Beranda / Romansa / Embrace Fate / 153. Just Call Him!

Share

153. Just Call Him!

Penulis: Chani yoh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kau banyak pikiran apa? Paling-paling mikirin Martinez, kan?”

Catherine hampir melotot mendengar cibiran Esme yang teramat tepat. Mengapa rasanya semua orang senang mengoloknya dengan Martinez? Kemarin-kemarin ibunya. Kini Esme. Apa sebegitu kentaranya jika dia memperhatikan Martinez?

“Huh? Tebakanku benar ternyata!” cibir Esme lagi.

Merasa sudah kepalang basah, Catherine pun tak malu-malu lagi. Dia menatap ponsel di tangan Esme dan bertanya, “Apa kau punya nomor ponselnya? Aku ingin melabraknya!”

“Kenapa kau mau melabraknya? Dia menyeleweng?” tanya Esme yang kini dipenuhi rasa penasaran.

“Hah!” Kini Catherine yang meniru gaya dengusan Esme. “Dia pindah dari apartemen di depan, ke pinggiran kota. Entah di mana. Kata wanita tua yang adalah tetangganya di apartemen lama, dia pindah dekat rumah kakaknya. Tetapi wanita itu juga tidak tau di mana tepatnya. Hah! Menyebalkan!

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Embrace Fate   154. Hei, Pirang!

    “Kau! Aku tidak akan pernah memercayaimu lagi!!!” Catherine begitu marah pada Esme sehingga dia mendelik sangat tajam pada wanita itu. Bahkan lubang hidungnya pun kembang kempis ingin menghempas Esme.Sementara sepupunya itu malah tertawa terbahak-bahak. Tawanya baru berhenti saat baby Daisy menangis karena terganggu kegaduhan mereka.“Oh, sayang. Tidurmu terganggu, ya? Aunty mu itu sih ngejar-ngejar mommy. Ayo, sudah bobok lagi. Atau, mau main sama aunty mu itu?”Catherine yang melihat wajah lucu baby Daisy saat menangis langsung melupakan niatnya untuk mengejar Esme. Diraihnya baby Daisy dari gendongan Esme kemudian dia menciumi perut baby Daisy hingga bayi montok itu terkikik-kikik.“Tidak usah dengarkan mommy-mu lagi, ya. Mommy-mu itu perempuan paling menyebalkan di dunia ini. Saat kau besar nanti, jangan seperti mommy-mu, ya. Seperti aunty saja.”Mendengar itu, Esme mengernyit ngeri. “Jan

  • Embrace Fate   155. Ditakdirkan Bersama!

    “Catherine?” Suara pria yang mengambil duduk di sebelah kiri Catherine terdengar kaget.Kekagetan itu menular di Catherine. Sekalipun wanita itu tidak menoleh, dia masih mengenali suara itu.Kepalanya berputar lambat sambil menyerap kemarahan di dadanya, ke arah sumber suara dan menemukan tatapan yang dulu dipujanya, tetapi sekarang sudah dilupakannya.Catherine menetralkan wajahnya saat menyapa dengan malas, “Kau lagi.”“Kau mengenalnya?” tanya Brad dengan raut super penasaran.Ditanya seperti itu, Cahterine sengaja ingin membuat pria itu sakit hati. Dia pun menjawab, “Tidak! Aku tidak mengenal pria pengecut seperti itu!”“Hei, Cath, please, jangan begitu,” sahut Kyle dengan wajah memelas. Dia sudah jauh berubah. Tampilan bajunya tidak semewah dulu. Malam ini dia hanya mengenakan kaos oblong dengan celana jeans selutut. Dia tampil sangat casual. Akan tetapi, aura tamp

  • Embrace Fate   156. Pulang!

    “Kau sendiri ngapain ada di tempat seperti ini? Bukannya kau bilang kau sudah pindah ke pinggiran kota? Kenapa bisa hang out sampai ke sini, huh?”Mendengar sindiran Catherine, Martinez semakin marah. Mereka jadi bertatap-tatapan dalam kemarahan masing-masing.Setelah beberapa detik berlalu, Catherine terkejut karena Martinez menarik kuat tangannya dan membawanya keluar dari club malam itu.Sesampainya di luar, Catherine menarik tangannya dari Martinez. “Kau apa-apan?”“Kuantar pulang.”“Aku belum mau pulang!”“Ini sudah malam. Kasihan Rodney di rumah!”“Lepaskan!” Catherine menepis lagi, kali ini benaran terlepas dari genggaman tangan Martinez. “Aku wanita dewasa. Tidak perlu ada yang mengatur jadwal hariku. Lagi pula, aku bisa ke sini sudah tentu Rodney sudah tidur. Jadi, tidak perlu berlebihan mengkhawatirkannya!”Karena kesal, Martinez tidak

  • Embrace Fate   157. Dare Kissing?

    Catherine berjalan keluar dari club malam itu. Beberapa meter di depannya, terlihat punggung Martinez yang berjalan dengan susah payah. Perasaan bersalah melilit Cahterine karena dia telah sengaja membuat Martinez melihatnya mesra bersama pria lain, bahkan pria itu baru dikenalnya beberapa menit yang lalu.Wanita itu membayangkan dirinya jika melihat pria yang disukainya bertingkah seperti itu, rasanya begitu menjijikkan. Dia ingin muntah. Seketika pikirannya melilit. Apakah Martinez memutuskan pulang karena merasa begitu jijik padanya?Dirinya yang berada dalam kondisi polos saat diselamatkan Martinez ketika di Hawaii saja sudah cukup menjijikkan baginya. Ditambah lagi, dia akhirnya memiliki anak di luar nikah. Seharusnya, sudah dari sebelumnya Martinez jijik padanya. Tapi, apakah mungkin sekarang pria itu benar-benar tidak bisa menolerir lagi kadar kejijikan yang terpancar dari tubuhnya?Entah kenapa, pikiran itu membuat Catherine merasa tidak te

  • Embrace Fate   158.

    Catherine terbangung esok paginya dengan hati yang … entahlah. Seharusnya dia senang karena Martinez menciumnya lagi. Tetapi nyatanya, pria itu mengakhirinya seolah ciuman mereka adalah kesalahan besar.Seperti biasanya, selesai sarapan dan bermain sebentar dengan baby Rod, Catherine membuka tokonya. Namun, sepanjang hari menjaga toko, benaknya diisi banyak pertanyaan yang serupa. Akankah Martinez muncul hari ini? Kalaupun muncul, apakah untuk menemuinya?Dengan segala pertanyaan itu, hampir setiap menit Catherine akan melirik ke arah pintu. Namun hingga sore menjelang dan toko harus ditutup pun tak kelihatan batang hidungnya Martinez.Catherine terpaksa menelan rasa kecewanya lagi.Ingin rasanya dia menghampiri apartemen Martinez dan menyemburkan semua kemarahannya pada pria itu. Tetapi, harga dirinya melarangnya. Hati kecilnya selalu mendengungkan keyakinan padanya, bahwa Martinez akan datang padanya tanpa dipaksa, jika pria itu mem

  • Embrace Fate   159. Temani Aku

    Sore itu bulan sudah muncul dan terlihat begitu bulat. Catherine sampai menunjuk-nunjuk ke arah bulan pada baby Rod. Bahkan dia juga mengambil baby Rod dari stroller dorongnya danmenggendong baby Rod. Setelahnya, Catherine berjalan santai dari kediamannya menuju apartemen Martinez yang hanya berjarak dua blok dari tempatnya. Gedung apartemen itu tidak terlalu tinggi. Tidak sampai lebih dari sepuluh lantai mengisi gedung itu. Catherine memasuki gedung dan menuju lift. Baby Rod sudah dia letakkan lagi di dalam stroller bayi nya. Bayi lelakinya itu terlihat senang meski sudah mulai mengantuk. Dengan menghisap punggung tangannya, perlahan kedua mata mungil di atas pipi tembam itu menutup. Catherine mulai merasakan jantungnya berdegup kencang. Bayangan dia akan bertemu Martinez membuatnya begitu gugup hingga dia merasa ingin memuntahkan isi perutnya. Lift membuka di lantai tempat hunian Martinez. Catherine melangkah menuju pintu Martinez.

  • Embrace Fate   161. Call Me!

    “Sudah kubilang, aku bukan nonamu lagi! Lagi pula, aku memintamu menemaniku sebagai temanku, bukan pengawalku!”Martinez menoleh pada Catherine. Dibiarkannya air di panci yang sudah mulai mendidih. Kompor pun tidak dia matikan.“Kalau kau memintaku menemanimu, nanti kau akan malu.”“Malu? Malu karena apa?” tanya Cahterine yang mulai kesal percakapan mereka berputar-putar di tempat.Martinez membuang mukanya. Dia kembali menatap pancinya. Dengan lagak cuek, dia memasukkan spageti instan ke dalam air mendidih. Dia memasak, sambil menjawab Catherine sambil lalu. “Aku pincang.”Bukannya simpati, bukannya kasihan, mendengar alasan Martinez serta kecuekan pria itu saat mengucapkannya, Catherine malah semakin marah.Dia berkacak pinggang. “Aku bukan anak ABG lagi!” Bagi Catherine, dia sudah terlanjur menunjukkan ketertarikannya. Sekalian saja dia usahakan semaksimal mun

  • Embrace Fate   161. Perbedaan

    Esme dan Darren tiba di California satu hari sebelum hari wisuda Allan dilaksanakan. Mereka memilih hotel bintang lima agar terasa nyaman. Begitu juga dengan orang tua Darren yang memilih hotel yang sama dengan mereka.Di hari wisuda, Esme dan Darren, beserta baby Daisy tiba dengan memakai gaun dan jas berwarna senada. Mereka duduk di tempat yang telah disediakan.Dua menit setelah itu, muncullah orang tua Darren, juga Claire yang menggandeng seorang pria seusianya. Pria itu berambut pirang, bertubuh tinggi dan atletis, serta berwajah tampan seperti para anggota boyband.Tanpa sengaja pria yang dibawa Claire duduk tepat di sebelah Esme. Tidak ada yang mempermasalahkan itu, bahkan tidak ada yang menyadarinya sama sekali, tentu saja kecuali Claire.Wanita itu merengut sebentar. Tetapi dia juga tidak bisa meminta pertukaran tempat duduk. Dia akan ditertawakan oleh Zach, kekasihnya, jika dia bertingkah cemburu buta.Di awal acara wisuda,

Bab terbaru

  • Embrace Fate   Extra Endings

    Tiga hari di Claymont terasa kurang bagi Darren maupun Esme. Akan tetapi, apa mau dikata. Mereka sudah harus pulang. Pekerjaan Darren menantinya. Dengan pangkat baru, tanggung jawab baru, Darren tidak bisa berlama-lama cuti, meskipun dia berharap dia bisa. Sebelum meninggalkan Claymont di hari itu, pagi harinya Esme mengajak Darren menuju ke perkebunan anggur. Dia ingin membawa pulang anggur berkualitas yang langsung bisa dia petik di perkebunan itu. Kebetulan, pemilik perkebunan mengenal baik keluarga Darren. Mereka menyusuri perkebunan itu dengan Mr. Thompson, pemilik perkebunan. Pria paruh baya itu sambil menjelaskan pohon anggur mana yang buahnya berkualitas baik. Hingga tiba di deretan pohon yang berada tepat di tengah-tengah kebun, Mr. Thompson berhenti. “Ini yang paling berkualitas di sini. Dan kau beruntung, ada yang baru berbuah dan belum dipetik. Jika kau datang siang ini, aku yakin buah ini sudah tidak ada di sini.” Esme tersenyum senang. “Trims, Mr. Thompson. Tapi, ak

  • Embrace Fate   170. As Long As You Love Me

    “Aku ingin tempat yang lebih tenang untuk hidup. Kota kecil atau pedesaan rasanya lebih cocok untukku.”“Pedesaan? Bagaimana kau bisa hidup di pedesaan?”“Aku bisa bertani. Atau beternak. Rasanya lebih menantang, dari pada hanya duduk seharian di apartemen dan menghabiskan uangku untuk minum dan makan saja.”Selesai mengucapkan itu, Martinez melewati Catherine begitu saja.Catherine begitu shock hingga dia tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Mengejar pria itu? Atau membiarkannya pergi? Catherine seperti kehilangan akalnya sendiri.Baru saat langkah Martinez semakin jauh darinya, Catherine baru tersadar. Gegas dia mengejar pria itu.“Jangan! Jangan pergi!”Martinez menghela napasnya. “Tekadku sudah bulat, Cath.”“Sudah bulat bagaimana? Kenapa kau tiba-tiba pergi? Padahal kau tidak boleh pergi! Kau ha

  • Embrace Fate   169. Throw a Party or Investment?

    Pagi itu, Darren duduk di kursi makannya. Dia sedang menyesap kopinya saat matanya tertuju pada layar ponsel. Claire mengiriminya undangan pesta pernikahan. Sebagai kakaknya, tanpa dikirimi undangan pun Darren pasti harus hadir. Tetapi, adiknya itu tetap ingin mengiriminya undangan.Melihat undangan itu, Darren merasa ada yang menggelitik hatinya.Sepiring poblano peppers tersaji di hadapannya secara tiba-tiba. Esme menyusul dengan duduk di sebelah pria itu. Wajahnya tersenyum lembut, memancarkan kebahagiaan.“Wow! Sarapan yang menggiurkan,” ucap Darren dengan matanya berbinar penuh gejolak.“Ya! Tadi kebetulan bangun lebih pagi, dan semua bahannya ini lengkap. Jadi, aku masak saja ini.” Esme mengambil satu dan memasukkannya ke dalam mulut. Dia mengunyah dengan perlahan dan sambil menikmatii rasa yang bercampur dalam mulutnya.“Hmmm, ini sangat lezat. Kau tidak makan?”“Tentu, aku akan

  • Embrace Fate   168. I'm not Incomplete

    “Apa yang terjadi di sini, biarlah berlalu. Tidak perlu disimpan dalam hati apalagi sampai dibawa pulang ke rumah kita. Aku tidak ingin kebersamaan kita nantinya ternoda dengan segala hal yang diucapkan Claire padamu. Bisakah?”Mendengar ucapan Darren, air mata Esme luruh lagi. Dia menganggukkan kepalanya. Darren menghapus air mata itu dan mengecup wajah Esme dengan penuh kasih.Setelahnya, mereka membawa segala barang bawaan mereka keluar kamar.Baru juga membuka pintu, sosok Claire sudah menghadang Esme di sana.“Mau apa lagi kau?” hardik Esme pada Claire. Rasanya seluruh persendian tubuhnya terasa sakit karena segala emosinya tersentak pada perseteruannya dengan Claire.Darren pun yang masih menarik koper di belakang Esme langsung menghardik Claire juga. “Claire, please. Apa tidak capek kau memikirkan hal itu terus-menerus?”Claire menggeleng. Wajahnya terlihat pucat dan lemah. Dan dengan

  • Embrace Fate   167. Farewell and Forgetting

    Catherine menahan napasnya selama perkelahian mereka dan baru mengembuskan napasnya itu saat Garry telah kehilangan kesadaran. Dia mengangkat wajahnya dan pandangannya tertaut pada tatapan mata Martinez. Di benaknya, dia mengharapkan Martinez akan menanyakan dengan lembut, ‘apa kau tidak apa-apa?’ Namun yang terjadi sesungguhnya, pria itu menatapnya marah dan membentaknya. “Apa kau sudah gila?! Apa kau sudah tidak punya harga diri lagi?!” Catherine shock minta ampun. Dia sampai terbelalak dan mulutnya menganga lebar. Martinez masih melanjutkan kemarahannya pada Catherine. “Kalau kau bodoh, lebih baik kau tinggal di rumah dan mengurus bayimu. Bukannya berkeliaran mencari lelaki lajang. Kau haus belaian atau apa, huh?!” Kata-kata Martinez begitu menusuk hati Catherine. Dia yang baru saja merasakan keterkejutan karena perlakuan Garry yang membuatnya takut, kini malah harus menghadapi kemarahan Martinez. Dia bahkan dikatai b

  • Embrace Fate   166. Where's Your Pride?

    “LEPASKAN! KAU BAJINGAN!” Catherine berusaha keras untuk berteriak, memukul, menendang. Apa saja agar terlepas dari kungkungan Garry. Tetapi, pria itu jauh lebih kuat darinya.Kini, wajah Garry berada di atas wajahnya. Bibirnya menjelajah di sekeliling pipi dan lehernya, membiarkan liurnya menempel di kulit Catherine. Dan pada akhirnya bibir itu mendarat di bibirnya.Catherine meronta-ronta ingin melepaskan dirinya.Namun nyatanya, tangan Garry malah merobek kaosnya.Catherine semakin histeris. Segala tenaga dia kerahkan hanya untuk merasakan terjangan tenaga yang lebih besar lagi dari Garry.“HELP! HELP!!!” teriak Catherine putus asa. Garry sudah bagai binatang buas yang siap membantai korbannya. ***Tok tok tok.Darren mengetuk pintu kamar orang tuanya. Tak lama kemudian, ayahnya membuka pintu dengan perlahan. Te

  • Embrace Fate   165. Foolishness

    Sementara itu di kamarnya, Claire juga menangis tersedu. Dia memikirkan betapa James Carter adalah pria yang baik.James sudah berteman dengan Darren sejak mereka di awal karier kepolisian. Claire suka berada di dekat mereka jika James datang ke rumah.Dan entah sejak kapan, James mulai menunjukkan tanda-tanda suka pada Claire. Meskipun gadis itu tidak menganggap James lebih dari seorang teman, Claire tidak pernah meremehkan perasaan James.Di hari ketika kabar tewasnya James tiba di telinganya, Claire mulai sering memikirkan pria itu. Saat itu, Claire merasa tidak ada salahnya membuka hatinya untuk James. Pria itu dewasa dan sangat baik. Dirinya yang manja mungkin akan bisa merasakan cinta yang manis saat bersama James.Claire bahkan sudah menyusun kata-kata yang akan dia ungkapkan pada James, bahwa dia ingin membuka hatinya untuk James.Tetapi kemudian kabar itu datang. Hatinya hancur remuk.Baru bertahun-tahu

  • Embrace Fate   The Accusation (ii)

    Garry benar-benar mengajak Catherine ke apartemennya. Dalam setiap langkahnya, Catherine merasa semakin gelisah.Meskipun semua ini adalah idenya sendiri, tetapi memikirkan dia akan kepergok Martinez mengunjungi apartemen pria lain, yang malahan baru dia kenal lewat kencan buta, tetaplah membuat perutnya terasa mual.Langkah kaki Cahterine hampir saja berbalik arah jika bukan karena wanita itu terngiang lagi akan ucapan Martinez sebelum ini.‘Kau berhak mendapatkan pria lain yang lebih sempurna. Yang layak mendapatkan dirimu.’Huh! Dasar lelaki tidak peka! Memangnya Martinez tidak sadar jika yang Catherine inginkan adalah pria itu sendiri? Dan karena kebodohannya itu, sekarang Catherine benar-benar ingin mencari yang lebih baik dari pria itu. Dia akan tunjukkan bahwa dia tidak akan mengemis cinta.“Unitmu di lantai ini?” tanya Cahterine terkejut saat mereka keluar dari lift. Bahkan unit Garry berada di lantai yang sama denga

  • Embrace Fate   164. The Accusation

    Garry pun memberitahu apartemen tempatnya tinggal. Cahterine terkejut karena nama apartemen yang disebut Garry adalah apartemen tempat Martinez tinggal. Mendadak, selintas ide gila lewat di otak Catherine. Dan idenya ini telah menghilangkan rasa malu Cahterine sebagai wanita. Dia berkata, “Boleh aku mampir ke apartemenmu? Ehm, maksudku, sekarang?” Pertanyaan Cahterine sukses membuat Garry tercengang. Tidak ada wanita yang lebih seterus terang dan segesit dia. Garry juga tidak menyangka jika Catherine bisa mengatakan ini semua mengingat saat makan di kafe tadi, Catherine tidak terlihat ramah. Dia begitu cuek, dingin, dan jutek. Wanita itu seperti tidak memiliki pikirannya di tubuhnya. Tetapi sekarang, tiba-tiba wanita ini memintanya untuk mengajaknya ke apartemen? Mungkin sebentar lagi akan hujan uang. Namun begitu, Garry laki-laki normal. Tidak mungkin dia melewatkan kesempatan emas seperti ini. Apalagi Catherine adalah wanita pirang seksi. Sungguh me

DMCA.com Protection Status