All Chapters of Lusia : Chapter 1 - Chapter 10

32 Chapters

1

                Lusia. Gadis berparas cantik dengan rambut panjang yang terurai berantakan. Gadis itu berlari tanpa alas kaki yang mengakibatkan telapak kakinya terasa perih.                Lusia sudah berlari sangat jauh. Telapak kakinya bahkan tak ayal ada yang lecet dan berdarah. Tapi yang Lusia tau, ia harus tetap berlari sejauh mungkin. Ia harus menghindari keluarganya sendiri. Ralat.                Lusia kabur dari rumahnya, ia meninggalkan rumah dengan orang tua yang sudah membesarkannya sejak tujuh belas tahun yang lalu.                Lusia bukan anak kandung, ia adalah anak angkat yang di perlakukan dengan tidak manusiawi. Bertahun tahun menahan
Read more

2

                Tangan Lusia bergetar, meski udara di dalam bar cenderung hangat. Lusia bergetar bukan karena kedinginan. Gadis mungil itu masih ketakutan, dan bergetar karenanya.                Laki – laki yang menolong Lusia dan membawanya ke dalam bar tengah pergi ke dapur. bar ini benar benar baru di buka dan belum ada orang yang berdatangan. Ini menguntungkan bagi Lusia. Tapi ia tak bisa berhenti was – was.                Dengan tangan yang bergetar, Lusia berusaha meminum susu hangat. Ia meminumnya seteguk demi seteguk. Dan tak terasa setengah gelas susu sudah masuk ke perut Lusia.                “Apa kamu lapar?” tanya laki – la
Read more

3

                Tubuh Lusia di angkat, dan entah di bawa kemana. Lusia tak mengetahuinya. Yang Lusia lakukan hanyalah bernagas setenang dan sepelan mungkin agar orang – orang mengira kalau Lusia masih tak sadarkan diri.                Tak begitu lama, Lusia mendengar banyak suara. Suara deret pintu yang di buka. Suara angin. Dan Lusia memang merasakan terpaan angin di rambutnya. Dan setelah itu, Lusia di masukan ke dalam mobil. Lusia yakin benar karena bunyi debuman pintu saat di tutup benar benar keras.                Dan setelah itu, dengan mata yang masih tertutup. Lusia mendengar deru mesin dan mobil mulai berjalan.                Luisa tak tau ia akan di
Read more

4

Suara pria itu sangat dingin, peringatan yang ia berikan pada Lusia sarat dengan ancaman di saat yang bersamaan. Tanpa Lusia sadari, ia berhenti mencoba melepaskan diri.                Berada di bawah tatapan itu, membuat Lusia merasa terintimidasi dan terancam. Entah terancam karena apa.                Melihat Lusia yang berhenti mencoba meloloskan diri, laki laki itu kini menyilangkan tanganya di depan dada.                Ia secara terang terangan tengah mengamati tubuh Lusia, dan juga wajahnya. Di hujani tatapan seperti sekarang ini, membuat Lusia merasa di lecehkan.                “Apa yang kamu inginkan?!” teriak Lusia, ia beringsut menjau
Read more

5

“Aku ingin mati saja....” rintih Lusia dengan suara lirih yang hampir tak terdengar di ruangan luas ini.                Dan Lusia melirik pria itu, ia sudah berada di ambang pintu, hendak meninggalkan kamar ini.                Dia tidak tidur di sini. Batin Lusia, entah kenapa Lusia sedikit merasa lega.                Dan suara debuman pintu yang sangat keras membuat Lusia bernafas lega.                Lusia terus meratapi nasib buruknya. Hingga kayu – kayu di pendiangan itu terbakar sepenuhnya dan cahaya di kamar itu meredup. Waktu yang cukup lama. Barulah, rasa sakit dan rasa lelah yang Lusia rasakan, menuntun gadis malang itu u
Read more

6

                “Lain kali, berjalanlah yang cepat.” Aaron mulai mengomel saat Lusia sudah berada di depan pintu kamar mandi.                Aku sudah berjalan sangat cepat sampai melampaui batas kemampuanku.  Batin Lusia membela diri.                Tapi yang Lusia lakukan malah sebaliknya, ia memberikan tatapan penuh peperangan pada Aaron dari balik pintu.                “Kamar ini yang terlalu luas.” Bantah Lusia. Dan ia menutup pintu, tepat di depan wajah Aaron.                Lusia tak akan lupa, ekspresi keterkejutan Aaron saat mendengar ja
Read more

7

                Begitu Lusia keluar dari kamar mandi, ia sudah mengenakan jubah kamar mandi yang kebesaran. Baru saja ia melangkah mendekati ranjang, Lusia sudah di kejutkan dengan keberadaan orang asing lain.                 Seorang perempuan yang sudah berumur, mengenakan pakaian biasa dan menunduk pelan saat melihat Lusia.                “Anda sudah selesai?” tanya wanita itu.                Lusia tak urung menjawab, ia masih larut dalam keterkejutannya. Sampai akhirnya ia tersadar, Lusia hanya mengangguk pelan.                Wanita itu menatap Lusia dengan p
Read more

9

Tapi sebelum Emma keluar, Emma menatap Lusia penuh kekhawatiran.                “Ingat ucapan saya baik – baik, patuhlah pada Tuan Aaron.”                Setelah mengatakan itu, Emma benar – benar keluar dan tak lagi muncul.                Sedangkan Lusia masih berdiri tanpa pilihan. Ia belum bisa mengambil keputusan. Harga dirinya yang sangat tinggi, meski kesuciannya sudah terampas menolak untuk patuh terhadap Aaron.                “Dia akan bosan dalam beberapa bulan... “ bisik Lusia dengan mata terpejam.                Lusia berusaha me
Read more

10

“Emma? Bolehkan aku bertanya?” Lusia nampak ragu – ragu menayakan isi pikirannya.                Namun Emma mengangguk, “Silahkan, asalkan saya bisa menjawab. Akan saya jawab.” Ucap Emma menyanggupi.                Lusia meneguk ludahnya, “Kalau bukan kamu yang mepeepaskan ikatan di kakiku, lantas siapa?”                “Saya tidak tau Nona.”                Jawaban Emma justru membuat wajah Lusia memucat. Lantas? Siapa? Apakah mungkin kalau itu adalah Aaron?                “Kalau tidak ada lagi yang ingin anda tanyak
Read more

11

                Aaron mendekat ke lemari pakaianya yang super besar. Bahkan Lusia baru menyadari, kalau kamar Aaron ini sangatlah luas. Semua barang – barang yang berada di sini, seperti di desain dengan ukuran besar agar ruangan ini tak nampak kosong.                Aaron mengancingkan kemejanya, perlahan dan akhirnya selesai. Lusia yang sejak tadi memilih menatap keluar jendela mendengar Aaron memanggilnya.                “Hei!” seru Aaron.                Lusia langsung refleks dan menengok ke arah Aaron, sembari menahan nafas.                “Aku mau memaka
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status