villa mewah itu pun tak terima. Villa itu dibuat oleh mendiang Ayahnya saat baru meraih kesuksesan. Bisa dibilang villa itu adalah simbol kejayaan keluarga Windsor.Bicara tentang nilai, tentu saja bangunan itu memiliki nilai yang tinggi
Daisy berdiri berkacak pinggang menghadap ke arah menantunya yang dinilai semakin kurang ajar. Kedua mata aqua wanita itu membulat dan menatap tajam. Ia sangat geram."Dengar ya menantu tak tahu diri! Kau ini sudah melakukan suatu kesalahan, tapi kau malah meminta persyaratan pada kami," katanya sengit sambil menunjuk-nunjuk ke arah menantunya."Hei pecundang, kami semua menginginkan yang hasil penjualan itu agar kami bisa membeli villa itu kembali dan mengembalikannya pada Nenek. Beliau kecewa sekali karena telah salah memberikan hadiah padamu yang justru menjual simbol kejayaan keluarga kami," balas Damian."Nenek mau mempertaruhkan villa itu padamu karena kau masih dianggap sebagai bagian dari keluarga Windsor. Meskipun statusmu hanya seorang menantu yang tak berguna. Namun karena jasamu sebagai pengantin pengganti untuk menutupi aib keluarga, maka beliau mempercayaimu. Justru kau mengecewakan harapan Ibuku," tambah Edmund.Keti
Sekali lagi Nicko menatap tajam ke arah Damian. Membiarkan pria itu semakin terlihat pucat dan salah tingkah."Tuan Damian Windsor, sekali lagi apakah benar kau mengkhawatirkan keadaan Nenek? Atau kau juga menginginkan,-" Nicko sengaja tak melanjutkan ucapannya.Ia ingin bermain tarik ulur pada putra Howard Windsor. "Aku melihat villa nenek memiliki luas lebih dari satu hektar," kata Nicko kemudian.Sengaja ia membicarakan keunggulan villa di depan mertuanya. Membuat pasangan suami istri itu semakin emosi dan ingin segera memilikinya."Bukankah jika villa itu tidak boleh dijual karena simbol keluarga Windsor. Kupikir seharusnya neneklah yang paling berhak atas uang itu. Lalu kenapa kau menghalangi niatku untuk mengundang nenek?" tanya Nicko menyelidik.Melihat sang menantu bersikeras meminta sang Nenek untuk tetap hadir, Edmund pun mulai angkat bicara. Sepertinya ayah mertuanya sudah terpengaruh oleh perkataan Da
Nicko mengemudikan mobilnya dengan didampingi oleh sang istri dan kakak iparnya. Seperti biasa Edmund dan Daisy enggan bergabung dengan mobil menantunya yang sudah bobrok saat ada mobil lain yang lebih layak.Menantu yang tak dianggap oleh keluarga Windsor mengirimkan pesan pada istri dan kakak iparnya kalau tak bisa menjemput. Mereka yang baru saja pulang dengan menggunakan tadi pun tak sempat untuk berganti pakaian karena harus segera ke villa."Nick, apa benar yang dikatakan oleh Damian?" tanya sang istri sambil memperhatikan suaminya yang berkonsentrasi dengan kemudi."Kau akan tahu sendiri nanti," balas Nicko."Sayang, bukannya aku meragukanmu, tapi melihat keadaamu saat ini aku menyimpulkan kau cukup banyak membutuhkan uang. Jujurlah padaku sayang. Apa kau memang menjual villa itu?" tanya Josephine.Namun lagi-lagi Nicko bergeming. Ia tak memberi respons apapun terhadap pertanyaan sang istri. Sengaja membiarkan i
Anggota keluarga Windsor tampak heran dengan kehadiran para pria berpakaian serba hitam. Mereka merasa asing dengan kedatangan orang-orang itu.Terlihat bagaimana pasangan suami istri Windsor saling berbisik. Mereka penasaran dengan siapa yang datang. Damian sendiri tampak beringsut melihat penampilan mereka."Apa kau lihat siapa yang datang?" bisik Daisy pada suaminya."Entahlah, aku tak mengenal mereka. Apa dia ada hubungannya dengan si tak berguna itu?" tambah Edmund.Mereka berdua pun saling berpandangan dan mengangkat bahu. Sebentar-sebentar mereka pun melirik ke arah rombongan yang baru datang itu. Namun sedetik kemudian mereka menundukkan kepala.Sepertinya pasangan Windsor takut akan kehadiran orang-orang itu. Wajah mereka sama sekali tak bersahabat, tak ada senyum sama sekali.Nicko yang ada di situ pun langsung menyalami si pemilik rambut merah yang memimpin rombongan. Juga pria ber jas abu-abu y
Merasa terhina oleh ucapan menantu parasit keluarga Windsor, Damian pun langsung mendekati suami sepupunya. Kedua tangannya mendorong tubuh lelaki itu hingga ia mundur dua langkah.Lelaki yang tingginya hampir sama dengan Nicko itu pun mengacungkan telunjuknya di hadapan Nicko. Russell, si pria berambut merah yang ada di dalam melirik kejadian itu dan hampir berdiri. Namun Nicko mengedipkan mata untuk mengabarkan kalau ia bisa mengatasi masalah ini, dan memintanya untuk fokus pada tugasnya."Jangan kau kira kau sudah menang ya. Ingat kau sama sekali tak memiliki hak untuk villa yang diberikan oleh Nenek. Ayahku jauh lebih berhak daripada orang sepertimu."Nicko hanya menyeringai mendengar ucapan Damian. Kemudian perlahan membalikkan ucapan lelaki itu."Menang? Apa maksdumu dengan menang? Apa kita sedang melakukan sebuah perlombaan?" tanya Nicko berpura-pura bodoh."Jangan pura-pura tidak mengerti. Kau sengaja memanggil
Namun si pemilik rambut merah ini tetap tak peduli. Ia justru melanjutkan pembicaraannya dengan Nicko yang digadang sebagai pemilik villa mewah ini."Kami tidak menginginkan bangunan ini, kami akan menggunakannya sebagai tempat latihan menembak," sahut Russell yang membuat orang-orang yang ada di sana bergidik ngeri.Hampir saja Nicko tertawa begitu melihat ekspresi yang ditampilkan oleh Damian. Ternyata laki-laki ini sepengecut itu, baru mendengar tempat latihan tembak saja sudah memucat."Sial! Siapa orang-orang ini. Kenapa mereka berniat menghancurkan tempat ini dan menjadikan sarana latihan menembak. Apakah mereka tergolong mafia?" pikir Damian."Jadi tempat ini akan menjadi sarana latihan tembak?" Nicko mengulangi pernyataan Russell."Benar Tuan, bisa kita selesaikan transaksinya sekarang? Aku tak memiliki banyak waktu lagi. Besok aku akan segera mengirim ekskavator untuk menghancurkan villa ini," tambah Russell.
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt