“Ya, dia adalah suami dari bibi kami yang... sakit.” Zoe menjawab sembari menyuapkan makanan ke dalam mulut.
“Suami? Ma-maksudnya... Ezra Raves memiliki istri?” bisik Freya, kepalanya masih terlalu rumit memahami semua ini.
Alena tersenyum. ‘Pasti Freya akan bingung,’ pikirnya. Dia menatap Freya dan mengangguk mengiyakan.
“Frey, mungkin kau akan sedikit terkejut, tapi ini lah keluarga kita.” Alena memberi arahan, berharap Freya tidak memandang buruk keluarga yang sudah dimasukinya. “Felisha adalah kakak tiriku, dia dan Ezra Raves pernah menikah tapi... pernikahan mereka tidak berlangsung dengan baik.”
Bukan, bukan penjelasan seperti itu yang Freya inginkan. Dia tahu Ezra Raves dan Felisha memang pernah menikah dan dia pun tahu Alena adalah adik tiri dari mamanya. Yang menjadi beban di dalam kepala Freya adalah, kenapa mereka berkata Ezra Raves akan menemui Felisha? Apakah mungkin ma
Bibir Freya membeku. Dia tak mampu melanjutkan kata-kata yang sudah tertahan di tenggorokan. Hatinya terlalu lemah untuk mempertanyakan apakah dirinya lah bayi yang dianggap sudah meninggal.“Bayinya adalah...?” Zoe mengikuti kata-kata Freya, menunggu gadis itu melanjutkan kalimatnya. “Frey, apa yang ingin kau katakan, tadi? Kenapa kau menjadi diam?”‘Aku. Apakah mungkin bayi yang meninggal itu adalah aku?’ batin Freya. Kemudian dia tersenyum tipis. Dia tatap semua orang dan berpura terlihat tegar. Padahal, hatinya sudah terlalu rapuh dan lemah. Freya tidak punya keberanian untuk mempertanyakan apakah benar bayi itu adalah dirinya.“Ti-tidak. Aku sangat kasihan terhadap Bibi Felisha. Ketika aku dan Esau berkunjung ke sana, tampaknya beliau sangat menyedihkan,” kata Freya, menahan tangisan di dalam dada.Harry menghela napas panjang. Dia teringat betapa Feli begitu kejam pada Alena di masa lalu, dan semua itu
Pagi-pagi sekali istana keluarga Borisson sudah bising oleh teriakan seorang gadis. Semua orang terkejut, tak terkecuali dengan Zoe yang saat itu masih berlayar di alam mimpi. Dia menjadi terganggu dan menajamkan suara saat pintu kamar diketuk dari luar sana.“Astaga... apakah mereka tidak tahu ini masih sangat pagi?” Zoe menggerutu, tetapi dia tetap bangkit dari atas ranjangnya.“Siapa sayang?” Dixon yang ikut terjaga pun bertanya dari balik selimut yang menutupi sampai wajahnya.Ketika pintu itu dibuka, Zoe bisa mendengar suara bising di bawah sana. “Bibi Tiffa? Astaga, ada apa di bawah sana?” tanya Zoe sedikit kesal.“Nona, itu... seorang gadis datang dan berkata ingin bertemu dengan Tuan Stewart. Katanya dia dari Aussie,” jawab Tiffany.“Aussie?” Zoe mengerut kening. Gadis mana yang datang menemui suaminya jauh-jauh dari Aussie? Apalagi ini masih pagi.Zoe melirik ke belakang, d
“Hei, Natasha, kenapa kau seperti orang bodoh? Jangan kau pikir aku kasihan dan memberimu tempat di rumahku!” Zoe mengoceh lagi, melihat Natasha yang masih termenung bagaikan orang bodoh.“Itu... apakah itu Freya?” tanya Natasha, matanya masih terarah ke pintu di mana Freya menghilang tadi.Alena yang mendengarnya pun berbalik, menatap Natasha dan sedikit penasaran. Apakah Natasha mengenalnya?“Natasha, mari kami antar ke hotel.” Dixon membujuk adik angkatnya, tetapi Natasha menepis tangan Dixon.“Yang tadi... apakah dia Freya?” ulang Natasha sekali lagi.“Kau mengenalnya?” Kini Alena mendekat ke tempat Natasha, penasaran bagaimana ceritanya dia mengenal Natasha.Keluarga Stewart itu tinggal di Australi, sedangkan Freya berkata dirinya hanya pernah tinggal di panti. Hanya Jakarta lah satu-satunya kota yang pernah Freya datangi setelah meninggalkan panti asuhan yang ada di pinggir ko
“Kenapa Anda terdiam, Tuan Raves? Apakah ucapanku mengejutkan Anda?” kata Freya lagi, matanya tajam menatap sang papa yang mulai goyah. “Dia sangat menyedihkan, sungguh menyedihkan.”“Apa maksudnya?” tanya Ezra, pikirannya terlalu kalut untuk memahami kalimat yang baru diucapkan oleh putrinya. “Kau bercanda? Tidak, itu tidak mungkin.”“Tapi nyatanya, aku sudah melihat segalanya. Aku melihat ibuku yang gila memanggil bayinya yang dia sangka gila, aku melihat betapa dia merindukan bayi itu. Aku menyanksikan sendiri bagaimana Felisha menderita oleh rasa bersalah karena tak bisa membesarkan bayinya!” Suara Freya semakin keras, menggema di seluruh ruangan.Ezra yang sudah tak mampu mendengarkan semua itu, kali ini hampir terjatuh. Tangannya memegangi tembok untuk tidak benar-benar tersungkur di atas lantai.“Kenapa Anda terkejut? Kenapa Anda terlihat sangat lemah, seakan-akan Anda merasa bersala
Esau terduduk lemah. Sekarang semua orang berkumpul di ruang keluarga dan semua mata menatap padanya, menunggu penjelasan atas pertanyaan yang sudah berkecamuk di dalam kepala semua orang.“Dia bukan gadis yang berasal dari panti asuhan,” kata Esau, memulai pmbicaraan. “Natasha benar, Freya memang berasal dari Inggris.”“Apa maksudmu, Esau?” tanya Alena seraya memegang lembut bahu Esau. Bisa dirasakannya putra kesayangannya itu memang benar-benar dipenuhi kesedihan. Dan dia sendiri seakan tidak ingin mempercayai fakta yang dikatakan oleh putranya.Bagaimana dia akan menerima Freya sebagai menantu yang selama ini dicintai, tiba-tiba harus dikenal sebagai menantu pembohong? Itu sangat tidak bisa diterima kepalanya. Alena tidak ingin rasa sayang yang sudah terjalin untuk Freya, berubah menjadi was-was dan tidak percaya.“Katakan itu tidak benar, Esau. Freya berasal dari panti asuhan, dan dia... dia hanya gadis
Freya sudah pergi. Entah ke mana anak itu setelah meninggalkan papanya yang menahan sakit di jantungnya. Ezra terduduk lemas di atas lantai keramik yang dingin, memutar kembali setiap kata yang tadi diucapkan oleh Freya. Kalimat-kalimat mematikan yang tak mampu dia terima begitu saja. Sungguh sakit, bahkan bisa membunuhnya.Bell di luar berbunyi, Ezra bangkit terburu berharap itu adalah putrinya. Bahkan pelayan tua yang tergopoh dari dapur pun melongo melihat betapa cepat Ezra melesat membuka pintu.“Fre—“ kata Ezra tertahan. Dia termenung melihat orang yang berdiri di depannya, itu bukan Freya. “Kau?”“Benar, aku Timothy. Aku diminta mencari Nona Freya di sini, apakah dia ada?”Timothy adalah orang suruhan Esau yang datang bersama Esau saat di Inggri, lalu apa hubungannya dengan Freya? Ezra berpikir extra keras, kenapa orang ini datang mencari putrinya.Ezra mengatur ekspresinya, jangan sampa
Alena dan Harry bersiap-siap untuk segera menemui Ezra perihal keberangkatan mereka menuju rumah sakit demi Felisha. Alena tak begitu fokus masalah kepergian Freya dari rumah mereka, karena dia yakin putera kesayangannya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.“Harry, kau yakin kau siap bertemu dengan Ezra dan mengesampingkan emosimu padanya?” tanya Alena sembari mengusap dada Harry. Dia tak mau sampai ada ketegangan di antara Ezra dan Harry nantinya. Apalagi mengingat keterkaitan hubungan masa lalu antara ketiganya.Lagian, Alena adalah istri yang jujur. Segala perkataan Ezra Raves padanya saat mereka bertemu berapa hari yang lalu, semua itu Alena sampaikan pada Harry sebab tak ingin menyembunyikan apa pun padanya. Meski saat itu Alena sudah berkata dia menolak tegas ucapan Ezra, rasa khawatir masih tetap terasa di dadanya.“Demi kau, aku akan berusaha bersikap sebaik mungkin pada mantan kekasihmu yang sangat menjengkelkan itu,” ja
“Kau benar-benar ingin mati, Ezra Raves sialan?” Harry maraih pergelangan pria itu untuk melepaskan tangan Alena. “Apakah kau sudah bosan memiliki tangan ini?”Ezra menaikkan sebelah alisnya, dan menjawab dengan enteng, “Aku rela tidak memiliki tangan, asalkan bisa bersama dengan Alena.”“Brengsek!” umpat Harry dan bersiap untuk memelintir tangan Ezra.“Sabar, Bung. Baik, aku tidak menyentuh istrimu lagi. Tapi jika dia yang meminta, tentua saja aku akan melakukannya.”“Kau!”Alena menarik napas, berusaha menstabilkan emosinya. Rasanya dia benar-benar tak bisa tahan melihat kelakuan dua orang laki-laki dewasa yang sudah umur tapi terlihat seperti anak kecil berusia 10 tahun yang sedang berebut mainan.“Kalau sudah bisa tenang, aku akan masuk ke dalam. Tapi jika kalian masih akan ribut, maka aku akan menonton dengan tenang,” kata Alena, memutar tubuhnya untuk m
Esau berlari menaiki tangga pintu masuk istana keluarganya, dengan penuh semangat dan senyum yang tergambar di bibirnya. Tangan kanan menjinjing sebuah boks besar yang dia bawakan hadiah untuk istrinya, belakangan ini dia memang menjadi sangat romantis sejak mendengar kabar kehamilan Freya. Setiap akan pulang dari mana pun, Esau menyempatkan membawa hadiah untuk Freya. Baik itu berupa bunga, makanan, atau benda apa saja yang dia temukan di jalan. Terkadang juga Esau mencari-cari sesuatu yang diinginkan ibu hamil melalui situs internet, lantas membawakannya untuk Freya. Dia adalah suami yang begitu mencintai istrinya. “Sayang...” Esau mendorong pintu kamar, memamerkan jinjingan yang dia bawa. “Lihat, aku membawa apa padamu?” Freya yang tengah berbaring membaca sebuah buku, menurunkan buku itu ke atas perutnya dan melihat Esau. Sejak hamil dan dikatakan fisiknya lemah, Freya dengan suka rela mengambil cuti kuliah dan lebih memilih menghabiskan waktu menikmati k
“Frey, kalian harus datang, ingat!”Leona berseru dari ujung sana, melambaikan tangannya pada Freya yang masih berdiri menunggu Esau membukakan pintu mobil. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban untuk seruan dari Leona.“Baik lah, akan aku usahakan.” Freya lalu masuk ke dalam mobil di samping suaminya yang menyetir.“Datang? Memangnya... ke mana dia mengajakmu?”“Ulang tahun. Leona merayakan ulang tahunnya, dan dia mengundang kita.”“Kenapa kita harus datang?” Esau menyahut acuh, menyalakan mesin mobil yang membawa mereka meninggalkan parkiran kampus. “Aku heran kenapa kau mau berteman dengannya, padahal dulu dia jahat padamu.”Jika dipikir-pikir, Leona memang banyak melakukan kejahatan pada Freya, tapi di balik itu Freya sendiri sudah membalasnya, kan? Lantas kenapa harus merasa dirinya harus membenci Leona lagi? Lagian Leona sendiri sudah meminta maaf secara terang-tera
Semua orang menjadi diam melihat kedatangan pria itu. Esau masih terkejut, bahkan dia tidak sadar kapan Ezra Raves berjalan menuju kado besar yang sudah Harry siapkan. Dia menatap Harry dengan tatapan yang sedikit aneh.“Apakah kado dariku sangat besar?” katanya, seakan menyindir Harry. Ezra cukup tahu Harry adalah seseorang yang selalu mempersiapkan segala sesuatu, dan sudah pasti Harry lah yang membuat kado itu seakan-akan dari dirinya. “Kalian tampak senang melihat kado dariku, tapi tampaknya tidak senang dengan kedatanganku.” Ezra berpindah ke depan Harry, mengulurkan tangannya dan berkata, “Halo, Besan, akhirnya kita bertemu setelah sekian lama.”Harry muak melihat sikap Ezra yang seakan ingin menunjukkan sifat arogannya. Tapi demi menjaga nama baik menantu perempuannya, Harry mengulurkan tangan untuk menyambut Ezra. “Ya, selamat datang kembali. Aku pikir pesawat itu sudah meledak sehingga kau mungkin tidak akan pernah dat
“Selamat, akhirnya kau benar-benar menjadi lelaki jantan.” Parsa menepuk pundak sahabatnya, membuat Esau mengerut kening tidak senang.“Sial! Apa selama ini aku kurang jantan di matamu?” umpat Esau pelan, tidak senang dia dengan ledekan yang ditujukan Parsa padanya.“Mana aku tahu, Freya lah yang tahu bagaimana kau di ranjang.” Parsa melirik Freya dan meneruskan pertanyaan Esau padanya. “Bagaimana, Frey, apakah Esau jago di ranjang?” ucapnya sembari tertawa.Kesal, Esau meninju pelan pundak Parsa untuk menyuruh sahabatnya itu diam. “Diam lah, Brengsek, atau aku memanggil bagian keamanan untuk mengusirmu,” balasnya sambil bergurau.Hal itu membuat Julian ikut tertawa mendengar dua sahabatnya yang saling mengejek, dan ikut serta di dalam perbincangan mereka. “Mungkin kau memang tidak jago, Esau, sebab itu Freya ingin meninggalkanmu.”“Hei, tutup mulutmu atau aku
“Apa yang kau lakukan, Esau?” Freya menarik Esau untuk menjauh, tetapi Esau tidak menggubrisnya. Dia tidak akan menyerah begitu saja sebelum Felisha menunjukkan apa yang dia sembunyikan.“Frey, aku lah yang lebih dulu mengenal bibi, jadi aku tahu dia tidak sepenuhnya gila. Sebelum kau masuk ke dalam hidupku, perawat mengatakan bibi hanya butuh pengobatan ringan. Dia hanya terlalu malu bertemu denganmu, sampai-sampai berkata tidak ingin melihatmu lagi. Benar seperti itu kan, Bi?” tanya Esau tegas.Tentu hal itu membuat Felisha tak tahan lagi. Dia lelah menahan diri hingga akhirnya meneteskan air mata dari kedua sudut matanya.“Aku orang jahat, kenapa aku berhak memiliki anak? Aku sudah membuat semua orang menderita, aku tidak pantas menjadi ibunya,” bisik Feli lemah.Pertemuan dengan Ezra sudah membuat Feli seperti tersadar bahwa dirinya adalah orang jahat yang tak pantas mendapatkan perhatian dari siapa pun. Semua tuduh
“Maaf sudah memisahkanmu dengan papamu.” Esau mengelus wajah Freya, satu jarinya bermain-main di wajah cantik gadis yang bersandar ke pundaknya.Bagaimana pun, Ezra Raves adalah pria pertama yang mencintai gadis itu sejak dia lahir. Mungkin banyak kesalahan yang Ezra lakukan, tapi tetap saja cinta seorang ayah tidak bisa dihilangkan dari hati.“Kau masih sedih?” Kini Esau tatap wajah cantik istrinya dengan memegangi dagu lancip Freya.Menggeleng lemah, tentu saja Freya berbohong. Dia tidak bisa berkata dirinya baik-baik saja setelah yang barusan terjadi.“Sedih sebentar tidak akan membunuhku, kan?” bisik Freya, lagi air matanya mengalir. “Papa tidak boleh hanya menyalahkan mama, mereka sama-sama salah. Aku harus tega pada papa untuk membuatnya menyadari kesalahan.”“Benar, kau tidak melakukan kesalahan. Jika papamu bisa berpikir dengan baik, seharusnya dia menyesal.”Helaan na
“Apa yang kalian bicarakan? Sayang, papa mencintaimu. Kau tidak harus mendengarkan kesaksian dari orang-orang yang tidak menyukai papa,” kata Ezra, berharap kali ini putrinya masih mendengarnya. Ezra Raves tidak rela jika Freya menuduhnya tidak menginginkan dirinya.“Tapi bukti yang kutemukan bukan sekedar ucapan orang-orang. Papa juga ingin melihatnya?” Freya menantang papanya, lantas membuka lipatan kertas yang dia pegang.Bagaimana pula ada orang yang berkata demikian? Apakah mereka bisa mendengar isi kepala Ezra? Siapa yang dengan berani membuat kesaksian bahwa Ezra tidak menginginkan bayinya? Sejak mendengar Felisha hamil, Ezra sudah berencana untuk mengurus bayi itu meski tanpa ibunya!“Catatan rumah sakit atas nama Felisha Raves dan suaminya Ezra Raves,” kata Freya, membaca sebagian dari kertas yang ada di tangannya. Dadanya sesak. Pedih Freya rasakan ketika dia melanjutkan untuk berkata, “Catatan ini adalah kunju
Freya masih bergeming menatap tangan Esau yang terulur padanya. Lalu perlahan mengangkat mata untuk melihat wajah suami yang... katanya sudah bercerai oleh perbuatan oleh sang papa. Wajah sendunya sulit untuk ditebak, apakah Freya akan menerima uluran tangan itu?Kemudian dia perlahan mengalihkan wajah menatap tangan papanya, lalu mata mereka pun bertemu beberapa detik kemudian.“Mari, Sayang, kita akan berangkat hari ini,” ucap Ezra Raves sekali lagi.“Papa menjagaku?” Suara serak yang menyiratkan kerinduan akan cinta.“Pasti, karena kau lah separu dari nyawaku yang tersisa.” Ezra mengangguk perlahan.Ezra memang banyak melakukan kebohonga, tapi semua dia lakukan untuk alasan yang tepat. Dia hanya tidak ingin membuat Freya seperti ibunya.“Freya, ibumu memiliki temprament yang sangat buruk. Dia suka menyakiti orang lain tanpa peduli siapa orangnya. Aku menjauhkanmu dari dia karena aku mencintaimu, a
“Esau, tunggu!” Freya hampir saja terjatuh ketika mengikuti langkah suaminya turun dari mobil. “Bukankah kau bilang akan mempertahankanku? Kenapa kau ingin mengembalikanku pada papa?” katanya lagi. Freya tidak ingin pergi, dia berhenti menatap rumah besar di mana papanya menunggu.“Freya, ikut lah, papamu sudah tak sabar menunggu.”Kemarahan Esau sudah sampai di puncak kepalanya, sehingga tak ada waktu baginya membahas hal ini. Esau hanya ingin segera bertemu dengan Ezra Raves dan menyelesaikan masalah mereka. Dia tidak tahan mendengar kata-kata Ezra yang bahkan sudah mengurus perceraiannya dan Freya. Bukankah pria itu sudah sangat keterlaluan?“Tapi aku tidak mau! Aku mencintaimu, aku ingin denganmu!” Freya yang baru mendapat kasih sayang dari seluruh anggota keluarga Borisson, tiba-tiba merasa sangat sedih. Esau, lelaki yang pagi tadi berkata mencintai dirinya bahkan rela mati untuknya, kenapa sekarang justru sep