Semua Bab Tentang Harga Diri: Bab 281 - Bab 290

1073 Bab

282. Drama Queen

Tanggapan yang diberikan oleh tamu keluarga Windsor ini sama sekali tak mengenakkan untuk Daisy dan Edmund. Apa yang mereka dengan barusan tak sesuai dengan ekspektasi yang seharusnya terjadi.Daisy pun menggelengkan kepala, lalu melirik ke arah Nicko yang sedang duduk dengan tenang."Kalian meminta cincin itu padaku? Apa aku tidak salah dengar?" tanya Daisy dengan angkuh."Benar Tuan-Tuan, cincin itu sudah menjadi milik istriku, bukankah tadi masalahnya sudah selesai dengan kedatangan laki-laki ini?" kata Edmund sambil menunjuk ke arah menantunya yang terlihat begitu tenang.Pria yang mengunjungi keluarga Windsor itu pun kembali menjelaskan pada Edmund tentang prosedur yang sebenarnya."Maaf Tuan, Nyonya. Menurut hasil rekaman cctv, kami mendapati Nyonya dengan sengaja memasukkan cincin itu dalam tas Anda. Kemudian menurut penuturan petugas keamanan kami, Anda menunjukkan sikap yang berbeda dan terus berkelit saat dim
Baca selengkapnya

283. Menyerah Juga

Seketika kelompok pria yang mendatangi keluarga Windsor pun mengangguk setuju dengan usulan Josephine."Benar Nyonya, jika memang ada indikasi penganiayaan pada Nyonya muda ini, tentu lebih akurat jika melakukan visum. Seperti yang Anda katakan sebelumnya, kalau kedatangan kami di sini bisa menyelamatkan putri Anda," kata salah satu dari empat pria itu.Keempat pria itu adalah pengawal pribadi Mandy yang ditugaskan untuk memberi efek jera pada keluarga Windsor. Semuanya sudah diatur bersama Nicko, mereka akan menagih cincin saphire dan mempermalukan Daisy di depan kedua putrinya.Namun tak disangka reaksi Daisy justru berlebihan dan membuat rencana mereka sedikit mengalami hambatan. Ibu mertua Nicko justru brain drama yang membuat masalah semakin panjang."Bagaimana Nyonya?" tanya pria itu lagi.Merasa tak dapat berkutik lagi, Daisy pun akhirnya mencoba mengajak mereka melupakan masalah penganiayaan."Bisa
Baca selengkapnya

284. Ulang Tahun Elizabeth

"Fyuh! Akhirnya tiba juga kita di ballroom Hotel Windsor setelah melewati perjalanan panjang dengan kendaraan yang sangat tidak nyaman," ucap Daisy sambil mengipas-ngipas lehernya dengan kipas tangan.Catherine yang mendengar ucapan ibunya pun langsung mengelus lengan sang adik agar tak usah mempedulikan ocehan Ibunya."Jangan dengarkan, yang terpenting sekarang kau coba bujuk suamimu agar membatalkan taruhan dengan Adrian," bidiknya.Kali ini Catherine memang sama khawatirnya dengan sang adik. Semenjak semalam mereka semua sama sekali tak melihat hadiah yang akan diberikan pada Nenek. Bahkan Nicko sendiri menolak menggunakan tabungan Josephine untuk kado sang Nenek."Aku sudah melakukannya, tapi ia tak peduli. Suamiku tetap bersikeras untuk bertaruh dengan Adrian. Aku takut sekali Cathy."Cathy hanya menghela napas panjang, ia tak bisa berkata apa-apa lagi."Maafkan aku ya Jo, aku tak bisa membantu. Semog
Baca selengkapnya

285. Hanyut Dalam Pujian

Semuanya tampak kagum dengan hadiah yang dibawa oleh Adrian Law. Bukan lagi suatu rahasia kalau lukisan Mueler adalah salah satu karya seni termahal.Mereka yang bukan penggemar lukisan saja tahu kalau lukisan ini bernilai sangat tinggi. Apalagi The Fountain yang menjadi karya terakhir dari Mueler."Maafkan jika hadiah saya ini tidak bisa memenuhi selera Anda. Saya hanya mengetahui kalau Anda adalah penyuka benda seni, jadi saya pikir lukisan ini tepat untuk Anda," kata Adrian merendah."Huh, kau ini bicara apa Adrian? Mana mungkin aku tak menyukai hadiah ini, aku sangat beruntung memilikinya," kata Nenek yang tak bisa berhenti mengagumi hadiah yang diberikan Adrian."Seleraku sungguh bagus. Nenek dudah lama mengidamkan lukisan karya Mueler, dan baru kali ini bisa memilikinya. Itu semua berkat kau Adrian," kata Paman Howard.Mendengar perhatian dan pujian yang ditujukan untuknya, tentu membuat Adrian menjadi besar kepa
Baca selengkapnya

286. Mana Hadiahmu?

Nicko memilih diam dan beringsut mundur bukan karena tak ingin menunjukkan hadiahnya. Ia hanya butuh waktu sejenak untuk memikirkan tentang lukisan yang ia beli dalam lelang."Bagaimana lukisan ini bisa sama? Apakah aku mendapatkan lukisan palsu?" pikir Nicko mencoba untuk menganalisa.Dengan cepat, pemuda itu pun meminta Russell untuk menyelidiki acara lelang kemarin. Ia harus memastikan bahwa barang yang ia beli asli.***Adrian pun mulai menghentikan pujian yang dilontarkan untuknya. Ia ingin mereka menyimpan pujian untuknya hingga melihat hadiah yang diberikan oleh suami boneka Josephine.Dengan berpura-pura ia pun bertanya tentang hadiah yang diberikan untuk Nyonya Elizabeth Windsor."Nyonya, Daisy Windsor tadi aku melihat Josephine dan suaminya datang membawa hadiah, tapi kemana mereka? Apakah mereka bermaksud menyembunyikan hadiah itu?" tanya Adrian.Nenek yang mendengar ucapan Adrian p
Baca selengkapnya

287. Ada Satu Cara

Semuanya tampak heran, bahkan ada yang berbisik untuk mengomentari hadiah dari Nicko. Termasuk Josephine sendiri menyimpan tanda tanya dalam hati."Bagaimana bisa ada hadiah yang sama. Bukankah setelah melukis The Fountain, Mueler meninggal dunia?" pikir Josephine"Hei pecundang, bagaimana bisa kau memberikan barang palsu untuk nenek, apa kau bermaksud untuk menghina Nenek Elizabeth?" seru Damian tiba-tiba.Semua yang mengitari Nicko dan Josephine pun setuju dengan pernyataan Damian. Bukan rahasia lagi kalau setiap karya yang terkenal pasti memiliki replika, sebab saat itu karya para maestro belum memiliki hak cipta seperti saat sekarang.Josephine sendiri memandang heran dan merasa kecewa dengan pilihan suaminya. Perempuan berkulit putih itu pun mulai memucat. Ia sudah tak tahu harus bagaimana lagi menanggapi situasi yang terjadi."Nick, kenapa kau memberikan lukisan palsu untuk nenek? Ini sungguh penghinaan baginya?"
Baca selengkapnya

288. Mana Yang Asli?

Semua pandangan mata mengarah pada Nicko. Ada yang penasaran ada pula yang memandang remeh. Namun suami Josephine tetap bergeming melihat sikap mereka."Hah, cara apa yang kau tawarkan. Tak perlu mengada-ngada," balas Daisy."Sudah-sudah biarkan pecundang ini mengatakan pada kami semua bagaimana cara membuktikan lukisan ini asli atau palsu!" seru nenek Elizabeth mencoba menengahi.Nicko kembali tersenyum dan membuat anggota keluarga Windsor yang lain semakin muak melihatnya. Namun tidak Josephine, seiring suaminya menantang dengan percaya diri, kegusarannya pun mulai luntur.Kali ini Josephine yakin suaminya pasti punya kejutan tak terduga. Perempuan berambut pirang ini pun perlahan mendongakkan kepala dan tersenyum percaya diri seperti sang suami."Mudah saja," kata Nicko kemudian melirik pada istrinya kemudian ke arah anggota keluarga Windsor satu per satu."Jo tolong kau cari di situs pencarian dengan k
Baca selengkapnya

289. Jangan Curang

"Ba ... Bagaimana bisa lukisan itu tidak terbakar? Kau pasti curang!" seru Damian memecah keheningan.Media untuk melukis adalah benda yang mudah terbakar, akan sangat aneh jika tidak terbakar saat bersentuhan dengan api. Kecuali benda tersebut menggunakan pelapis anti api yang memang lazim digunakan ratusan tahun lalu."Pasti kau tak menempelkan korek api pada lukisan milikmu!" tambah Damian yang diiyakan oleh hampir semua undangan.Kecuali Adrian yang terlihat kikuk. Lelaki kaya itu hanya menoleh ke kanan dan ke kiri, kadang menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Sial, aku bisa kalah kalau begini. Huh semoga saja semuanya tak ada yang memintaku untuk membakar lukisan ini. Semoga tak ada yang percaya kalau yang dibawa oleh si pecundang itu asli," batin Adrian.Dengan kasar Damian langsung merampas lukisan milik Nicko berikut korek apinya. Pemuda gagah ini berdiri sambil berkacak pinggang dan memandang ke arah anggota
Baca selengkapnya

290. Harus Dibuktikan Juga

Damian langsung menoleh ke arah sang Nenek setelah mendapatkan pukulan dari tongkatnya. Ia bensr-benar tak mengerti dengan maksud wanita tua yang saat ini bertambah usia."Nenek, kenapa Nenek memukulku?" tanyanya dengan sikap yang polos.Wanita yang berkuasa di lingkungan keluarga Windsor itu pun menghentakkan tongkatnya ke lantai. Matanya yang kelabu menatap tajam ke arahnya."Kau harusnya melakukan hal yang sama dengan apa yang dibawa oleh Adrian. Kau sudah membakar milik parasit di keluarga Windsor dan tak berhasil. Harusnya kau berpikir sesuatu."Damian hanya mengerutkan dahi, tak memahami maksud dari sang nenek."Kau ini apa tidak bisa mengambil kesimpulan. Harusnya kau memeriksa milik Adrian juga!" perintah Nenek.Adrian yang mendengar permintaan Nenek Elizabeth pun langsung mengalihkan pembicaraan. Tiba-tiba saja ia menceritakan bagaimana dirinya mengikuti lelang lukisan The Fountain. Tentu saja den
Baca selengkapnya

291. Sikap Elizabeth

Adrian langsung mengambil minuman dingin dan menebaknya. Ia berpura-pura tidak mendengar apa yang sedang dibicarakan saat ini.Sementara Catherine pun dengan percaya diri menunjukkan bagian belakang lukisan dan juga kode batang di sana."Sekarang bagaimana? Apakah kalian masih ingin membakar lukisan ini untuk membuktikan lukisan siapa yang asli," kata Catherine.Melihat sikap Cathy yang sekarang berlawanan dengan keluarga Windsor, Damian pun mulai menyindirnya."Kau ini sudah dibius olehnya ya Cathy? Sampai harus membela lelaki sampah ini?" tanya Damian menunjuk ke arah Nicko."Memangnya kenapa? Dia tidak bersalah. Dia sudah berusaha untuk memberikan kado terbaik untuk Nenek, dan membuktikan kalau lukisannya asli. Bukan seperti laki-laki penipu yang katanya berasal dari keluarga terhormat, tapi memberi kado berupa barang palsu untuk Nenek, wanita paling dihormati di keluarga ini," balas Catherine.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2728293031
...
108
DMCA.com Protection Status