Catherine terbangung esok paginya dengan hati yang … entahlah. Seharusnya dia senang karena Martinez menciumnya lagi. Tetapi nyatanya, pria itu mengakhirinya seolah ciuman mereka adalah kesalahan besar.
Seperti biasanya, selesai sarapan dan bermain sebentar dengan baby Rod, Catherine membuka tokonya. Namun, sepanjang hari menjaga toko, benaknya diisi banyak pertanyaan yang serupa. Akankah Martinez muncul hari ini? Kalaupun muncul, apakah untuk menemuinya?
Dengan segala pertanyaan itu, hampir setiap menit Catherine akan melirik ke arah pintu. Namun hingga sore menjelang dan toko harus ditutup pun tak kelihatan batang hidungnya Martinez.
Catherine terpaksa menelan rasa kecewanya lagi.
Ingin rasanya dia menghampiri apartemen Martinez dan menyemburkan semua kemarahannya pada pria itu. Tetapi, harga dirinya melarangnya. Hati kecilnya selalu mendengungkan keyakinan padanya, bahwa Martinez akan datang padanya tanpa dipaksa, jika pria itu mem
Sore itu bulan sudah muncul dan terlihat begitu bulat. Catherine sampai menunjuk-nunjuk ke arah bulan pada baby Rod. Bahkan dia juga mengambil baby Rod dari stroller dorongnya danmenggendong baby Rod. Setelahnya, Catherine berjalan santai dari kediamannya menuju apartemen Martinez yang hanya berjarak dua blok dari tempatnya. Gedung apartemen itu tidak terlalu tinggi. Tidak sampai lebih dari sepuluh lantai mengisi gedung itu. Catherine memasuki gedung dan menuju lift. Baby Rod sudah dia letakkan lagi di dalam stroller bayi nya. Bayi lelakinya itu terlihat senang meski sudah mulai mengantuk. Dengan menghisap punggung tangannya, perlahan kedua mata mungil di atas pipi tembam itu menutup. Catherine mulai merasakan jantungnya berdegup kencang. Bayangan dia akan bertemu Martinez membuatnya begitu gugup hingga dia merasa ingin memuntahkan isi perutnya. Lift membuka di lantai tempat hunian Martinez. Catherine melangkah menuju pintu Martinez.
“Sudah kubilang, aku bukan nonamu lagi! Lagi pula, aku memintamu menemaniku sebagai temanku, bukan pengawalku!”Martinez menoleh pada Catherine. Dibiarkannya air di panci yang sudah mulai mendidih. Kompor pun tidak dia matikan.“Kalau kau memintaku menemanimu, nanti kau akan malu.”“Malu? Malu karena apa?” tanya Cahterine yang mulai kesal percakapan mereka berputar-putar di tempat.Martinez membuang mukanya. Dia kembali menatap pancinya. Dengan lagak cuek, dia memasukkan spageti instan ke dalam air mendidih. Dia memasak, sambil menjawab Catherine sambil lalu. “Aku pincang.”Bukannya simpati, bukannya kasihan, mendengar alasan Martinez serta kecuekan pria itu saat mengucapkannya, Catherine malah semakin marah.Dia berkacak pinggang. “Aku bukan anak ABG lagi!” Bagi Catherine, dia sudah terlanjur menunjukkan ketertarikannya. Sekalian saja dia usahakan semaksimal mun
Esme dan Darren tiba di California satu hari sebelum hari wisuda Allan dilaksanakan. Mereka memilih hotel bintang lima agar terasa nyaman. Begitu juga dengan orang tua Darren yang memilih hotel yang sama dengan mereka.Di hari wisuda, Esme dan Darren, beserta baby Daisy tiba dengan memakai gaun dan jas berwarna senada. Mereka duduk di tempat yang telah disediakan.Dua menit setelah itu, muncullah orang tua Darren, juga Claire yang menggandeng seorang pria seusianya. Pria itu berambut pirang, bertubuh tinggi dan atletis, serta berwajah tampan seperti para anggota boyband.Tanpa sengaja pria yang dibawa Claire duduk tepat di sebelah Esme. Tidak ada yang mempermasalahkan itu, bahkan tidak ada yang menyadarinya sama sekali, tentu saja kecuali Claire.Wanita itu merengut sebentar. Tetapi dia juga tidak bisa meminta pertukaran tempat duduk. Dia akan ditertawakan oleh Zach, kekasihnya, jika dia bertingkah cemburu buta.Di awal acara wisuda,
Esme memutuskan untuk mandi sore sebelum makan malam bersama nantinya. Sembari menunggu, Darren mengajak baby Daisy keluar, jalan-jalan di sekitar kolam renang.Di sana, dia melihat Claire. Adiknya itu baru selesai spa. Zach juga di sana, tapi sesaat kemudian mereka berpisah. Zach kembali ke kamar, sementara Claire menghampiri Darren.“Halo, baby Daisy, ayo, sini dengan aunty,” sahut Claire menyapa baby Daisy dan mengulurkan tangannya hendak menggendogn bayi itu.Wajah baby Daisy yang datar saja melihat Claire membuat gadis itu bingung harus berbuat apa. Dia teringat ucapan Zach bahwa tidak butuh talenta khusus untuk bermain bersama bayi, tetapi saat dengannya, kenapa keponakannya itu tidak merasa tertarik? Apa dia tidak mempunyai aura keibuan sama sekali?“Aku dengar kau tidak pernah bermain dengannya sama sekali sewaktu tinggal di apartemenku,” ujar Darren yang sukses membuat wajah Claire merona malu. Tepat di saat yang sama, All
Jam makan malam tiba. Semua sudah hadir di meja makan, kecuali Claire. Zach terpaksa menuju kamar wanita itu dan memanggilnya.Claire keluar dengan acuh tak acuh. Jelas terlihat bahwa dia masih kesal dengan kekasihnya itu. Claire selalu kesal setiap kali mereka berbeda pendapat. Inginnya Claire, Zach menjadi pria yang begitu buta mencintainya sehingga apapun akan dia lakukan untuk Claire, bahkan pendapat pun akan dia samakan demi Claire.“Keluargamu semua sudah menunggu,” kata Zach datar. Berusaha tidak menunjukkan lagi kekesalannya. Pria itu ingin semua perdebatan mereka tidak perlu diperpanjang. Apalagi ini moment keluarga.“Hmm,” jawab Claire sambil menutup pintu dan berjalan terlebih dahulu melewati Zach. Zach juga tidak merasa perlu mengejar untuk menyejajarkan langkah mereka.Hingga saat memasuki restoran, mereka berjalan satu di depan yang lain.Saat mendekati meja makan, Claire terus memandangi Esme. Di
Claire menatap Darren dalam-dalam. Dan saat dia yakin semua yang Darren ucapkan adalah benar, Claire menghentak kakinya marah. Dan dia meninggalkan Darren.Dadanya terasa sesak dan tidak bisa menerima apa yang disampaikan kakaknya itu. Air mata hampir membanjiri pipinya. Dan saat masuk ke dalam lift, dia malah berpapasan dengan Esme yang baru keluar dari lift. Claire mendelik tajam lagi pada Esme. Setelahnya, dengan cepat dia menekan tombol lift menuju ke lantai tempat kamarnya berada.Rasanya dia hanya ingin mengurung diri di dalam kamar. Dia tidak ingin diganggu. Sekalipun itu oleh Zach.***Darren sedang mengusap-usap kepalanya yang memiliki rambut cepak saat Esme memasuki lobi dan menghampirinya.“Ada apa dengan Claire? Dia terlihat sangat marah.”“Tidak apa-apa. Dia memang begitu,” jawab Darren seraya menuntun Esme untuk keluar dari lobi. Bersama-sama, mereka menuju kamar.Mes
Siang itu, ponsel baru Catherine akhirnya berbunyi. Catherine yang sedang melayani barang belanjaan customer sampai terkaget-kaget. Selain nada dering yang tidak biasa dia dengar, dia mengira Martinez akhirnya meneleponnya.Catherine bergegas menyelesaikan perhitungan dan mengambil ponsel di sakunya. Raut kecewa seketika tampak di wajahnya saat nama yang muncul di layar adalah nama Janet. Ya, temannya itu sempat meminta nomor barunya saat datang belanja kemarin.Dengan lesu, Catherine menggeser tombol hijau nya.“Ada apa?” tanyanya.“Hei, Cath. Sore ini temani aku mau?” tanya Janet dengan penuh antusiasme.“Temani apa?”“Ehm … ke kafe.”“Oh, oke kalau begitu.”Catherine menyudahi telepon setelah mereka janjian pukul 5.30 sore. Setelahnya, dia kembali melayani customer.Di ujung telepon, Janet bersorak girang karena Catherine
Garry pun memberitahu apartemen tempatnya tinggal. Cahterine terkejut karena nama apartemen yang disebut Garry adalah apartemen tempat Martinez tinggal. Mendadak, selintas ide gila lewat di otak Catherine. Dan idenya ini telah menghilangkan rasa malu Cahterine sebagai wanita. Dia berkata, “Boleh aku mampir ke apartemenmu? Ehm, maksudku, sekarang?” Pertanyaan Cahterine sukses membuat Garry tercengang. Tidak ada wanita yang lebih seterus terang dan segesit dia. Garry juga tidak menyangka jika Catherine bisa mengatakan ini semua mengingat saat makan di kafe tadi, Catherine tidak terlihat ramah. Dia begitu cuek, dingin, dan jutek. Wanita itu seperti tidak memiliki pikirannya di tubuhnya. Tetapi sekarang, tiba-tiba wanita ini memintanya untuk mengajaknya ke apartemen? Mungkin sebentar lagi akan hujan uang. Namun begitu, Garry laki-laki normal. Tidak mungkin dia melewatkan kesempatan emas seperti ini. Apalagi Catherine adalah wanita pirang seksi. Sungguh me