Beranda / Fiksi Remaja / Broken / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Broken: Bab 81 - Bab 90

152 Bab

Rasa Gerah

Prang... PrangPiring demi piring berjatuhan di lantai menjadi serpihan beling. Satu demi satu cangkir pun berjatuhan dan menjadi beling. Sekitar lima buah piring dan cangkir di rumah itu hancur berantakan, hanya demi melampiaskan amarah.Berubahnya para benda pecah belah itu menjadi serpihan beling, terjadi sekitar lima belas menit yang lalu, sesaat Yena tiba di kediamannya. Amarah Yena meledak saat ia baru saja tiba di kediamannya. Bukan ketenangan yang didapatnya, namun malah keributan.Setibanya wanita itu di kediamannya, Yena segera menemui satu-satunya anak perempuan di keluarga itu. Ia segera menanyakan keberadaan putrinya pada sang asisten rumah tangga, dan segera menemuinya.Setelah mendapatkan lokasi putrinya berada di rumah itu, Yena pun segera bergegas menemui putrinya dengan amarah yang siap meledak. Setibanya ia di tempat putrinya berada, wanita itu segera merampas sebuah benda panjang yang dipenuhi tombol-tombol dari tangan putrinya. Ia pun
Baca selengkapnya

Dunia Mimpi

“Dasar anak gak tahu diri kamu, Yandi!” Teriakan Yena mengiringi langkah kaki Yandi yang perlahan meninggalkan kediamannya, tanpa berpamitan. Langkah kaki remaja itu kini sedang menuju jalan yang tak memiliki tujuan. Remaja pria itu hanya melangkahkan kedua kakinya keluar dari lingkungan rumahnya, agar kedua telinganya terselamatkan dari ocehan mamanya. Perlahan demi perlahan, langkah kaki yang pelan itu terus berjalan menjauhi kediamannya. Namun, Yandi sama sekali tak tahu ia harus menghentikan ke mana langkah kakinya. Langkah tanpa tujuan pun terus berlanjut. Sambil mengacak-acak rambutnya, Yandi terus membuang pandangannya ke sebalah kiri dan kanan ke setiap jalan yang dilaluinya, dengan tujuan untuk menemukan tempat pemberhentian bagi kedua kakinya yang sudah lelah berjalan. “Ah... capek juga. Baru sadar kalau gue udah jauh banget dari rumah.” Yandi baru tersadar, jika dirinya sudah berjalan begitu jauh dari rumahnya. Walaupun ia tak memiliki temp
Baca selengkapnya

Vian dan Yandi

Sesosok pria tak dikenal kini berada tepat di belakang Yandi. Pria itu sedang berjongkok sambil memegang botol air mineral yang sudah tak berisi lagi. “Bisa-bisanya kamu tidur kayak orang mati di taman yang sepi kayak gini,” ujar pria tak dikenal itu sedikit kesal. “Ya... ya udah, sih. Lagian om siapa, sih? Ngeganggu aja tahu, gak,” balas Yandi yang kesal karena harus terbangun dari mimpi indahnya. “Saya manusia,” jawab pria itu. “Tahu kali, om. Saya mah gak buta, masih bisa lihat jelas kalau om manusia,” balas Yandi kesal. “Iya, kamu emang gak buta. Tapi kamu itu gak punya otak,” ujar pria itu membuat Yandi kesal. “Om, apa-apaan sih?!” tanya Yandi kesal. “Kenapa saya bilang kamu itu gak punya otak? Karena kamu bisa-bisanya tidur kayak orang mati di tempat sepi kayak gini. Susah banget dibangunin. Benar-benar kayak orang mati tahu,” ujar pria tak dikenal itu. “Gimana kalau tadi yang datang bukan saya, tapi orang yang pu
Baca selengkapnya

Berbagi Cerita

Waktu terus berlalu dan cerita pun terus berlanjut. Di tengah terangnya bulan malam itu, Vian dan Yandi masih menikmati waktu mereka untuk saling berbagi cerita. Meskipun berbagi cerita bukanlah sesuatu hal yang suka dilakukan Yandi. Apalagi pria yang bersamanya adalah orang baru ditemuinya.  “Oh, ya. Kalau kamu suka gak sama orang yang ngatur-ngatur atau suka nuntut?” tanya Vian ingin mengetahu apa pendapat remaja yang di hadapannya. Setelah menceritakan secara singkat tentang hubungan putrinya yang kandas, pada remaja yang baru temuinya. Vian merasa ingin mengetahui apa pendapat remaja itu tentang sikap putrinya. “Eh? Kok om nanya kayak gitu?” tanya Yandi. “Gak papa. Om cuma mau tahu pendapat kamu, aja,” jawab Vian. “Em... gimana ya, om? Kalau saya pribadi, gak suka banget sama orang yang suka ngatur-ngatur apalagi suka nuntut,” ujar Yandi. “Yah... kalau pun saya diatur atau dituntut, saya suka yang wajar-wajar aja, om. Jangan t
Baca selengkapnya

Jatuh Cinta

Malam ini adalah malam yang berbeda dari biasanya, bagi Yandi. Tak seperti malam-malam sebelumnya yang suram dan selalu membuat gerah. Terlebih lagi, malam ini ia ditemani oleh seorang asing untuk menghabiskan malamnya.Sesi tanya jawab dari kedua belah pihak masih terus berlanjut tanpa mengenal waktu. Semakin Vian yakin jika Yandi adalah mantan kekasih putrinya, semakin gencar juga ia bertanya tentang masa lalu remaja itu dan mantan kekasihnya. Tak sedikit pun Yandi merasa curiga saat dirinya terus diserang berbagai pertanyaan. Ia malah menjawabnya dengan santai, meskipun tak memberitahukan identitas mantan kekasihnya pada Vian.“Om, mau tanya lagi boleh?” tanya Vian sebelum memberikan pertanyaan lanjutan untuk memenuhi rasa keingintahuannya. “Boleh-boleh aja kok, om,” jawab Yandi.“Terus hubungan kamu sama sahabat mantan kamu gimana?” tanya Vian.“Baik-baik aja, om.” Vian merasa k
Baca selengkapnya

Rasa yang Tak Sama

Ada berjuta rasa di dunia ini dan rasa itulah yang mewarnai dunia ini. Terkadang, kita bisa merasakan rasa yang sama dengan orang yang kita kenal atau yang tak dikenal. Namun, bisa saja orang lain merasakan rasa yang berbeda dari apa yang kita rasakan.Begitu pula dengan rasa suka. Tak selamanya rasa suka yang ada pada kita, akan ada pula pada orang yang kita sukai. Justru terkadang rasa suka itu tak terbalaskan dengan rasa yang sama. Namun, setiap orang memiliki hak untuk memiliki rasa suka yang sama atau berbeda.Memiliki rasa yang sama atau berbeda memanglah bukan suatu kewajiban, namun suatu hak. Tetapi rasa yang berbeda akan mendatangkan rasa sakit, rasa sedih, atau mungkin rasa kecewa. Walau bagaimanapun juga, rasa suka tak dapat dipaksakan. Karena setiap orang berhak memilih pada siapa rasa suka itu akan diberikan.Rasa suka yang tak terbalaskan kini sedang dirasakan Andre. Sudah lama remaja ini menyimpan rasa sukanya pada seorang gadis, namun ia tak pern
Baca selengkapnya

Keretakan

Hari-hari telah berlalu, masa-masa putih abu-abu kini hampir berakhir bagi Yandi. Segala jenis ujian sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan di tingkat menengah atas pun telah diselesaikan oleh para pelajar berseragam putih abu-abu, dan kini adalah saat-saat yang menenggangkan bagi para pelajar itu. Saat-saat sebelum pengumuman hasil akhir dari kerja keras mereka sebagai pelajar tingkat menengah atas selama tiga tahun. Sebelum hasil akhir dari kerja keras mereka diumumkan, tentunya mereka memiliki banyak waktu luang.  Sebagian besar pelajar menggunakan waktu-waktu terakhir mereka untuk menikmati masa-masa terakhir sebagai murid SMA, yang tak akan pernah terulang lagi. Ada pula yang menghabiskan waktu bersama teman-teman sekelas, bersama teman-teman OSIS, atau bersama teman-teman ekstrakurikuler. Tak berbeda jauh dengan cara pelajar lain menghabiskan masa-masa terakhir mereka. Yandi dan teman-teman baiknya dan juga teman baik baru mereka, Reina
Baca selengkapnya

I Hate You Guys!

“Ayo, Yan. Gaskan...” ujar Agus penuh semangat.Semua teman-teman Yandi terus memberinya dukungan agar ia lebih berani mendekati Reina. Mereka pun bersedia membantunya dengan penuh semangat.“Udah... gas aja, Yan. Jangan takut-takut, gue yakin respons dia bakalan bagus banget,” ujar Andi sambil menepuk-nepuk pundak Yandi.“Yok... bisa, Yan,” tambah Agus, Rino dan Dino bersama-sama menyemangati Yandi.“Kalian apa-apaan, sih? Gu—gue biasa-biasa aja kok sama Reina,” balas Yandi, namun perkataannya tak dapat dipercaya keempat temannya.“Eh... gak percaya gue. Jangan bohong Yandi. Jujur aja napa, sih?” ucap Rino.“Tahu nih! Jujur aja kalau lo suka ama dia. Lagian dia lebih baik dari mantan lo. Jadi udah pasti banget kita bakalan dukung lo,” tambah Doni.“Nah benar tuh, daripada sama si mantan. Beuuh... bikin sakit mata dan kepala. Mending lo sama dia. Dia i
Baca selengkapnya

Kenapa Harus Ada Mereka?

Sedetik pun Andre tak melepaskan tatapannya dari Reina. Wajahnya begitu berseri dengan tatapan yang penuh makna. Tatapan penuh makna itu pun membuat Reina merasa canggung dan kebingungan. “Em... An—Andre?” Reina merasa kebingungan melihat dua bola mata yang penuh makna itu, menatapnya tanpa berkedip sedetik pun.“A... i—iya? Ada apa?” Tatapan mata yang penuh makna segera buyar, mendengar suara lembut gadis itu.“Muka gue kenapa emangnya? Kok lo lihatin gue segitunya?” tanya Reina.“Oh... e—enggak. Gak ada apa-apa, kok. Gue cuman senang aja, loh. Soalnya lo pengertian banget sama gue,” jawab Andre.“Perasaan gue biasa aja, kok. Gak sampai segitunya, lagian kita kan teman. Jadi udah sewajarnya, dong,” balas Reina lembut.“Makasih, ya.” Reina hanya membalas ucapan itu dengan senyuman manis miliknya, yang semakin membuat hati pria itu melebur.
Baca selengkapnya

It's All Your Fault!

“Lo nanya kenapa? Harusnya lo mikir! Ini semua tuh gara-gara lo!” teriak Andre menyalahkan Yandi. Niat hati ingin mendapatkan jawaban, dan bisa menyelesaikan permasalahan di antara mereka. Namun, ia malah semakin tak memahami apa permasalahan di antara dirinya dan Andre. Andre yang menyalahkan Yandi, membuat Doni semakin ingin meninjunya. “Lo apa-apaan, sih?! Napa malah jadi nyalahin orang?!” “Lo semua tuh gak tahu apa-apa! Jadi diam aja, deh,” balas Andre. “Justru karena kita semua gak tahu apa-apa, termasuk Yandi yang lo salahin. Maka dari itu... kita mau tahu alasannya apa,” ucap Rino berusaha bersabar. “Terus?” tanya Andre. “Ha? Kok terus?! Lo gak mikir baru nanya apa gimana, sih?” tanya Andi geram. “Ya, kita cari jalan keluar. Kita selesain masalah ini. Gimana, sih?” tambah Andi. Sikap Andre benar-benar menguras kesabaran teman-temannya. Beruntungnya, Rino masih bisa mempertahankan kesabarannya. “Andre gini, ya. Kita tuh ngumpul kayak gini supaya bisa ngomong baik-baik,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status