Beranda / CEO / Melahirkan anak untuk CEO / Bab 311 - Bab 320

Semua Bab Melahirkan anak untuk CEO: Bab 311 - Bab 320

346 Bab

(S3) 135. Aku Menunggumu, Alena.

“Tadi kau bilang Freya ada di rumah?”“Benar, Tuan Muda.”“Kau sudah mengatakan pada mereka untuk tidak memberinya keluar dari rumah?”“Sudah, Tuan Muda. Dan Nona Freya juga berkata dia tidak akan ke mana-mana.”“Baik lah, jangan sampai Ezra Raves menghubungi dan membawanya.”Di dalam peswat Esau terus saja gelisa. Pikirannya sudah lebih dulu tiba di Indonesia membayangkan mungkin Ezra Raves akan memaksa Freya kembali ke Inggris. Dia tidak sepenuhnya bisa tenang meski Timothy berkata sudah menyuruh seseorang  mengamankan Freya.“Ah sial, aku juga lupa mengabarkan pada mom dan dad,” gerutu Esau lagi, dia benar-benar sangat gelisa.Guncangan keras terasa di dalam pesawat, Esau yang tadinya tidak mengenakan sabuk pengaman sampai bergeser dari tempat duduknya. Dia menatap Timothy dengan bingung.“Kau merasakannya?”“Sepertinya ada
Baca selengkapnya

(S3) 136. Berselingkuh Denganku!

“Ezra, kenapa masih membahas masa lalu? Tujuanmu datang ke sini bukan untuk membahas masa lalu yang seharusnya sudah berakhir, bukan?” tanya Alena. “Feli membutuhkanmu, aku harap kau paham itu.”Ezra bergerak mendekati Alena, tangannya menarik tangan Alena, membuat Alena membelalakkan kedua matanya karena kaget mendapat perlakuan yang sama sekali tak diharapkan.“Apakah aku tak bisa mengatakan apa yang saat ini masih kurasakan, Alena?’ tanya Ezra penuh harap.Alena sedih mendengar kalimat Ezra, tapi tak ada yang mampu diperbuatnya, semua hanyalah masa lalu yang sudah dikubur dalam-dalam olehnya. Baginya sampai kapan pun, hanya ada Harry di hatinya. Bukankah  Ezra seharusnya bisa melupakan dirinya?“Lepaskan tanganku, orang bisa saja membuat gosip karena itu,” pinta Alena sopan agar Ezra mau melepaskan tangannya dari Alena. Ezra mendesah pelan, kemudian menarik napas perlahan, berusaha untuk tak hanyut d
Baca selengkapnya

(S3) 137. Kurobek Mulut yg Menggodamu!

Alena tertegun. Jika Ezra tidak mau membantunya, janji pada Felisha pun tidak mungkin bisa dia tepati. Wanita itu melemah oleh rasa sesal, entah apa yang akan dia katakan pada Feli ketika menemuinya nanti. Tapi satu yang Alena tanamkan di hatinya, tak ada kesempatan untuk Ezra mengusik hidupnya lagi.“Aku tidak peduli. Jika kau berkata demikian, maka aku juga lepas tangan untuk Felisha.” Dia tidak main-main, seseorang tidak boleh mengancamnya.Kemudian Ezra tertawa kecil, telunjuknya teracung ke wajah Alena dan membuat ekspresi yang seakan baru saja melihat sebuah lelucon.“Kau tertawa?” Alena sangat geram dibuatnya.“Siapa yang tidak akan tertawa? Liat, kau sangat serius dengan wajah itu.”“Maksudmu... kau bercanda?”Mengangguk, Ezra membenarkan posisi duduknya. “Apa salahnya sedikit bercanda, Alena? Kita sudah lama tidak bertemu, kenapa harus tegang begitu?”“Maksdumu
Baca selengkapnya

(S3) 138. Ingin Kau Jujur!

“Apa dia begitu menakutkan bagimu?”  Alena menyolek pucuk hidung suaminy, tersenyum mendengar kata yang baru diucapkan pria yang sangat dia cintai. “Aku hanya milikmu, Harry, dan aku tidak akan membiarkan diriku digoda lelaki mana pun.”“Karena aku juga tidak akan membiarkan ada yang berani menggodamu,” sahut Harry, dia bawa kembali istrinya ke dalam pelukan, menempelkan wajah wanita itu di dadanya. Harry mengecup puncak kepala Alena, mengirup wangi rambut yang selalu memabukkan dirinya. Alena hanya miliknya, tak seorang pun boleh mendekati istrinya ini.*** Ezra Raves tersenyum menatap kota  yang sudah sangat lama dia tinggalkan. Puluhan tahun, sejak kejadian dirinya menembak Serena demi menyelamatkan Alena, papanya membawa Ezra jauh ke Inggris, sebab hanya itu satu-satunya jalan bagi Ezra untuk bisa lepas dari tuntutan pengadilan kala itu. Ezra sendiri pun tidak pernah berniat untuk kembali ke negara ini, jik
Baca selengkapnya

(S3) 139. Papa Bertemu Mama?

Freya masih mematung dengan ponsel yang menempel di telinga. Mulutnya tertutup rapat, tak berani bahkan untuk membuat sedikit pun gerakan seakan takut jika papanya akan mendengar dari ujung sana.“Kau tidak dengar? Perlu aku bertanya sekali lagi, Frey?”“A-aku...” Freya menjadi teringat dengan pembicaraanya di dalam telepon berapa hari yang lalu. Dia meminta papanya datang ke Indonesia untuk membuat Ezra Raves tidak bertemu dengan Esau di Inggris. Sudah barang tentu papanya itu sekarang ada di kota ini, berbohong pun pasti lah tak ada gunanya.“Itu... aku....”“Aku tunggu di rumah, mari kita bicara.”Berbicara, sudah barang tentu papanya akan mempertanyakan tentang kehidupan Freya selama ini. Jika dia memberitahu keberadaannya, bukankah itu mencari mati? Belum lagi tadi penjaga berkata Esau berpesan agar Freya tidak meninggalkan rumah. Dia tidak mungkin pergi menemui papanya dan membuat rahasianya men
Baca selengkapnya

(S3) 140. Bayi Itu Adalah... Aku?

 “Ya, dia adalah suami dari bibi kami yang... sakit.” Zoe menjawab sembari menyuapkan makanan ke dalam mulut.“Suami? Ma-maksudnya... Ezra Raves memiliki istri?” bisik Freya, kepalanya masih terlalu rumit memahami semua ini.Alena tersenyum. ‘Pasti Freya akan bingung,’ pikirnya. Dia menatap Freya dan mengangguk mengiyakan.“Frey, mungkin kau akan sedikit terkejut, tapi ini lah keluarga kita.” Alena memberi arahan, berharap Freya tidak memandang buruk keluarga yang sudah dimasukinya. “Felisha adalah kakak tiriku, dia dan Ezra Raves pernah menikah tapi... pernikahan mereka tidak berlangsung dengan baik.”Bukan, bukan penjelasan seperti itu yang Freya inginkan. Dia tahu Ezra Raves dan Felisha memang pernah menikah dan dia pun tahu Alena adalah adik tiri dari mamanya. Yang menjadi beban di dalam kepala Freya adalah, kenapa mereka berkata Ezra Raves akan menemui Felisha? Apakah mungkin ma
Baca selengkapnya

(S3) 141. Tak Ada Cinta, Pergilah.

Bibir Freya membeku. Dia tak mampu melanjutkan kata-kata yang sudah tertahan di tenggorokan. Hatinya terlalu lemah untuk mempertanyakan apakah dirinya lah bayi yang dianggap sudah meninggal.“Bayinya adalah...?” Zoe mengikuti kata-kata Freya, menunggu gadis itu melanjutkan kalimatnya. “Frey, apa yang ingin kau katakan, tadi? Kenapa kau menjadi diam?”‘Aku. Apakah mungkin bayi yang meninggal itu adalah aku?’ batin Freya. Kemudian dia tersenyum tipis. Dia tatap semua orang dan berpura terlihat tegar. Padahal, hatinya sudah terlalu rapuh dan lemah. Freya tidak punya keberanian untuk mempertanyakan apakah benar bayi itu adalah dirinya.“Ti-tidak. Aku sangat kasihan terhadap Bibi Felisha. Ketika aku dan Esau berkunjung ke sana, tampaknya beliau sangat menyedihkan,” kata Freya, menahan tangisan di dalam dada.Harry menghela napas panjang. Dia teringat betapa Feli begitu kejam pada Alena di masa lalu, dan semua itu
Baca selengkapnya

(S3) 142. Gadis Mabuk

Pagi-pagi sekali istana keluarga Borisson sudah bising oleh teriakan seorang gadis. Semua orang terkejut, tak terkecuali dengan Zoe yang saat itu masih berlayar di alam mimpi. Dia menjadi terganggu dan menajamkan suara saat pintu kamar diketuk dari luar sana.“Astaga... apakah mereka tidak tahu ini masih sangat pagi?” Zoe menggerutu, tetapi dia tetap bangkit dari atas ranjangnya.“Siapa sayang?” Dixon yang ikut terjaga pun bertanya dari balik selimut yang menutupi sampai wajahnya.Ketika pintu itu dibuka, Zoe bisa mendengar suara bising di bawah sana. “Bibi Tiffa? Astaga, ada apa di bawah sana?” tanya Zoe sedikit kesal.“Nona, itu... seorang gadis datang dan berkata ingin bertemu dengan Tuan Stewart. Katanya dia dari Aussie,” jawab Tiffany.“Aussie?” Zoe mengerut kening. Gadis mana yang datang menemui suaminya jauh-jauh dari Aussie? Apalagi ini masih pagi.Zoe melirik ke belakang, d
Baca selengkapnya

(S3) 143. Kau Papa Pembohong!

“Hei, Natasha, kenapa kau seperti orang bodoh? Jangan kau pikir aku kasihan dan memberimu tempat di rumahku!” Zoe mengoceh lagi, melihat Natasha yang masih termenung bagaikan orang bodoh.“Itu... apakah itu Freya?” tanya Natasha, matanya masih terarah ke pintu di mana Freya menghilang tadi.Alena yang mendengarnya pun berbalik, menatap Natasha dan sedikit penasaran. Apakah Natasha mengenalnya?“Natasha, mari kami antar ke hotel.” Dixon membujuk adik angkatnya, tetapi Natasha menepis tangan Dixon.“Yang tadi... apakah dia Freya?” ulang Natasha sekali lagi.“Kau mengenalnya?” Kini Alena mendekat ke tempat Natasha, penasaran bagaimana ceritanya dia mengenal Natasha.Keluarga Stewart itu tinggal di Australi, sedangkan Freya berkata dirinya hanya pernah tinggal di panti. Hanya Jakarta lah satu-satunya kota yang pernah Freya datangi setelah meninggalkan panti asuhan yang ada di pinggir ko
Baca selengkapnya

(S3) 144. Aku Benci Papa!

“Kenapa Anda terdiam, Tuan Raves? Apakah ucapanku mengejutkan Anda?” kata Freya lagi, matanya tajam menatap sang papa yang mulai goyah. “Dia sangat menyedihkan, sungguh menyedihkan.”“Apa maksudnya?” tanya Ezra, pikirannya terlalu kalut untuk memahami kalimat yang baru diucapkan oleh putrinya. “Kau bercanda? Tidak, itu tidak mungkin.”“Tapi nyatanya, aku sudah melihat segalanya. Aku melihat ibuku yang gila memanggil bayinya yang dia sangka gila, aku melihat betapa dia merindukan bayi itu. Aku menyanksikan sendiri bagaimana Felisha menderita oleh rasa bersalah karena tak bisa membesarkan bayinya!” Suara Freya semakin keras, menggema di seluruh ruangan.Ezra yang sudah tak mampu mendengarkan semua itu, kali ini hampir terjatuh. Tangannya memegangi tembok untuk tidak benar-benar tersungkur di atas lantai.“Kenapa Anda terkejut? Kenapa Anda terlihat sangat lemah, seakan-akan Anda merasa bersala
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
303132333435
DMCA.com Protection Status