"Saya mau kamu tidur dengan saya!" ucap lelaki itu dengan sorot mata yang tidak pernah main-main. Riehla terguncang akan kalimat yang keluar dari mulut pria satu itu. "Maaf, Pak. Untuk yang satu ini saya gak bisa! Saya masih punya harga diri. Saya gak mau mengecewakan orang tua saya." Lelaki itu menatap Riehla lebih tajam. "Apa susahnya tidur dengan saya? Bukannya kamu sedang membutuhkan uang untuk biaya pengobatan Ayah kamu?" cover by : canva
View MoreHidup lagi capek-capeknya, paling sempurna jika memiliki Bos yang menyebalkan. Rasanya mau menghilang saja dari dunia yang penuh dengan permasalahan. Seperti itulah yang dirasakan Riehla yang harus bekerja lembur sebagai seorang Editor Perusahan penerbit yang baru pulang jam 5 subuh tadi.
Niatnya ingin tidur selama 2 jam sebelum kembali berangkat ke Kantor, baru akan tidur sekitar jam setengah 6, ada telepon masuk dari Ellio-CEO. Tahu apa yang dikatakan lelaki berwajah tembok dan bersuhu dingin layaknya kulkas dua pintu? Riehla disuruh datang ke Rumah-nya sekarang juga. Ingin rasanya Riehla mencaci-maki Bos-nya yang satu itu namun ia tidak memiliki keberanian sebesar dinosaurus."Bukannya kamu sedang membutuhkan uang untuk biaya pengobatan Ayah kamu?"Ellio berhasil menyadarkan Riehla bahwa ia memang sedang membutuhkan uang untuk biaya pengobatan Adhi-Ayah Riehla yang dua hari lalu mengalami kecelakaan motor. Salah satu kaki-nya mengalami cedera serius sehingga membutuhkan uang yang tidak sedikit. Riehla menjauhkan handphone, menghela nafas. Ellio pasti sudah mencari tahu apa yang sedang terjadi dengannya sehingga percaya diri bahwa Ellio dengan mudah bisa menaklukkan Riehla."Saya mau bayaran dua kali lipat dari biasanya.""Saya akan suruh Randy mengurusnya secepatnya.""Sekitar setengah jam saya baru sampai." Lalu, Ellio memutus telepon itu lebih dahulu.Riehla lempar asal handphone ke atas kasur, seolah ia tidak takut jika handphone ternyata jatuh ke lantai di mana mungkin Riehla harus melakukan perbaikan pada handphone. Dari sekian banyaknya pegawai di Kantor, untuk kedua kalinya Ellio memilih Riehla. Apakah Riehla semudah itu? Sesungguhnya Riehla sedikit membenci dirinya sendiri karena mau dibayar melakukan hal yang tidak ingin ia lakukan. Namun, keadaan membuatnya harus menang dari harga diri.Beberapa saat kemudian...Sebuah motor berhenti tepat di depan sebuah gerbang yang menjulang tinggi. Datang seorang security dengan pakaian hitam. Membukakan gerbang dan Riehla membawa masuk motor scoopy putih-nya itu.Terus mengendarai sampai berhenti di depan sebuah Rumah besar bercatkan putih. Riehla pinggirkan motor, menaruh helm yang sebelumnya ia pakai di kaca spion. Berjalan ke arah pintu, menekan bel. Pintu langsung terbuka menampakkan seorang lelaki dengan setelan jas hitam yang dikenal sebagai tangan kanan Ellio. Ya, lelaki yang tak kalah tampan dari Ellio itu Randy-Asisten Ellio. "Saya akan antar kamu menemui Pak Ellio. Dia sudah menunggu kamu." Riehla ikut dengan lelaki yang sama kakunya dengan Ellio. Terus berjalan hingga di depan sebuah pintu berwarna hitam."Pak Ellio ada di dalam, kamu bisa langsung masuk." Lalu, melangkah pergi dari sana.Riehla ketuk pintu, sebelum membukanya. Melangkah masuk dengan langkah sedikit tertekan. Bagaimana tidak tertekan jika Riehla tahu bahwa ia akan melakukan hal yang tidak ia suka seperti sebelumnya? Ya, walau ia belum tahu detailnya harus melakukan apa. Intinya pikiran Riehla sudah buruk akan Ellio.Menghentikan langkah sedikit jauh dari meja kerja di mana Ellio sedang terduduk di kursi kerja dengan kacamata yang dipakainya. Ellio yang bersandar pada sandaran kursi, melipat kedua tangan di depan dada. "Saya mau kamu tidur dengan saya!" Dengan sorot mata yang tidak pernah main-main.Mata Riehla sedikit membulat. Dirinya terguncang akan kalimat yang keluar dari mulut pria satu itu. Kali ini apa lagi?! Tidak cukupkah sebulan yang lalu menjadi kekasih pura-pura sampai Riehla mendapat hadiah yang bagus sekali yaitu sebuah tamparan yang cukup membuat pipinya merah dari perempuan yang tidak Riehla mengerti siapanya Ellio?"Maaf, Pak. Untuk yang satu ini saya gak bisa! Saya masih punya harga diri. Saya gak mau mengecewakan orang tua saya." Riehla pikir jika Ayah dan Ibu-nya sampai tahu mereka pasti akan kecewa."Apa susahnya tidur dengan saya?"Riehla rasa ceo-nya itu sudah tidak waras. Bisa-bisa ia menyamakan Riehla dengan perempuan-perempuan yang "seperti itu"! Harga diri Riehla terluka. Ia salah sudah menerima tawaran itu. "Mungkin saya terlihat semudah itu. Tapi, saya masih punya harga diri. Saya gak mau melakukan hal yang hanya akan membuat diri saya sendiri dan orang tua saya kecewa."Ellio berjalan ke arah Riehla dengan gaya jalannya yang selalu cool. Menghentikan langkah tepat di hadapan Riehla. "Saya rasa apa yang ada di otak kamu dengan saya, berbeda.""Berbeda gimana? Jelas-jelas Bapak ngajak saya tidur bareng.""Memang saya ngajak kamu tidur bersama.""Sudahlah, Pak. Saya gak mau melanjutkan kesepakatan ini!"Ketika Riehla hendak melangkah pergi dari sana, salah satu tangannya digapai Ellio. "Saya gak akan menyentuh kamu."Rihela menoleh ke arah Ellio beriringan dengan dilepasnya tangan Riehla. "Saya semakin gak ngerti. Sebenarnya Pak Ellio itu menyuruh saya tidur bareng Bapak buat apa kalau gak menyentuh?""Kita cukup tidur di kasur yang sama."Apa? Riehla semakin dibuat bingung. Di saat kebingungannya itu datang Randy. "Dia akan tiba setengah jam lagi," kata Randy sembari menatap Ellio."Gimana? Kamu mau kan?" tanya Ellio pada Riehla."Saya saja masih belum mengerti gimana mau memutuskan.""Saya cuma butuh kamu buat berakting kalau kita ini habis menghabiskan malam yang panjang.""Bapak mau membuat seseorang marah lagi ya kayak di Restaurant waktu itu?""Iya."Setelah memikirkan dalam waktu singkat dan ternyata dirinya masih aman, Riehla pun menerimanya. Namun, apakah kali ini ia akan mendapat hadiah lagi? Atau lebih dari sebuah tamparan? Sesungguhnya Riehla tidak suka jika dirinya terlihat seperti perebut kekasih seseorang. Namun, ia butuh uang Ellio.Riehla yang berada di Kamar tamu, menatap dirinya yang sudah memakai dress yang berbentuk kemben itu di cermin yang menampilkan seluruh tubuh. Walau dirinya masih terjaga, jika Ayah-nya tahu apa yang ia lakukan itu apa tetap akan kecewa? Riela melakukan itu semua demi pengobatan sang Ayah. Merasa kurang nyaman dengan dress modelan seperti itu, Riehla pakai kemeja putihnya. Berjalan keluar dari dalam sana yang ternyata sudah ada Randy yang menunggunya. Randy membawa Riehla ke depan Kamar Ellio. Randy buka pintu Kamar. "Silakan masuk," kata Randy.Riehla melangkah masuk dengan perasaan tak menentu. Di sana tidak ada siapa-siapa dan Randy menutup pintu. Menyadari akan kemunculan seseorang dari arah Kamar Mandi, Riehla menoleh dan mendadak ia langsung mengalihkan pandangan. Ellio hanya mengenakan celana pendek tanpa sehelai benang pun yang menutupi dada bidangnya dan perut roti sobeknya yang terlihat sempurna itu. Ellio mengabaikan reaksi Riehla, merebahkan tubuh di atas ranjang. "Kamu bisa tidur sekarang," ucap Ellio.Tanpa menatap Ellio sama sekali Riehla berjalan ke arah ranjang dengan degup yang sedikit tidak normal. Rasanya lebih menegangkan dari saat di Restaurant itu.Ada yang kebakar tapi bukan dengan api. Sudah 3 hari ini Kenzo tak ada kabar sama sekali. Terlebih Zena melihat postingan Kenzo seperti bersenang-senang dengan orang-orang asing itu. Tak satu pun yang wajahnya Zena kenal.Zena pikir selama kepergian lelaki itu Kenzo akan rajin memberi kabar. Nyatanya..."Kamu bisa membuatnya jatuh cinta kepada-mu meski dia tak cinta." Yura yang duduk di samping Zena di sofa panjang, bernyanyi menggoda Zena."Kayaknya memang gak cinta," ujar Zena sembari menatap handphone di mana layar penuh wajah Kenzo. Zena sedang melihat-lihat foto pada sosial media Kenzo."Cinta, Na. Kalau gak ada rasa gak mungkin kelihatan ngedeketin gitu." Masih dengan menatap Zena.Zena menoleh ke arah Yura. Menatap Yura dengan wajah serius. "Gak bisa, Yura."Yura membalas dengan wajah tak kalah serius. "Kelihatan banget kalau kamu gak mau kehilangan Kenzo. Masih mau menolak keberadaannya?"Diam itulah yang sedang Zena lakukan. Zena masih bingung dengan dirinya sendiri. Di satu
Sejak dari tempat permainan hingga kini berada di salah satu Restaurant yang dilakukan Kenzo hanya diam dengan terus mengawasi anak-anak itu. Sungguh seperti seorang pengasuh.Kenzo yang duduk tepat di hadapan Zena melihat betapa perhatiannya Adit pada Zena. Pemuda yang duduk di samping Kenzo itu benar-benar memperlihatkan ketertarikannya pada gadis cantik dan lembut inceran Kenzo."Habis ini kamu langsung pulang atau mau ikut jenguk Resti?" tanya Dania pada Zena."Ikut.""Aku ikut," ujar Adit.Kenzo yang mendengar itu rasanya ingin ikut juga tetapi nanti terlihat aneh. Adit sih sah-sah saja jika ikut, Adit kan sahabatnya Resti juga."Besok saya melakukan penerbangan ke Singapore dan akan berada di sana selama satu minggu, Na." Sembari menatap Zena.Zena yang jelas mendengar ucapan Kenzo, memilih diam. Kenzo yang melihat itu tentu sedikit sedih karena tidak mendapat respon dari gadis yang ia suka.Beberapa saat kemudian...Zena sudah berada di dalam taxi yang melaju bersama Dania dudu
Zena tahu jika semua orang mendukung Zena memiliki hubungan dengan Kenzo. Berjam-jam bersama Kenzo pun membuat Zena menyadari jika ia mulai menyukai Kenzo. Tetapi seragam putih abu-abu itu seperti pembatas bagi Zena.Di hadapannya sudah terdapat dua box pizza beda topping yang terletak di meja kerja. Ya, mereka berada di Ruang Kerja sang Direktur yang tak lain adalah Kenzo."Dimakan, Na." Yang duduk di kursi kerja-nya.Zena ambil sepotong pizza yang digigit kecil. "Habis ini mau pulang apa masih mau di sini?""Pulang saja, Kak.""Ya sudah, nanti saya antar.""Gak usah. Aku bisa naik ojek online." Lalu, menggigit pizza."Lebih baik saya yang antar.""Gak, Kak!" tegas Zena.Jika sudah seperti itu Kenzo hanya bisa diam yang berarti mengiyakan maunya Zena. Belum apa-apa Kenzo sudah belajar mengalah.Bahkan ketika Zena menyuruh Kenzo ikut makan pria matang itu menurut. Seolah Kenzo tidak ingin memulai perdebatan dengan gadis kecil itu.Sama seperti Ellio yang menganggap Zena gadis kecil wa
Buku yang ingin Zena ambil nyatanya terlalu jauh untuk digapainya hingga gadis itu berjinjit dan buku melayang jatuh ke lantai. Untung tidak mengenai kepala Zena. Saat Zena hendak mengambil buku fisika itu terlihat tangan yang lebih besar dan kekar dari tangannya menyentuh buku juga.Tanpa menyingkirkan tangan dari buku Zena yang posisi jongkok, mengangkat kepala dan manik matanya bertemu dengan manik mata Adit. Mendadak entah mengapa momen itu mengingatkan Zena pada buku yang jatuh di Toko buku.Zena berdiri dari jongkok dengan membiarkan Adit yang mengambil buku itu. Adit berikan buku pada Zena yang mengucapkan terima kasih lalu berlalu dari sana mencari tempat duduk masih di Perpustakaan.Buku sudah dibuka tetapi pikirannya malah berada di tempat lain. Mata memang mengarah ke deretan huruf dan angka, tetapi otaknya penuh dengan wajah Kenzo. Niat ke Perpus untuk fokus belajar tetapi...Adit mengambil posisi duduk di sebelah Zena dengan buku yang sama diletakkan di meja. Menatap Zena
Setelah mengantri membeli tiket Kenzo mengajak Zena membeli popcorn. Memberikan popcorn lumayan banyak itu pada Zena. Berjalan ke arah studio tempat film yang akan mereka tonton.Mereka langsung masuk lantaran orang-orang yang menonton di jam sebelumnya telah meninggalkan ruangan. Kenzo yang memegang potongan tiket memimpin jalan mencari tempat duduk mereka.Duduk di bagian bangku yang ada 4 buah. Zena kebetulan berada di dekat dinding. Menaruh cup popcorn di tempat yang tersedia untuk menaruh popcorn atau botol.Sebelum film diputar, handphone yang berada di tas selempang kecil bergetar. Zena segera mengambilnya dan terdapat panggilan video dari Eden."Bisa-bisanya Kak Zena pergi tanpa aku!" keluh Eden. Bibir anak kecil itu pun nampak maju."Lain kali.""Kapan?""Sudah ya, Den. Filmnya mau mulai."Sebelum Eden membuka mulut dengan cepat Zena mengakhiri panggilan video itu. Memasukkan kembali handphone ke dalam tas tak lupa memasang mode diam."Minggu besok kita bisa nonton film lagi
"Kamu suka Zena?" tanya Ellio tiba-tiba dan itu berhasil membuat Zena sedikit tersedak makanan hingga batuk-batuk."Papa apa-apaan sih!" ucap Zena tegas setelah meminum seteguk air bening."Saya gak suka kalau ada yang mau main-main sama putri saya!" Dengan nada tegas dan wajah serius.Zena semakin dibuat tak percaya oleh pria paruh baya itu. Menoleh ke arah Kenzo dengan raut wajah tidak enak. Bagaimana bisa Ellio menanyakan hal seperti itu pada lelaki yang baru 3 kali Zena temui. Itu pun hanya pertemuan singkat."Kalau suka sama Kak Zena gerak cepat deh soalnya yang suka sama Kak Zena bukan cuma Kakak," ujar Eden yang akhirnya ikut bicara. Lalu, memasukkan sesendok makanan ke dalam mulut."Kalian kenapa sih?!" ucap Zena dengan wajah mulai frustasi dengan kelakuan Papa dan Adik-nya itu."Zena cantik dan kelihatan baik. Siapa yang gak suka sama dia," ucap Kenzo setelah lama terdiam."Kak Kenzo gak perlu merespon perkataan gak jelas Papa sama Eden." Sembari menatap Kenzo."Apa yang saya
"Zena?"Sontak Zura menoleh ke sumber suara di mana seorang lelaki yang ia kenal berjalan ke arahnya. Lelaki yang hari itu terus menatapnya seolah tertarik dengan Zen."Kak Kenzo," ucap Zena sembari duduk.Kenzo mendudukkan diri di samping Zena. "Sendiri?""Lagi nunggu teman.""Saya kira sendiri. Hampir saja saya mengajak kamu makan sama saya."Zena yang mendengar itu dibuat sedikit tak percaya. Kenzo sedang menggodanya atau apa?"Kalau aku sendiri Kak Kenzo mau ajak aku makan?""Iya. Kenapa? Kamu gak mau?""Mau kok asalkan Kak Kenzo yang bayar makanannya.""Tentu saja."Asal ada suara yang terdengar memanggil Zena, bukan hanya Zena yang menoleh Kenzo juga ikut menoleh. Nampak Rasti dan Adit."Loh, kok kamu ikut? Bukannya ada latihan?" tanya Zena yang sudah berdiri. Sembari menatap Adit."Latihannya diganti sore.""Ini siapa, Zen?" tanya Rasti sembari menatap Kenzo yang juga sudah berdiri."Seseorang yang aku kenal.""Maksudnya?" Rasti nampak bingung."Sebaiknya kita segera pergi nant
12 tahun kemudian...Nampak seorang gadis berseragam putih abu-abu yang terduduk di salah satu kursi makan. Menatap nasi goreng dengan telor mata sapi di hadapannya tanpa menyentuhnya sedikit pun. Gadis itu terlihat sudah tergiur oleh nasi goreng di hadapannya. Seperti ingin segera mencicipi, tetapi..."Mari kita makan," kata pria berusia 40'an yang sudah ada beberapa rambut putih yang tumbuh.Dengan cepat gadis itu membaca doa dan menyantap nasi goreng yang terlihat dari wajah gadis itu bahwa ia menyukai nasi goreng tersebut."Gak menghormati yang masak! Masa aku ditinggal makan," protes pemuda berseragam putih-merah. Duduk di samping gadis yang tak lain adalah Kakak-nya."Papa kan belum makan, Eden."Eden tersenyum pada Papa-nya yang bernama Ellio itu. "Selamat makan, Pa.""Selamat makan juga, sayang.""Selamat makan," timpal Zena sembari sedikit mengunyah."Makan tuh gak boleh ngomong." Sembari menatap Zena yang asik dengan nasi goreng-nya. Pemuda berusia 12 tahun itu pun hanya m
"Tiba-tiba mengalami henti jantung dan sekarang sedang Dokter sedang melakukan yang terbaik." Lalu, melangkah pergi dari sana dengan langkah cepat.Ellio termenung. Kakinya mulai terasa lemas dengan perasaan takut kian nyata. Bukan saat-saat manis yang mereka lewati bersama yang mulai bermunculan memenuhi kepala Ellio, melainkan momen ketika Ellio mengabaikan Riehla karena rasa tidak percayanya.Bagaimana jika semua ini terjadi karenanya? Ellio rasa ia telah benar-benar gagal menjadi suami. Bukannya seratus persen membahagiakan Riehla justru Ellio menyakitinya.Digenggamnya kedua tangan untuk menghilangkan rasa gugup yang sedikit pun tidak hilang. Melihat Dokter laki-laki keluar dari dalam sana, rasa dingin yang sedang ia rasakan karena cemas pun semakin menjadi.Tatapan Dokter itu Ellio tidak ingin melihatnya. Ellio tidak ingin Dokter itu mengatakan hal yang tidak bisa Ellio terima."Kami sudah melakukan yang terbaik tapi Tuhan berkata lain. Saudari Riehla telah tiada."DegKalimat sa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments