Freya masih mematung dengan ponsel yang menempel di telinga. Mulutnya tertutup rapat, tak berani bahkan untuk membuat sedikit pun gerakan seakan takut jika papanya akan mendengar dari ujung sana.
“Kau tidak dengar? Perlu aku bertanya sekali lagi, Frey?”
“A-aku...” Freya menjadi teringat dengan pembicaraanya di dalam telepon berapa hari yang lalu. Dia meminta papanya datang ke Indonesia untuk membuat Ezra Raves tidak bertemu dengan Esau di Inggris. Sudah barang tentu papanya itu sekarang ada di kota ini, berbohong pun pasti lah tak ada gunanya.
“Itu... aku....”
“Aku tunggu di rumah, mari kita bicara.”
Berbicara, sudah barang tentu papanya akan mempertanyakan tentang kehidupan Freya selama ini. Jika dia memberitahu keberadaannya, bukankah itu mencari mati? Belum lagi tadi penjaga berkata Esau berpesan agar Freya tidak meninggalkan rumah. Dia tidak mungkin pergi menemui papanya dan membuat rahasianya men
“Ya, dia adalah suami dari bibi kami yang... sakit.” Zoe menjawab sembari menyuapkan makanan ke dalam mulut.“Suami? Ma-maksudnya... Ezra Raves memiliki istri?” bisik Freya, kepalanya masih terlalu rumit memahami semua ini.Alena tersenyum. ‘Pasti Freya akan bingung,’ pikirnya. Dia menatap Freya dan mengangguk mengiyakan.“Frey, mungkin kau akan sedikit terkejut, tapi ini lah keluarga kita.” Alena memberi arahan, berharap Freya tidak memandang buruk keluarga yang sudah dimasukinya. “Felisha adalah kakak tiriku, dia dan Ezra Raves pernah menikah tapi... pernikahan mereka tidak berlangsung dengan baik.”Bukan, bukan penjelasan seperti itu yang Freya inginkan. Dia tahu Ezra Raves dan Felisha memang pernah menikah dan dia pun tahu Alena adalah adik tiri dari mamanya. Yang menjadi beban di dalam kepala Freya adalah, kenapa mereka berkata Ezra Raves akan menemui Felisha? Apakah mungkin ma
Bibir Freya membeku. Dia tak mampu melanjutkan kata-kata yang sudah tertahan di tenggorokan. Hatinya terlalu lemah untuk mempertanyakan apakah dirinya lah bayi yang dianggap sudah meninggal.“Bayinya adalah...?” Zoe mengikuti kata-kata Freya, menunggu gadis itu melanjutkan kalimatnya. “Frey, apa yang ingin kau katakan, tadi? Kenapa kau menjadi diam?”‘Aku. Apakah mungkin bayi yang meninggal itu adalah aku?’ batin Freya. Kemudian dia tersenyum tipis. Dia tatap semua orang dan berpura terlihat tegar. Padahal, hatinya sudah terlalu rapuh dan lemah. Freya tidak punya keberanian untuk mempertanyakan apakah benar bayi itu adalah dirinya.“Ti-tidak. Aku sangat kasihan terhadap Bibi Felisha. Ketika aku dan Esau berkunjung ke sana, tampaknya beliau sangat menyedihkan,” kata Freya, menahan tangisan di dalam dada.Harry menghela napas panjang. Dia teringat betapa Feli begitu kejam pada Alena di masa lalu, dan semua itu
Pagi-pagi sekali istana keluarga Borisson sudah bising oleh teriakan seorang gadis. Semua orang terkejut, tak terkecuali dengan Zoe yang saat itu masih berlayar di alam mimpi. Dia menjadi terganggu dan menajamkan suara saat pintu kamar diketuk dari luar sana.“Astaga... apakah mereka tidak tahu ini masih sangat pagi?” Zoe menggerutu, tetapi dia tetap bangkit dari atas ranjangnya.“Siapa sayang?” Dixon yang ikut terjaga pun bertanya dari balik selimut yang menutupi sampai wajahnya.Ketika pintu itu dibuka, Zoe bisa mendengar suara bising di bawah sana. “Bibi Tiffa? Astaga, ada apa di bawah sana?” tanya Zoe sedikit kesal.“Nona, itu... seorang gadis datang dan berkata ingin bertemu dengan Tuan Stewart. Katanya dia dari Aussie,” jawab Tiffany.“Aussie?” Zoe mengerut kening. Gadis mana yang datang menemui suaminya jauh-jauh dari Aussie? Apalagi ini masih pagi.Zoe melirik ke belakang, d
“Hei, Natasha, kenapa kau seperti orang bodoh? Jangan kau pikir aku kasihan dan memberimu tempat di rumahku!” Zoe mengoceh lagi, melihat Natasha yang masih termenung bagaikan orang bodoh.“Itu... apakah itu Freya?” tanya Natasha, matanya masih terarah ke pintu di mana Freya menghilang tadi.Alena yang mendengarnya pun berbalik, menatap Natasha dan sedikit penasaran. Apakah Natasha mengenalnya?“Natasha, mari kami antar ke hotel.” Dixon membujuk adik angkatnya, tetapi Natasha menepis tangan Dixon.“Yang tadi... apakah dia Freya?” ulang Natasha sekali lagi.“Kau mengenalnya?” Kini Alena mendekat ke tempat Natasha, penasaran bagaimana ceritanya dia mengenal Natasha.Keluarga Stewart itu tinggal di Australi, sedangkan Freya berkata dirinya hanya pernah tinggal di panti. Hanya Jakarta lah satu-satunya kota yang pernah Freya datangi setelah meninggalkan panti asuhan yang ada di pinggir ko
“Kenapa Anda terdiam, Tuan Raves? Apakah ucapanku mengejutkan Anda?” kata Freya lagi, matanya tajam menatap sang papa yang mulai goyah. “Dia sangat menyedihkan, sungguh menyedihkan.”“Apa maksudnya?” tanya Ezra, pikirannya terlalu kalut untuk memahami kalimat yang baru diucapkan oleh putrinya. “Kau bercanda? Tidak, itu tidak mungkin.”“Tapi nyatanya, aku sudah melihat segalanya. Aku melihat ibuku yang gila memanggil bayinya yang dia sangka gila, aku melihat betapa dia merindukan bayi itu. Aku menyanksikan sendiri bagaimana Felisha menderita oleh rasa bersalah karena tak bisa membesarkan bayinya!” Suara Freya semakin keras, menggema di seluruh ruangan.Ezra yang sudah tak mampu mendengarkan semua itu, kali ini hampir terjatuh. Tangannya memegangi tembok untuk tidak benar-benar tersungkur di atas lantai.“Kenapa Anda terkejut? Kenapa Anda terlihat sangat lemah, seakan-akan Anda merasa bersala
Esau terduduk lemah. Sekarang semua orang berkumpul di ruang keluarga dan semua mata menatap padanya, menunggu penjelasan atas pertanyaan yang sudah berkecamuk di dalam kepala semua orang.“Dia bukan gadis yang berasal dari panti asuhan,” kata Esau, memulai pmbicaraan. “Natasha benar, Freya memang berasal dari Inggris.”“Apa maksudmu, Esau?” tanya Alena seraya memegang lembut bahu Esau. Bisa dirasakannya putra kesayangannya itu memang benar-benar dipenuhi kesedihan. Dan dia sendiri seakan tidak ingin mempercayai fakta yang dikatakan oleh putranya.Bagaimana dia akan menerima Freya sebagai menantu yang selama ini dicintai, tiba-tiba harus dikenal sebagai menantu pembohong? Itu sangat tidak bisa diterima kepalanya. Alena tidak ingin rasa sayang yang sudah terjalin untuk Freya, berubah menjadi was-was dan tidak percaya.“Katakan itu tidak benar, Esau. Freya berasal dari panti asuhan, dan dia... dia hanya gadis
Freya sudah pergi. Entah ke mana anak itu setelah meninggalkan papanya yang menahan sakit di jantungnya. Ezra terduduk lemas di atas lantai keramik yang dingin, memutar kembali setiap kata yang tadi diucapkan oleh Freya. Kalimat-kalimat mematikan yang tak mampu dia terima begitu saja. Sungguh sakit, bahkan bisa membunuhnya.Bell di luar berbunyi, Ezra bangkit terburu berharap itu adalah putrinya. Bahkan pelayan tua yang tergopoh dari dapur pun melongo melihat betapa cepat Ezra melesat membuka pintu.“Fre—“ kata Ezra tertahan. Dia termenung melihat orang yang berdiri di depannya, itu bukan Freya. “Kau?”“Benar, aku Timothy. Aku diminta mencari Nona Freya di sini, apakah dia ada?”Timothy adalah orang suruhan Esau yang datang bersama Esau saat di Inggri, lalu apa hubungannya dengan Freya? Ezra berpikir extra keras, kenapa orang ini datang mencari putrinya.Ezra mengatur ekspresinya, jangan sampa
Alena dan Harry bersiap-siap untuk segera menemui Ezra perihal keberangkatan mereka menuju rumah sakit demi Felisha. Alena tak begitu fokus masalah kepergian Freya dari rumah mereka, karena dia yakin putera kesayangannya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.“Harry, kau yakin kau siap bertemu dengan Ezra dan mengesampingkan emosimu padanya?” tanya Alena sembari mengusap dada Harry. Dia tak mau sampai ada ketegangan di antara Ezra dan Harry nantinya. Apalagi mengingat keterkaitan hubungan masa lalu antara ketiganya.Lagian, Alena adalah istri yang jujur. Segala perkataan Ezra Raves padanya saat mereka bertemu berapa hari yang lalu, semua itu Alena sampaikan pada Harry sebab tak ingin menyembunyikan apa pun padanya. Meski saat itu Alena sudah berkata dia menolak tegas ucapan Ezra, rasa khawatir masih tetap terasa di dadanya.“Demi kau, aku akan berusaha bersikap sebaik mungkin pada mantan kekasihmu yang sangat menjengkelkan itu,” ja