Home / Romansa / Embrace Fate / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Embrace Fate: Chapter 151 - Chapter 160

176 Chapters

149. Following Me?

 Esme sudah mengenakan gaun resminya untuk menghadiri makan malam bersama rekan-rekan Darren. Gaun yang dipilihnya berbahan chiffon lembut berwarna biru gelap, dengan kerah bermodel Sabrina dan rok berbentuk A yang jatuh tepat di lututnya.Darren terpukau melihat betapa elegannya Esme dengan gaun seperti itu.“Kenapa?” tanya Esme melihat Darren menatapnya berdetik-detik lamanya.“Cantik,” jawab Darren terpukau.“Memangnya baru kali ini saja?”“Ah, tidak. Setiap saat kau cantik. Hanya saja kali ini berbeda. Cantik dan elegan.”“Ah, gombal. Lihat tuh daddy mu, Daisy. Dia sekarang pintar merayu. Ayo, Daisy, kita pergi temani Daddymu, ya.”Esme mengangkat baby Daisy dari crib nya, tetapi Darren merebutnya. Dan pria itu membisikkan pada baby Daisy, “Kau anak daddy yang lucu. Kau juga sangat cantik malam ini. Daddy sangat beruntung memiliki kalian berdua di hidup
last updateLast Updated : 2021-08-20
Read more

150. Looking For Him?

 Cahterine sengaja berjalan sepelan Martinez dan menjaga jarak satu meter di belakang pria itu.Suara ketawa dan celotehan khas bayi ala baby Rod lah yang membuat Martinez akhirnya berhenti dan membalik tubuhnya secara mendadak.CAhterine yang tak awas dengan perhentian dadakan itu jadi menabrak dada Martinez.Tercium aroma after shave pria itu membuat wajah Catherine memerah seketika. Untunglah hari sudah malam sehingga tidak akan kentara jelas jika wajahnya merona malu. Itu yang Catherine pikirkan.Sedetik kemudian, dia menjadi semakin malu saat suara dingin Martinez menyapanya lagi, “Kenapa malah kau yang mengikutiku sekarang? Dan kenapa pula wajahmu merona hanya karena menabrak dadaku, huh?”“Aku tidak merona!” kilah Catherine dengan melotot pada Martinez.“Ya, kau merona. Aku bisa melihatnya!”“Omong kosong! Gelap begini mana kau bisa lihat jika ada rona di wajahku!”
last updateLast Updated : 2021-08-20
Read more

151. Tak Sanggup Walau Sehari Saja

  “Sayang sekali, Dear. Martinez sudah pindah tadi siang.” Martinez sudah pindah. Martinez sudah pindah. Kalimat wanita tua itu bergema di kepalanya hingga Catherine terlambat menanyakan, “Apa?” WAnita tua tadi sudah berbalik dan melanjutkan jalannya. Catherine mengejarnya tepat saat dia hendak memasuki unitnya sendiri. “Maaf. Martinez sudah pindah? Ke mana?” Wanita tua itu menggeleng. Kedua matanya menatap sendu pada Catherine. “Dia tidak memberitahukan tepatnya. Tetapi dia ada bilang dia pindah ke pinggiran kota. Dia berkata tentang ‘dekat dengan kakaknya’, seperti itu saja.” Catherine kembali berpikir begitu keras hingga saat wanita tua itu berpamitan, dia tidak menyadarinya. Saat dia kembali pada realita, Catherine mendapati wanita tua itu sudah tidak ada di hadapannya. Dengan langkah gontai, Catherine kembali ke rumahnya. Pertanyaan yang bergentayangan di benaknya kini b
last updateLast Updated : 2021-08-21
Read more

152. Konyol!

  Seperti yang telah dia perkirakan, hari-harinya selama ditemani Claire hampir terasa bagai di neraka. Claire, bukannya membantunya, malahan bersikap bossy. Dia meminta makanan ini dan itu. Jika Esme tidak bisa membuatkannya, gadis itu akan duduk di depan TV sambil merengut marah. Apa pun yang terjadi, Claire tidak akan beranjak dari sana. Dia bahkan tidak akan makan dan minum apa pun saat marah. Esme jadi merasa seperti mempunyai dua bayi. Jika dia bisa mengabaikan Claire, dia akan merasa sama saja tinggal sendirian seperti dulu. Tetapi, dia tidak bisa mengabaikan gadis itu, yang saat sedang merajuk, dia akan menelepon temannya dan berbicara di telepon dengan suara keras, untuk waktu yang lama. Esme sungguh tidak tahan. Sudah tiga hari, dan Claire bahkan belum membantunya sekali pun mengurusi baby Daisy. Dia bahkan belum pernah mengajak keponakan bayinya itu bermain sekalipun. Selama tiga hari itu pula, Darren hanya pulang saat
last updateLast Updated : 2021-08-21
Read more

153. Just Call Him!

 “Kau banyak pikiran apa? Paling-paling mikirin Martinez, kan?”Catherine hampir melotot mendengar cibiran Esme yang teramat tepat. Mengapa rasanya semua orang senang mengoloknya dengan Martinez? Kemarin-kemarin ibunya. Kini Esme. Apa sebegitu kentaranya jika dia memperhatikan Martinez?“Huh? Tebakanku benar ternyata!” cibir Esme lagi.Merasa sudah kepalang basah, Catherine pun tak malu-malu lagi. Dia menatap ponsel di tangan Esme dan bertanya, “Apa kau punya nomor ponselnya? Aku ingin melabraknya!”“Kenapa kau mau melabraknya? Dia menyeleweng?” tanya Esme yang kini dipenuhi rasa penasaran.“Hah!” Kini Catherine yang meniru gaya dengusan Esme. “Dia pindah dari apartemen di depan, ke pinggiran kota. Entah di mana. Kata wanita tua yang adalah tetangganya di apartemen lama, dia pindah dekat rumah kakaknya. Tetapi wanita itu juga tidak tau di mana tepatnya. Hah! Menyebalkan!
last updateLast Updated : 2021-08-21
Read more

154. Hei, Pirang!

 “Kau! Aku tidak akan pernah memercayaimu lagi!!!” Catherine begitu marah pada Esme sehingga dia mendelik sangat tajam pada wanita itu. Bahkan lubang hidungnya pun kembang kempis ingin menghempas Esme.Sementara sepupunya itu malah tertawa terbahak-bahak. Tawanya baru berhenti saat baby Daisy menangis karena terganggu kegaduhan mereka.“Oh, sayang. Tidurmu terganggu, ya? Aunty mu itu sih ngejar-ngejar mommy. Ayo, sudah bobok lagi. Atau, mau main sama aunty mu itu?”Catherine yang melihat wajah lucu baby Daisy saat menangis langsung melupakan niatnya untuk mengejar Esme. Diraihnya baby Daisy dari gendongan Esme kemudian dia menciumi perut baby Daisy hingga bayi montok itu terkikik-kikik.“Tidak usah dengarkan mommy-mu lagi, ya. Mommy-mu itu perempuan paling menyebalkan di dunia ini. Saat kau besar nanti, jangan seperti mommy-mu, ya. Seperti aunty saja.”Mendengar itu, Esme mengernyit ngeri. “Jan
last updateLast Updated : 2021-08-23
Read more

155. Ditakdirkan Bersama!

 “Catherine?” Suara pria yang mengambil duduk di sebelah kiri Catherine terdengar kaget.Kekagetan itu menular di Catherine. Sekalipun wanita itu tidak menoleh, dia masih mengenali suara itu.Kepalanya berputar lambat sambil menyerap kemarahan di dadanya, ke arah sumber suara dan menemukan tatapan yang dulu dipujanya, tetapi sekarang sudah dilupakannya.Catherine menetralkan wajahnya saat menyapa dengan malas, “Kau lagi.”“Kau mengenalnya?” tanya Brad dengan raut super penasaran.Ditanya seperti itu, Cahterine sengaja ingin membuat pria itu sakit hati. Dia pun menjawab, “Tidak! Aku tidak mengenal pria pengecut seperti itu!”“Hei, Cath, please, jangan begitu,” sahut Kyle dengan wajah memelas. Dia sudah jauh berubah. Tampilan bajunya tidak semewah dulu. Malam ini dia hanya mengenakan kaos oblong dengan celana jeans selutut. Dia tampil sangat casual. Akan tetapi, aura tamp
last updateLast Updated : 2021-08-23
Read more

156. Pulang!

“Kau sendiri ngapain ada di tempat seperti ini? Bukannya kau bilang kau sudah pindah ke pinggiran kota? Kenapa bisa hang out sampai ke sini, huh?”Mendengar sindiran Catherine, Martinez semakin marah. Mereka jadi bertatap-tatapan dalam kemarahan masing-masing.Setelah beberapa detik berlalu, Catherine terkejut karena Martinez menarik kuat tangannya dan membawanya keluar dari club malam itu.Sesampainya di luar, Catherine menarik tangannya dari Martinez. “Kau apa-apan?”“Kuantar pulang.”“Aku belum mau pulang!”“Ini sudah malam. Kasihan Rodney di rumah!”“Lepaskan!” Catherine menepis lagi, kali ini benaran terlepas dari genggaman tangan Martinez. “Aku wanita dewasa. Tidak perlu ada yang mengatur jadwal hariku. Lagi pula, aku bisa ke sini sudah tentu Rodney sudah tidur. Jadi, tidak perlu berlebihan mengkhawatirkannya!”Karena kesal, Martinez tidak
last updateLast Updated : 2021-08-23
Read more

157. Dare Kissing?

 Catherine berjalan keluar dari club malam itu. Beberapa meter di depannya, terlihat punggung Martinez yang berjalan dengan susah payah. Perasaan bersalah melilit Cahterine karena dia telah sengaja membuat Martinez melihatnya mesra bersama pria lain, bahkan pria itu baru dikenalnya beberapa menit yang lalu.Wanita itu membayangkan dirinya jika melihat pria yang disukainya bertingkah seperti itu, rasanya begitu menjijikkan. Dia ingin muntah. Seketika pikirannya melilit. Apakah Martinez memutuskan pulang karena merasa begitu jijik padanya?Dirinya yang berada dalam kondisi polos saat diselamatkan Martinez ketika di Hawaii saja sudah cukup menjijikkan baginya. Ditambah lagi, dia akhirnya memiliki anak di luar nikah. Seharusnya, sudah dari sebelumnya Martinez jijik padanya. Tapi, apakah mungkin sekarang pria itu benar-benar tidak bisa menolerir lagi kadar kejijikan yang terpancar dari tubuhnya?Entah kenapa, pikiran itu membuat Catherine merasa tidak te
last updateLast Updated : 2021-08-25
Read more

158.

 Catherine terbangung esok paginya dengan hati yang … entahlah. Seharusnya dia senang karena Martinez menciumnya lagi. Tetapi nyatanya, pria itu mengakhirinya seolah ciuman mereka adalah kesalahan besar.Seperti biasanya, selesai sarapan dan bermain sebentar dengan baby Rod, Catherine membuka tokonya. Namun, sepanjang hari menjaga toko, benaknya diisi banyak pertanyaan yang serupa. Akankah Martinez muncul hari ini? Kalaupun muncul, apakah untuk menemuinya?Dengan segala pertanyaan itu, hampir setiap menit Catherine akan melirik ke arah pintu. Namun hingga sore menjelang dan toko harus ditutup pun tak kelihatan batang hidungnya Martinez.Catherine terpaksa menelan rasa kecewanya lagi.Ingin rasanya dia menghampiri apartemen Martinez dan menyemburkan semua kemarahannya pada pria itu. Tetapi, harga dirinya melarangnya. Hati kecilnya selalu mendengungkan keyakinan padanya, bahwa Martinez akan datang padanya tanpa dipaksa, jika pria itu mem
last updateLast Updated : 2021-08-25
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status