Home / Urban / Tentang Harga Diri / Chapter 271 - Chapter 280

All Chapters of Tentang Harga Diri: Chapter 271 - Chapter 280

1073 Chapters

272. Tantangan Edmund

"Apa ada yang lucu hei menantu tak berguna?" balas Daisy penuh hinaan.Nicko yang baru menyadari kebodohannya yang nyaris membuat identitasnya terbongkar pun langsung diam. Sejenak ia berpikir untuk menemukan jawaban atas pertanyaan mertuanya."Bukan apa-apa Bu, aku hanya mengira kalau Adrian mendapatkan kartu platinum, tapi ternyata hanya kartu emas," katanya.Adrian yang mendengar ucapan rivalnya pun naik pitam. Ia menatap lelaki di depannya dengan tatapan yang meremehkan. Kebenciannya pada suami Josephine pun semakin menjadi-jadi."Hei orang miskin sepertimu tahu apa tentang kartu milikku? Kau tahu berapa banyak orang yang mampu mendapatkan kartu emas? Bahkan Damian pun tidak bisa bergabung menjadi nasabah International Weatlh Bank, karena uangnya tidak mencapai satu miliar. Di dalam kartu ini ada yang sebanyak dua belas miliar," kata Adrian sambil memberi penekanan pada kata dua belas miliar.Apa yang diucapkan ole
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more

273. Tambahkan Taruhannya

Sambil menghentakkan kaki seperti anak kecil, Josephine pun melayangkan protes pada Ayahnya yang dengan seenaknya membuat tantangan. Perempuan ini tahu kalau masalah harta, Nicko tak akan pernah bisa menang."Ini tidak adil Ayah. Kenapa Ayah justru menantang Nicko seperti ini. Ayah lupa bagaimana ia membantu Ayah sampai mempertaruhkan nyawanya sendiri?" protes Jo mengungkit masalah pasangan Hamilton pada kedua orang tuanya."Huh, bukannya itu sudah menjadi kewajiban baginya. Dia kan menantu yang menumpang hidup di sini," balas Edmund."Benar apa yang dikatakan Ayahmu Jo. Jika tak bisa menghidupiku, biar saja nyawanya yang tak bernilai dipertaruhkan untuk keselamatan kami," tambah Daisy yang semakin membuat Josephine naik pitam."A ...." Josephine tidak jadi melanjutkan kalimatnya saat mendapati sang suami menahan lengannya. Lelaki yang menikahinya mengangguk dan menatapnya teduh."Aku terima tantangan Anda Ayah mertua,
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more

274. Kekhawatiran Jo

"Hmm Nicko, nanti kau antar kami ke toko perhiasan, aku dan suamiku akan membeli kalung mutiara hitam untuk ulang tahun Nenek Elizabeth!" perintah Daisy pada menantunya yang baru saja menyelesaikan sarapannya.Wanita paruh baya ini sengaja menyebutkan hadiah yang akan dibeli olehnya untuk nenek. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk menunjukkan betapa tingginya selera nenek."Apa kau hanya akan memberi kalung untuk Ibuku? Kurasa sebaiknya kita tambahkan dengan gelang, cincin dan anting-anting. Kau tahu kan kalau Ibuku sangat berkelas. Apalagi mutiara hitam itu termasuk mutiara yang langka. Ibuku pasti akan senang menerimanya," tambah Edmund yang memang mengerti maksud dari istrinya."Kau benar suamiku. Untuk wanita sekelas Ibumu memang pantas menerima hadiah mahal. Hadiah yang memang hanya bisa dibeli oleh orang-orang yang berkelas," kata Daisy memberi penekanan pada kata orang yang berkelas sambil melirik menantu dan Puteri bungsunya.
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more

275. Mencari Hadiah

Daisy dan Edmund tampak memilih-milih perhiasan yang terpajang apik di etalase. Wanita paruh baya ini menunjuk pada satu set kalung mutiara hitam dengan bandul berbentuk bunga dari emas putih."Bisa kulihat yang ini?' pinta Daisy pada perempuan yang bertugas menjadi pelayan toko.Dengan ramah pelayan itu pun meladeni Daisy dan mengambilkan pesanannya. Pelayan berkulit gelap itu pun juga menjelaskan mengenai kualitas dari kalung mutiara yang ada di toko."Desain ini sangat cocok untuk segala usia, dan Anda akan terlihat lebih menarik jika mengenakan kalung ini," kata pelayan itu."Ini bukan untukku, aku mencari satu set perhiasan mutiara hitam untuk hadiah Ibu mertuaku. Apa kau memiliki pasangan yang cocok untuk kalung ini? Aku berencana membeli kalung, gelang, cincin dan anting-anting untuk Ibu mertuaku," jelas Daisy."Tentu saja kami menyediakan Nyonya, apakah Anda ingin melihatnya?" tawar penjaga toko."
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more

276. Tetap Bersikeras

Wajah Edmund mendadak pucat saat mendengar teguran dari petugas keamanan. Ayah Josephine sudah menebak kalau ada yang mengetahui perbuatan istrinya. Namun tidak dengan Daisy, ia justru mendongak dan bersikap tenang."Untuk apa kalian memeriksa tas ku, bukankah itu melanggar hak pribadiku?" Balas Daisy dengan angkuh.Sang suami ingin sekali membuka mulut, tapi sepertinya ia takut akan istrinya. Ia pun memilih untuk diam dan menunduk. Dengan keringat di dahi yang mulai menetes."Kau ini nekad sekali Daisy, mereka pasti akan tahu," pikir Edmund."Kami hanya ingin memeriksa, karena sepertinya terjadi sesuatu," kata petugas kemanan dengan nada sopan."Enak saja, kalian tak bisa memperlakukanku seperti ini. Kalian bisa kutuntut karena telah melanggar privasi orang lain!" protes Daisy."Lagipula apa kalian memiliki surat perintah penggeledahan untukku?" tanya Daisy.Petugas keamanan itu pun terdiam, ia sadar kalau t
last updateLast Updated : 2021-08-08
Read more

277. Mencari Kambing Hitam

Mendengar desakan dari para pengunjung, mau tak mau Edmund akhirnya berbicara sedikit keras."Istriku, sudah berikan saja. Apa kau tak lihat kalau orang-orang di belakang sudah sangat kesal?""Sssh kau ini, susah sekali diajak bicara," gerutu Daisy."Baiklah Nyonya, jika itu kemauan Anda," kata sang petugas kemudian mengambil telepon. Saat pria bertubuh tegap itu memencet satu angka, Daisy pun langsung menahan tangannya."Baik aku akan menunjukkan tas ku!" Seru Daisy.Sadar tak bisa selamat lagi, Daisy pun menunjukkan tas nya dengan berat hati. Kemudian meminta suaminya untuk menghubungi menantunya agar datang ke dalam toko."Terima kasih untuk kerjasamanya Nyonya," kata sang petugas.Dengan sigap pria itu pun mengeluarkan seluruh isi tas Daisy satu per satu. Semua bagian dalam tas tangannya pun ditelusuri, termasuk pada kantong bagian dalam.Saat itulah pria ini tak sengaja menemukan cincin kole
last updateLast Updated : 2021-08-08
Read more

278. Tak Ada Toleransi

Perlahan Mandy menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Edmund. Sejenak wanita itu menyipitkan kedua mata untuk mengenali sosok yang ditunjuk olehnya.Ia melakukannya bukan karena lupa, melainkan kondisi mata yang sudah tidak sesehat dulu. Kali ini Mandy tidak mengenakan kontak lensa ataupun kacamata yang membuat penglihatannya sedikit buram."Benar Nyonya, kami melakukannya karena dia!" seru Edmund saat Nicko sudah dekat.Pemuda berjaket sporty itu pun sedikit terkejut dan nyaris menyebut nama Mandy. Jika saja tidak ada mertuanya, ia sudah langsung mendekat pada wanita paruh baya itu.Dengan sedikit kecemasan, Nicko mendekat ke arah mertuanya, dan saat itu Mandy pun nyaris membuka mulut. Sepertinya ia sudah mengenali sosok yang datang, dilihat dari gerak bibirnya yang membentuk kata Tu. Namun, Nicko menempelkan telunjuk pada bibirnya agar Mandy tak bicara."Ayah ... Ibu, ada apa memanggilku?" tanya Nicko dengan sopan.
last updateLast Updated : 2021-08-08
Read more

279. Tahan Nicko!

Mandy mengangguk tanda mengerti setelah Nicko selesai membeberkan rencananya."Kurasa itu bukan ide yang buruk," jawab Mandy."Jadi kau setuju dengan ideku?""Tentu saja, aku akan membantumu dengan senang hati. Sekali lagi maafkan aku Tuan Muda," jawab Mandy yang merasa tidak enak."Hei panggil aku Nicko, dan akulah yang seharusnya meminta maaf padamu.""Baiklah kita lupakan saja. Sebentar lagi aku akan menyuruh orangku untuk melakukan eksekusi," balas Mandy."Kurasa sebaiknya mendekati jam makan malam saja. Saat itu keluarga kami tengah berkumpul," kata Nicko dibalas anggukan Mandy."Kalau begitu, aku pergi dulu. Ada hal yang harus kukerjakan," pamit Nicko kemudian menjabat tangan wanita paruh baya di hadapannya.Pemuda ini pun keluar dari toko Mandy dengan senyum penuh kebanggaan. Sesekali ia mendengar karyawan Nyonya Thompson yang membicarakan tentang dirinya yang dimanfaatkan
last updateLast Updated : 2021-08-08
Read more

280. Lelang

Suasana hiruk pikuk di ruang lelang mendadak hening saat pembawa acara mulai menunjukkan lukisan The Fountain. Lukisan dengan garis yang begitu halus dan perpaduan warna yang sempurna.Peserta lelang kali ini memang tak banyak, hanya ada sepuluh orang saja. Selebihnya hanya berperan sebagai penonton."Baiklah hadirin sekalian, kita mulai saja lelang kali ini. Lukisan the Fountain akan kubuka dengan harga delapan puluh juta, adakah yang menawar lebih tinggi?" tanya Pembawa acara.Adrian Law yang tak ingin ketinggalan pun langsung menawar seratus juta untuk lukisan itu. Namun ada orang lain lagi yang menawar 110juta, terus menerus hingga Adrian membuka harga 300juta."Baik Tuan Law menawar 300 juta, adakah yang berani menawar lebih tinggi dari Tuan Law?" katanya sambil melihat ke sekeliling, termasuk Raina yang sedari tadi diam.Raina yang berkulit gelap tentu tidak diperhitungkan dalam acara lelang. Kebanyakan dari mere
last updateLast Updated : 2021-08-08
Read more

281. Ekspektasi Edmund

Daisy mengikuti suaminya yang memandang ke arah jendela. Ia memicingkan mata saat mendapati menantunya bisa pulang ke rumah dengan selamat. Keheranan pun semakin menjadi saat melihat mobil hitam yang datang hampir bersamaan dengan mereka."Bagaimana mungkin si pecundang itu bisa pulang ke rumah dan menjemput dua putri kita? Apakah itu ada hubungannya dengan mobil hitam yang baru saja datang bersama mereka?" tanya Daisy yang ikut mengintip dari jendela."Entahlah, apa mungkin mereka tengah datang untuk mengantarkan si pecundang itu pada kita? Huh kenapa tidak dijebloskan ke penjara saja dia," kata Edmund geram."Ya, kurasa seharusnya begitu. Dia sama sekali tak pantas untuk berada di rumah kita," kata Daisy sengit.Edmund pun mengangguk-angguk. Pria paruh baya ini pun merangkul istrinya dan menyunggingkan senyum sinis. Secara tiba-tiba ia pun menemukan sebuah gagasan yang bagus, dan sayang untuk dilewatkan bersama istrinya."Sa
last updateLast Updated : 2021-08-09
Read more
PREV
1
...
2627282930
...
108
DMCA.com Protection Status