“Kau benar-benar ingin mati, Ezra Raves sialan?” Harry maraih pergelangan pria itu untuk melepaskan tangan Alena. “Apakah kau sudah bosan memiliki tangan ini?”
Ezra menaikkan sebelah alisnya, dan menjawab dengan enteng, “Aku rela tidak memiliki tangan, asalkan bisa bersama dengan Alena.”
“Brengsek!” umpat Harry dan bersiap untuk memelintir tangan Ezra.
“Sabar, Bung. Baik, aku tidak menyentuh istrimu lagi. Tapi jika dia yang meminta, tentua saja aku akan melakukannya.”
“Kau!”
Alena menarik napas, berusaha menstabilkan emosinya. Rasanya dia benar-benar tak bisa tahan melihat kelakuan dua orang laki-laki dewasa yang sudah umur tapi terlihat seperti anak kecil berusia 10 tahun yang sedang berebut mainan.
“Kalau sudah bisa tenang, aku akan masuk ke dalam. Tapi jika kalian masih akan ribut, maka aku akan menonton dengan tenang,” kata Alena, memutar tubuhnya untuk m
Harry mengeluarkan ponselnya. Buru-buru dia cari nomor putranya untuk melakukan hal yang dikatakan oleh Alena. Felisha orang yang menakutkan, itu yang mereka ingat kenangan yang diberikan oleh wanita itu.Tapi, Ezra tertawa kecil melihat suami istri yang ketakutan setengah mati. “Apakah kalian pikir Freya akan membunuhnya? Tampaknya, kalian tidak mempercayai kemampuan putra sendiri.”Harry menghentikan niatnya lantas menatap Ezra tajam. “Sebenarnya apa ingin kau bicarakan, Brengsek? Jangan membuatku benar-benar marah.”“Ayo lah, putriku mungkin gila sudah masuk ke dalam keluarga kalian, tapi Freya tidak semenakutkan itu. Freya-ku hanya korban, sudah kukatakan itu sejak tadi. Dia marah padaku.”Harry memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku, dia harus memastikan apa saja sebenarnya yang membuat Freya menjadi nekad datang meminta pertanggung jawaban dari putranya.“Katakan yang jelas, aku tidak akan melepas
“Ma....” Freya duduk di belakang wanita yang baru saja dia panggil sebagai mama. Wanita itu berbalik, menatap Freya dengan alis yang mengerut dan bingung. Bibirnya bergetar, sedang matanya memindai Freya dari atas sampai ke bawah. “Ka-kau... si- siapa kau?” tanya Felisha, wanita yang tidak sehat pikirannya. Freya tak kuasa menahan air mata yang sudah merambat di kedua belah pipinya. Bahkan mama yang dia temui beberapa hari yang lalu, sepertinya sudah tidak mengingat dirinya lagi. Hatinya teriris perih, tanpa banyak bicara dia menghambur ke dalam pelukan Felisha. “Ka- kau siapa? Kau siapa, heh?” Feli kelabakan menghindari Freya yang tengah memeluknya. “Jangan menangkapku! Aku harus menemukan bayiku, jangan tangkap aku!” teriaknya, meminta Freya melepaskannya. Seperti ini kah dia setiap harinya? Ketika ingatan tentang bayi yang dia pikir sudah tiada datang ke pikirannya, dia akan menjadi histeris. Freya mempererat pelukannya, mengabaikan tubuh s
Dia mungkin gila, dan wajah Ezra Raves pun terlihat tidak semuda yang Feli ingat terakhir kalinya. Tapi wajah itu tidak akan pernah Felisha lupakan, wajah lelaki yang dulu membuatnya tergila-gila mencintai, wajah yang juga membuatnya menjadi gila sebenarnya dan mendekam di rumah sakit jiwa, mana mungkin dia melupakan itu? Feli tersadar dari keterpakuannya, lantas mengalihkan mata menatap Alena lagi.Alena masih tersenyum. Lalu dia mengangguk mengiyakan pertanyaan Felisha. “Aku membawakan Ezra untukmu. Apa kau merasa senang?”Tak ada raut bahagia di wajah Feli saat Alena mengatakan dia membawa Ezra untuk menemuinya. Feli justru beringsut mundur, dia takut dengan sosok yang berdiri sembari menenggelamkan tangan ke dalam saku celana. Meski terlihat tenang, tapi bagi Feli sosok Ezra benar-benar menakutkan.Bagaikan iblis yang berisap menarik nyawanya sekali lagi, begitu lah Ezra di mata Felisha.“Ti-tidak, bawa dia pergi,
Ezra berhenti tepat di depan Felisha, tampak dia cemas melihat boneka bayi yang ada di dalam gendongan Ezra. Felisha seperti ingin segera merampasnya, tetapi terlihat takut.“Ini... bayimu.” Untuk pertama kalinya Ezra berbicara pada Felisha, setelah pertengkaran hebat mereka di masa lalu. Terasa sangat aneh, sebab sejak dulu pun dia tidak pernah lembut pada wanita itu.“Ba-bayiku?” kata Feli, segurat bahagia terlukis di wajahnya. “Benar, itu bayiku. Bayiku....”Felisha mulai melupakan tentang Ezra Raves, yang ada di kepalanya hanya lah, semua orang sedang berbahagia melihat bayinya yang baru saja lahir. Dia tersenyum mengangguk pada Ezra.“Lihat, apakah bayiku sangat lucu? Dia cantik, Alena berkata begitu.” Feli terlihat bersemangat.“Aku pernah merebutnya darimu, hari ini kukembalikan dia padamu,” ujar Ezra berusaha setulus mungkin mengatakan kalimatnya barusan.Dengan kedua
“Kerahkan semua orang mencari Freya. Ingat, jangan membuatnya ketakutan. Bawa dia dengan baik tanpa kekurangan satu apa pun.”Alena tersenyum mendengar suaminya berbicara di dalam telepon. Dia dekati pria itu, lalu menggandengnya dengan mesra. Tak lupa dia ucapkan terima kasih untuk Harry yang sudah sangat mengontrol emosinya sejak kemarin.Sementara di luar rumah sakit, Feli terus menggandeng tangan Ezra menuju taman. Entah apa tujuan wanita itu, apakah dia ingin bernostalgia seperti dulu? Oh, tolong lah... Ezra bahkan tidak pernah berlaku baik padanya, apa yang harus dia kenang?“Kau mau apa?” tanya Ezra.Felisha tersenyum, dia ajak Ezra duduk di bangku taman dan terus menatap wajah pria itu. Boneka bayi di dalam gendongannya tak pernah lepas, mereka sudah terlihat seperti pasangan suami istri gila yang baru kehilangan bayinya. Alena memang sukses membuat Ezra sangat... kesal.“Apa ... aku pernah mencintaimu?&r
“Freya! Freya!” teriak Ezra, melihat putrinya yang berlari menjauh. Ezra mengejar Freya, menarik tangannya untuk tidak melarikan diri lagi. “Dengarkan penjelasan papa.”“Penjelasan? Penjelasan seperti apa lagi yang akan aku dengar? Apakah semua yang kulihat tadi belum cukup? Kau iblis, Tuan Raves, kau adalah iblis yang tidak punya hati!” teriak Freya, dia ayunkan tangannya di udara sehingga lepas dari cengkaraman sang papa.“Frey, papa mohon, mari kita kembali ke Inggris dan papa akan jelaskan segalanya.”“Tidak, aku tidak butuh penjelasan apa pun. Dan... ‘papa’ katamu?” balasnya. “KAU TIDAK PANTAS DISEBUT SEBAGAI PAPA!” Kemudian dia mundur, langkahnya gemetar menjauh dari Ezra Raves. Freya berbalik cepat lantas berlari dengan hati yang hancur.“Freya! Freya, berhenti!”Gadis itu tidak mendengarkan panggilan dari sang papa, dia terus berlari mengik
Parsa berputar-putar di dalam kamar hotel. Kata-kata Julian membuat lelaki itu khawatir jika mungkin Esau benar-benar akan menggila. Apalagi dia dan Freya tengah berada di dalam kamar hotel, mungkin Esau akan salah sangka pada sahabatnya.“Ada apa?” tanya Freya, yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.“Frey, katakan kenapa kau kabur dan apa masalah kalian yang sebenarnya?” Parsa memaksa gadis itu berbicara.Freya duduk di sofa yang tidak jauh dari Parsa, matanya kembali mengembun. Dia memikirkan betapa dirinya sudah begitu jahat pada keluarga itu.“Aku tidak ingin dengannya lagi.”“What?!” Mata Parsa membelalak. “Frey, apa maksudmu tidak ingin dengannya lagi?”Dengan santainya Freya membuka handuk penutup kepala, mengeringkan rambutnya dengan handuk itu. Matanya menatap langit-langit kamar hotel, membayangkan kembali semua rencana jahat dan perlakuannya pada Esau. Freya sangat
Freya mendengar pintu itu terbuka, dan dia tidak peduli. Dia ketatkan pelukannya pada Parsa untuk membuat Esau berpikir mereka baru saja melakukan hal yang tidak pantas. Parsa sampai menegang, dia ketakutan mendapat tatapan dari Esau.“Jadi... ini sambutanmu padaku?” kata Esau, ingin sekali dia menerjang Parsa detik itu juga.“E-Esau, ini... tidak seperti yang kau pikirkan,” ucap Parsa gugup.Siapa yang tidak ketakutan kedapatan berpelukan dengan istri orang lain? Apalagi penampilan Freya sungguh berantakan. Rambutnya setengah basah dan acak-acakan, lalu pundak jubah mandinya terbuka ke bawah. Siapa pun yang melihat mereka pasti berpikir Freya dan Parsa baru saja melakukan hubungan terlarang!“Frey, lepaskan.” Parsa berusaha melepaskan pelukan Freya dari lehernya, tapi gadis itu bagaikan lintah menempel di sana.“Kenapa? Kau takut karena Esau datang? Parsa, jangan terlalu tegang begitu,
Esau berlari menaiki tangga pintu masuk istana keluarganya, dengan penuh semangat dan senyum yang tergambar di bibirnya. Tangan kanan menjinjing sebuah boks besar yang dia bawakan hadiah untuk istrinya, belakangan ini dia memang menjadi sangat romantis sejak mendengar kabar kehamilan Freya. Setiap akan pulang dari mana pun, Esau menyempatkan membawa hadiah untuk Freya. Baik itu berupa bunga, makanan, atau benda apa saja yang dia temukan di jalan. Terkadang juga Esau mencari-cari sesuatu yang diinginkan ibu hamil melalui situs internet, lantas membawakannya untuk Freya. Dia adalah suami yang begitu mencintai istrinya. “Sayang...” Esau mendorong pintu kamar, memamerkan jinjingan yang dia bawa. “Lihat, aku membawa apa padamu?” Freya yang tengah berbaring membaca sebuah buku, menurunkan buku itu ke atas perutnya dan melihat Esau. Sejak hamil dan dikatakan fisiknya lemah, Freya dengan suka rela mengambil cuti kuliah dan lebih memilih menghabiskan waktu menikmati k
“Frey, kalian harus datang, ingat!”Leona berseru dari ujung sana, melambaikan tangannya pada Freya yang masih berdiri menunggu Esau membukakan pintu mobil. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban untuk seruan dari Leona.“Baik lah, akan aku usahakan.” Freya lalu masuk ke dalam mobil di samping suaminya yang menyetir.“Datang? Memangnya... ke mana dia mengajakmu?”“Ulang tahun. Leona merayakan ulang tahunnya, dan dia mengundang kita.”“Kenapa kita harus datang?” Esau menyahut acuh, menyalakan mesin mobil yang membawa mereka meninggalkan parkiran kampus. “Aku heran kenapa kau mau berteman dengannya, padahal dulu dia jahat padamu.”Jika dipikir-pikir, Leona memang banyak melakukan kejahatan pada Freya, tapi di balik itu Freya sendiri sudah membalasnya, kan? Lantas kenapa harus merasa dirinya harus membenci Leona lagi? Lagian Leona sendiri sudah meminta maaf secara terang-tera
Semua orang menjadi diam melihat kedatangan pria itu. Esau masih terkejut, bahkan dia tidak sadar kapan Ezra Raves berjalan menuju kado besar yang sudah Harry siapkan. Dia menatap Harry dengan tatapan yang sedikit aneh.“Apakah kado dariku sangat besar?” katanya, seakan menyindir Harry. Ezra cukup tahu Harry adalah seseorang yang selalu mempersiapkan segala sesuatu, dan sudah pasti Harry lah yang membuat kado itu seakan-akan dari dirinya. “Kalian tampak senang melihat kado dariku, tapi tampaknya tidak senang dengan kedatanganku.” Ezra berpindah ke depan Harry, mengulurkan tangannya dan berkata, “Halo, Besan, akhirnya kita bertemu setelah sekian lama.”Harry muak melihat sikap Ezra yang seakan ingin menunjukkan sifat arogannya. Tapi demi menjaga nama baik menantu perempuannya, Harry mengulurkan tangan untuk menyambut Ezra. “Ya, selamat datang kembali. Aku pikir pesawat itu sudah meledak sehingga kau mungkin tidak akan pernah dat
“Selamat, akhirnya kau benar-benar menjadi lelaki jantan.” Parsa menepuk pundak sahabatnya, membuat Esau mengerut kening tidak senang.“Sial! Apa selama ini aku kurang jantan di matamu?” umpat Esau pelan, tidak senang dia dengan ledekan yang ditujukan Parsa padanya.“Mana aku tahu, Freya lah yang tahu bagaimana kau di ranjang.” Parsa melirik Freya dan meneruskan pertanyaan Esau padanya. “Bagaimana, Frey, apakah Esau jago di ranjang?” ucapnya sembari tertawa.Kesal, Esau meninju pelan pundak Parsa untuk menyuruh sahabatnya itu diam. “Diam lah, Brengsek, atau aku memanggil bagian keamanan untuk mengusirmu,” balasnya sambil bergurau.Hal itu membuat Julian ikut tertawa mendengar dua sahabatnya yang saling mengejek, dan ikut serta di dalam perbincangan mereka. “Mungkin kau memang tidak jago, Esau, sebab itu Freya ingin meninggalkanmu.”“Hei, tutup mulutmu atau aku
“Apa yang kau lakukan, Esau?” Freya menarik Esau untuk menjauh, tetapi Esau tidak menggubrisnya. Dia tidak akan menyerah begitu saja sebelum Felisha menunjukkan apa yang dia sembunyikan.“Frey, aku lah yang lebih dulu mengenal bibi, jadi aku tahu dia tidak sepenuhnya gila. Sebelum kau masuk ke dalam hidupku, perawat mengatakan bibi hanya butuh pengobatan ringan. Dia hanya terlalu malu bertemu denganmu, sampai-sampai berkata tidak ingin melihatmu lagi. Benar seperti itu kan, Bi?” tanya Esau tegas.Tentu hal itu membuat Felisha tak tahan lagi. Dia lelah menahan diri hingga akhirnya meneteskan air mata dari kedua sudut matanya.“Aku orang jahat, kenapa aku berhak memiliki anak? Aku sudah membuat semua orang menderita, aku tidak pantas menjadi ibunya,” bisik Feli lemah.Pertemuan dengan Ezra sudah membuat Feli seperti tersadar bahwa dirinya adalah orang jahat yang tak pantas mendapatkan perhatian dari siapa pun. Semua tuduh
“Maaf sudah memisahkanmu dengan papamu.” Esau mengelus wajah Freya, satu jarinya bermain-main di wajah cantik gadis yang bersandar ke pundaknya.Bagaimana pun, Ezra Raves adalah pria pertama yang mencintai gadis itu sejak dia lahir. Mungkin banyak kesalahan yang Ezra lakukan, tapi tetap saja cinta seorang ayah tidak bisa dihilangkan dari hati.“Kau masih sedih?” Kini Esau tatap wajah cantik istrinya dengan memegangi dagu lancip Freya.Menggeleng lemah, tentu saja Freya berbohong. Dia tidak bisa berkata dirinya baik-baik saja setelah yang barusan terjadi.“Sedih sebentar tidak akan membunuhku, kan?” bisik Freya, lagi air matanya mengalir. “Papa tidak boleh hanya menyalahkan mama, mereka sama-sama salah. Aku harus tega pada papa untuk membuatnya menyadari kesalahan.”“Benar, kau tidak melakukan kesalahan. Jika papamu bisa berpikir dengan baik, seharusnya dia menyesal.”Helaan na
“Apa yang kalian bicarakan? Sayang, papa mencintaimu. Kau tidak harus mendengarkan kesaksian dari orang-orang yang tidak menyukai papa,” kata Ezra, berharap kali ini putrinya masih mendengarnya. Ezra Raves tidak rela jika Freya menuduhnya tidak menginginkan dirinya.“Tapi bukti yang kutemukan bukan sekedar ucapan orang-orang. Papa juga ingin melihatnya?” Freya menantang papanya, lantas membuka lipatan kertas yang dia pegang.Bagaimana pula ada orang yang berkata demikian? Apakah mereka bisa mendengar isi kepala Ezra? Siapa yang dengan berani membuat kesaksian bahwa Ezra tidak menginginkan bayinya? Sejak mendengar Felisha hamil, Ezra sudah berencana untuk mengurus bayi itu meski tanpa ibunya!“Catatan rumah sakit atas nama Felisha Raves dan suaminya Ezra Raves,” kata Freya, membaca sebagian dari kertas yang ada di tangannya. Dadanya sesak. Pedih Freya rasakan ketika dia melanjutkan untuk berkata, “Catatan ini adalah kunju
Freya masih bergeming menatap tangan Esau yang terulur padanya. Lalu perlahan mengangkat mata untuk melihat wajah suami yang... katanya sudah bercerai oleh perbuatan oleh sang papa. Wajah sendunya sulit untuk ditebak, apakah Freya akan menerima uluran tangan itu?Kemudian dia perlahan mengalihkan wajah menatap tangan papanya, lalu mata mereka pun bertemu beberapa detik kemudian.“Mari, Sayang, kita akan berangkat hari ini,” ucap Ezra Raves sekali lagi.“Papa menjagaku?” Suara serak yang menyiratkan kerinduan akan cinta.“Pasti, karena kau lah separu dari nyawaku yang tersisa.” Ezra mengangguk perlahan.Ezra memang banyak melakukan kebohonga, tapi semua dia lakukan untuk alasan yang tepat. Dia hanya tidak ingin membuat Freya seperti ibunya.“Freya, ibumu memiliki temprament yang sangat buruk. Dia suka menyakiti orang lain tanpa peduli siapa orangnya. Aku menjauhkanmu dari dia karena aku mencintaimu, a
“Esau, tunggu!” Freya hampir saja terjatuh ketika mengikuti langkah suaminya turun dari mobil. “Bukankah kau bilang akan mempertahankanku? Kenapa kau ingin mengembalikanku pada papa?” katanya lagi. Freya tidak ingin pergi, dia berhenti menatap rumah besar di mana papanya menunggu.“Freya, ikut lah, papamu sudah tak sabar menunggu.”Kemarahan Esau sudah sampai di puncak kepalanya, sehingga tak ada waktu baginya membahas hal ini. Esau hanya ingin segera bertemu dengan Ezra Raves dan menyelesaikan masalah mereka. Dia tidak tahan mendengar kata-kata Ezra yang bahkan sudah mengurus perceraiannya dan Freya. Bukankah pria itu sudah sangat keterlaluan?“Tapi aku tidak mau! Aku mencintaimu, aku ingin denganmu!” Freya yang baru mendapat kasih sayang dari seluruh anggota keluarga Borisson, tiba-tiba merasa sangat sedih. Esau, lelaki yang pagi tadi berkata mencintai dirinya bahkan rela mati untuknya, kenapa sekarang justru sep