Ezra berhenti tepat di depan Felisha, tampak dia cemas melihat boneka bayi yang ada di dalam gendongan Ezra. Felisha seperti ingin segera merampasnya, tetapi terlihat takut.
“Ini... bayimu.” Untuk pertama kalinya Ezra berbicara pada Felisha, setelah pertengkaran hebat mereka di masa lalu. Terasa sangat aneh, sebab sejak dulu pun dia tidak pernah lembut pada wanita itu.
“Ba-bayiku?” kata Feli, segurat bahagia terlukis di wajahnya. “Benar, itu bayiku. Bayiku....”
Felisha mulai melupakan tentang Ezra Raves, yang ada di kepalanya hanya lah, semua orang sedang berbahagia melihat bayinya yang baru saja lahir. Dia tersenyum mengangguk pada Ezra.
“Lihat, apakah bayiku sangat lucu? Dia cantik, Alena berkata begitu.” Feli terlihat bersemangat.
“Aku pernah merebutnya darimu, hari ini kukembalikan dia padamu,” ujar Ezra berusaha setulus mungkin mengatakan kalimatnya barusan.
Dengan kedua
“Kerahkan semua orang mencari Freya. Ingat, jangan membuatnya ketakutan. Bawa dia dengan baik tanpa kekurangan satu apa pun.”Alena tersenyum mendengar suaminya berbicara di dalam telepon. Dia dekati pria itu, lalu menggandengnya dengan mesra. Tak lupa dia ucapkan terima kasih untuk Harry yang sudah sangat mengontrol emosinya sejak kemarin.Sementara di luar rumah sakit, Feli terus menggandeng tangan Ezra menuju taman. Entah apa tujuan wanita itu, apakah dia ingin bernostalgia seperti dulu? Oh, tolong lah... Ezra bahkan tidak pernah berlaku baik padanya, apa yang harus dia kenang?“Kau mau apa?” tanya Ezra.Felisha tersenyum, dia ajak Ezra duduk di bangku taman dan terus menatap wajah pria itu. Boneka bayi di dalam gendongannya tak pernah lepas, mereka sudah terlihat seperti pasangan suami istri gila yang baru kehilangan bayinya. Alena memang sukses membuat Ezra sangat... kesal.“Apa ... aku pernah mencintaimu?&r
“Freya! Freya!” teriak Ezra, melihat putrinya yang berlari menjauh. Ezra mengejar Freya, menarik tangannya untuk tidak melarikan diri lagi. “Dengarkan penjelasan papa.”“Penjelasan? Penjelasan seperti apa lagi yang akan aku dengar? Apakah semua yang kulihat tadi belum cukup? Kau iblis, Tuan Raves, kau adalah iblis yang tidak punya hati!” teriak Freya, dia ayunkan tangannya di udara sehingga lepas dari cengkaraman sang papa.“Frey, papa mohon, mari kita kembali ke Inggris dan papa akan jelaskan segalanya.”“Tidak, aku tidak butuh penjelasan apa pun. Dan... ‘papa’ katamu?” balasnya. “KAU TIDAK PANTAS DISEBUT SEBAGAI PAPA!” Kemudian dia mundur, langkahnya gemetar menjauh dari Ezra Raves. Freya berbalik cepat lantas berlari dengan hati yang hancur.“Freya! Freya, berhenti!”Gadis itu tidak mendengarkan panggilan dari sang papa, dia terus berlari mengik
Parsa berputar-putar di dalam kamar hotel. Kata-kata Julian membuat lelaki itu khawatir jika mungkin Esau benar-benar akan menggila. Apalagi dia dan Freya tengah berada di dalam kamar hotel, mungkin Esau akan salah sangka pada sahabatnya.“Ada apa?” tanya Freya, yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.“Frey, katakan kenapa kau kabur dan apa masalah kalian yang sebenarnya?” Parsa memaksa gadis itu berbicara.Freya duduk di sofa yang tidak jauh dari Parsa, matanya kembali mengembun. Dia memikirkan betapa dirinya sudah begitu jahat pada keluarga itu.“Aku tidak ingin dengannya lagi.”“What?!” Mata Parsa membelalak. “Frey, apa maksudmu tidak ingin dengannya lagi?”Dengan santainya Freya membuka handuk penutup kepala, mengeringkan rambutnya dengan handuk itu. Matanya menatap langit-langit kamar hotel, membayangkan kembali semua rencana jahat dan perlakuannya pada Esau. Freya sangat
Freya mendengar pintu itu terbuka, dan dia tidak peduli. Dia ketatkan pelukannya pada Parsa untuk membuat Esau berpikir mereka baru saja melakukan hal yang tidak pantas. Parsa sampai menegang, dia ketakutan mendapat tatapan dari Esau.“Jadi... ini sambutanmu padaku?” kata Esau, ingin sekali dia menerjang Parsa detik itu juga.“E-Esau, ini... tidak seperti yang kau pikirkan,” ucap Parsa gugup.Siapa yang tidak ketakutan kedapatan berpelukan dengan istri orang lain? Apalagi penampilan Freya sungguh berantakan. Rambutnya setengah basah dan acak-acakan, lalu pundak jubah mandinya terbuka ke bawah. Siapa pun yang melihat mereka pasti berpikir Freya dan Parsa baru saja melakukan hubungan terlarang!“Frey, lepaskan.” Parsa berusaha melepaskan pelukan Freya dari lehernya, tapi gadis itu bagaikan lintah menempel di sana.“Kenapa? Kau takut karena Esau datang? Parsa, jangan terlalu tegang begitu,
“Katakan, apakah aku harus menurunkanmu di sini?” ulang Esau, menyarkan Freya kembali dari pikiran panjangnya. “Benarkah kau tidak memiliki rasa untukku?”Pertanyaan itu membuat Freya merasa ditekan oleh beban yang sangat berat. Tapi ego dan rasa malu membuatnya tidak memiliki pilihan lain.“Be-benarkah? Kau... akan membiarkanku pergi?” tanya Freya terbata, ada lubang kecewa di dalam dadanya menyadari Esau yang bisa dengan gampang melepaskannya.Esau mendekat, membuat wajah mereka saling menatap hanya jarak beberapa inci. Dia tatap wajah Freya sangat lekat untuk melihat sejauh apa Freya ingin pergi darinya.“Kupikir kau akan berkata tidak ingin kulepaskan, tapi ternyata kau sangat ingin bercerai, ya?” Dia mendengus, kesal sekali melihat Freya sekarang. “Jangan pernah bermimpi! Bukankah sudah aku katakan itu sejak awal? Kau lah yang datang padaku, maka tak ada jalan untukmu keluar dari cengk
Freya naik ke atas tempat tidur dan mendekap tubuhnya sendiri, mengkerut seperti anak kucing yang kedinginan. Seandainya saja dia mengenal Esau tanpa adanya kebohongan dari Ezra, mungkin kah mereka bisa hidup bahagia? Seandainya perkenalan mereka murni tanpa adanya dendam tak beralasan, mungkin saja mereka bisa menepis semua rintangan yang datang belakangan.Tapi ini lah yang terjadi, Freya terlanjur memasuki hidup Esau dengan niat buruk yang sudah dia susun. Freya tidak pernah berpikir panjang jika akhirnya akan menjatuhkan hati pada lelaki itu.Dia sempat memikirkan keadaan Ezra—papanya—sekarang. Sebenarnya, ada rasa rindu untuk kembali ke rumah besar miliknya, memanggil sang papa dengan manja bagaikan Freya di usia remaja dulu, tapi rasa kesal pada Ezra karena telah membohonginya selama bertahun-tahun belum juga kunjung reda. Freya menahan keinginannya. Setidaknya biarkan saja dulu seperti ini.Kembali dia memikirkan kalimat Parsa saat berad
“Di mana istrimu?” tanya Harry, melihat hanya putranya lah yang datang ke meja makan untuk sarapan. Esau menghela napa pendek, mengambil tempat yang biasa dia duduki. “Dia sedikit demam, tadi malam dia kehujanan.” Julian sudah memberitahu Esau jika Parsa menemukan gadis itu di tengah jalan, jadi dia punya alasan untuk membuat Harry tidak berpandangan buruk pada Freya. “Benarkah? Padahal kita berencana akan mempertemukannya dengan Felisha,” sahut Harry, meneguk teh hitam buatan istrinya. Dia menoleh ke samping, menatap wajah sang daddy yang tetap datar. “Maksudnya, Dad?” tanya Esau was-was. Jujur saja, Esau masih belum bisa menerima ucapan Harry kemarin pagi yang berkata dia tidak setuju Esau menjadi menantu Ezra Raves. “Ezra tidak bisa membantu bibi kalian. Dia sangat keras kepala, malah membuat semua orang marah padanya. Bibi Feli hanya akan semakin tidak waras jika kita meminta bantuan darinya.” Alena yang menyahut sekarang. “Ezra Raves suda
Percintaan itu semakin panas mengikuti hasrat yang bergejolak di dalam dada. Posisi Freya yang duduk bersandar ke cermin, dengan Esau yang berdiri di depannya sembari menyentuh seluruh tubuh istrinya. Tangan kekarnya menyentuh setiap inci dari tubuh indah yang menjadi kegemarannya.Dia menunduk tepat di depan dada Freya, mendekatkan bibirnya ke dada gadis itu. Esau lantas turun, dan turun sehingga berhenti tepat di depan dada istrinya.Kenyal dan menantang, Esau tak bisa menahan untuk tidak segera melakukan lebih. Dia lebih dekat, lidahnya menyapu bagian merah muda yang mengitari pucuk dada Freya.“Uhm....” Freya mendesah.“Kau suka aku melakukan ini?” tanya Esau, lantas menjalarkan sekali lagi di sana. Sangat senang dia melihat wajah istri yang memerah menahan hasrat dan malu-malu. “Aku ingin melakukannya dengan cepat, tapi aku tidak ingin tubuhnya yang lain akan cemburu, bagaimana ini?” godanya lagi, tangan kiri menja