Aaron mendekat ke lemari pakaianya yang super besar. Bahkan Lusia baru menyadari, kalau kamar Aaron ini sangatlah luas. Semua barang – barang yang berada di sini, seperti di desain dengan ukuran besar agar ruangan ini tak nampak kosong.
Aaron mengancingkan kemejanya, perlahan dan akhirnya selesai. Lusia yang sejak tadi memilih menatap keluar jendela mendengar Aaron memanggilnya.
“Hei!” seru Aaron.
Lusia langsung refleks dan menengok ke arah Aaron, sembari menahan nafas.
“Aku mau memaka
“Mau tidak mau, kamu harus menerima tawaran itu. Karena setelah kamu keluar dari sini, musuh – musuhku akan melihatmu dan menjadikanmu objek.” Gerakan meronta Lusia terhenti, apa lagi kali ini? Bahkan, kalau Lusia berhasil keluar dari sini? Ia akan masuk ke dalam kumpulan penjahat lainnya? Begitu maksud Aaron? Lusia mengatupkan bibirnya dengan sangat rapat. Aaron sangat konsisten dengan wajah tanpa ekspresi – nya. “Dan asalkan kamu tau, meskipun mereka mengira kamu sasaran empuk sekalipun. Aku tidak akan kehilangan apa – apa seandainya mereka membunuhmu.”
“Lantas, pekerjaan apa yang membuat Tuan Aaron harus mendapatkan banyak musuh, Emma?” “Itu penjelasan yang berada di luar kewenangan saya. Kalau Nona ingin tau jawabanya, silahkan Nona bertanya pada Tuan Aaron secara langsung.” Mustahil. Bantah Lusia di dalam hati. Meski suara Emma terdengar sangat tenang, suara itu justru berbanding terbalik dengan ekspresi yang Emma tunjukan. Ekspresi tak suka yang di campur tatapan tajam pada Lusia, Lusia yang tak menyangka akan mendapatkan reaksi seperti itu. Lusia membungkam mulutnya, mungkin kali ini ia sudah melewati batas hanya demi mendapatkan secuil informasi.&nbs
Aaron tak perlu berkata banyak, ia harus segera membawa Lusia ke rumahnya untuk memeriksa keadaanya. Sebelum meninggalkan Leon, Aaron memberikan pesan terakhirnya. “Anda sebaiknya jangan ikut campur terhadap hubungan saya. Karena saya hanya memperbolehkan anda masuk ke dalam hubungan bisni tapi anda menolaknya.” Aaron menyelesaikan ucapannya, dan petir kembali menyambar menjadi backsound yang mengerikan. Aaron berjalan meninggalkan Leon dan masuk ke dalam mobilnya sendiri. Sedangkan Leon masih tak bisa mengambil tindakan. Wanita itu... dia siapa? Leon masih bertanya &ndas
“Ibu salah tentang satu hal.” Ucap Leon dengan suara lemah lembut, “Aku sangat tertarik dengan seorang perempuan.” Ucap Leon dengan nada misterius yang berhasil memancing rasa penasaran ibunya. Glak! Sura cangkir yang di taruh dengan terburu – buru. “Kamu? Tengah menyukai perempuan?” tanya Ibu Leon, mencoba untuk mengkonfirmasi, karena ini adalah kali pertama Leon membicarakan masalah perempuan. Leon menggeleng pelan, “Tidak. Aku hanya tertarik, karena dia secantik Ibu..... “ ucap Leon dengan keseriusan. Namun Ibu Leon mendecakan lidahnya, l
Emma masuk ke dalam kamar yang berantakan, tentu bukan bagian kamar yang lain. Tak lain tak bukan adalah ranjang. Selimut dan seprai berada di posisi jungkir balik dan tidak bisa di katakan baik. Begitu melihat Lusia yang sangat kacau, Emma segera bergerak lebih cepat. “Nona.... “ seru Emma dengan sangat khawatir. Ia melihat bercak – da – rah di lantai dan segera melihat kondisi Lusia. “Apa ada yang terluka?” tanya Emma sungguh – sungguh. Jemari Lusia menunjuk ke arah infus yang teronggok di lantai karena di tarik paksa oleh Aaron. Emma menutup mulutnya karena terkejut. 
Saat Aaron tengah sibuk berbicara, Lusia sudah memasukan garam dapur ke masakannya dan buru – buru mengaduknya. Lusia mengaduk panci dengan kesal, “Masa bodoh, aku tidak akan peduli kalaupun dia akan sakit setelah memakan masakanku.... “ “Apa Nona? Kau menyumpahiku untuk sakit setelah memakan makananmu?” Lusia terperanjat, entah pendengaran Aaron terlalu tajam atau ia yang terlalu keras. “Tidak! Anda sepertiny berhalusinasi!” “Ah tentu, aku pasti b
Terlalu banyak ruangan, bahkan jika semua orang di sini memiliki satu kamar. Masih ada banyak kamar kosong yang tidak di tempati. “Semua ruangan di sini punya fungsinya masing – masing, dan tidak semuanya harus di tempati.” Entahlah, Lusia tak paham dengan penjelasan Emma. Bahkan meskipun Lusia menanyakan apa maksudnya, Emma sudah tidak punya waktu untuk menjawabnya. “Saya undur diri Nona.. “ Emma menunduk dan melangkah pergi. Lusia mengangguk sebagai tanda jawaban. &n
“Tunggu! Apa maskud anda dengan di lempari buku?” Mason ingin mengoreksi pendengarannya, sepertinya ia salah dengar barusan. Mason bertatapan dengan Aaron. Aaron tak langsung menjawab, ia justru menunjuk perutnya dengan telunjuknya, “Perutku baru saja di lempar dengan buku super tebal.” Jelas Aaron. Ini masuk akal, alasan kenapa luka Aaron kembali terbuka dan berdarah. Tapi Mason masih ingin tau. “Siapa yang berani melempari anda dengan buku?” &nb