Beranda / Fiksi Remaja / Broken / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Broken: Bab 71 - Bab 80

152 Bab

Menjadi Orang Asing

Kedatangan Rein di kediaman mantan sahabatnya, dengan pandangan yang merendahkan memunculkan suasana asing. Seperti biasanya, gadis itu selalu disambut dengan baik saat berkunjung ke rumah ini. Dan ia pun selalu membalas sambutan itu dengan riangnya.Kedatangan Rein saat ini pun disambut dengan hangat oleh Ami, bunda Reina. Namun, respons yang diberikan gadis itu sangat dingin. Melalui respons Reina, Ami mengetahui ada sesuatu yang salah. Namun, wanita itu tak mengetahuinya. Ia juga semakin yakin, saat melihat putrinya mulai bertingkah aneh.“Nak Rein baik-baik aja, kan?” tanya Ami ingin memastikan prasangkanya.“Pas banget ibu nanya kayak gitu. Soalnya aku datang ke sini, karena mau nyampain sesuatu,” ucap Rein membuat Ami kebingungan. “Maksud nak Rein gimana, ya?” tanya Ami. Semakin wanita itu mengeluarkan berbagai pertanyaan untuk memahami maksud perkataan gadis itu, semakin besar pula ketakutan yang dirasakan
Baca selengkapnya

Tak Akan Pernah Meninggalkanmu

“Bunda... Reina minta maaf. Reina mohon bunda mau dengarin penjelasan aku dulu.” Rasa sakit yang begitu hebat sedang melanda hati Reina Ananda. Ia yang baru saja kehilangan sahabatnya karena sebuah kesalahpahaman, kini harus menerima kekecewaan bundanya.“Bunda... Reina mohon. Tolong dengarin Reina sebentar aja, bun,” ujar Reina memohon.Air mata Reina kini jatuh tak tertahankan lagi. Setelah Rein meninggalkan kediamannya, gadis itu hanya bisa menangis sambil memohon pada bundanya.“Reina, bunda benar-benar kecewa sama kamu. Bunda kecewa banget sama kamu,” ucap Ami dibalik pintu kamarnya.“Padahal bunda gak pernah ngajarin kamu kayak gitu. Tapi kenapa kamu lakuin semua itu? Kenapa?” Hanya ada rasa tak percaya yang tersisa kini. Hati wanita itu kini telah dipenuh oleh berbagai macam rasa, yang membuatnya tak mungkin untuk mendengarkan penjelasan putrinya lagi. “Bunda. Bunda tuh salah paham.
Baca selengkapnya

Hari Buruk

Angin buruk kini sedang menimpa Reina secara bertubi-tubi. Angin itu terus saja berdatangan, seakan setuju pada rencana mantan kekasih Yandi, yang tak ingin melihatnya bahagia.Ia yang baru saja kehilangan sahabatnya, kini harus menerima segala kekecewaan dari bundanya. Hingga hari telah berganti, bunda Reina masih tetap merasa kecewa padanya. “Bunda. Bunda masih marah sama aku?” tanya Reina mendekati sang bunda yang sibuk menyiapkan makan siang. Namun, wanita itu tak menjawab pertanyaannya.“Bunda... eh... hari ini bunda masih libur, kan?” tanya Reina sekali lagi berusaha mengubah suasana yang sunyi senyap itu. Namun, lagi-lagi wanita itu sama sekali tak menjawab pertanyaannya. Padahal wanita itu jelas berdiri begitu dekat dengan putrinya.“Maaf aku jadi ganggu bunda kerja.” Rasa sakit begitu terasa, saat bundanya mengabaikan semua perkataannya. Ia hanya bisa menguatkan hatinya, dan terus
Baca selengkapnya

It’s Okay

Ada berjuta rasa senang yang dirasakan Reina sebelum ia melakukan pertukaran dengan Rein, yang kini sudah tak bisa dikatakan sebagai sahabatnya lagi. Kini hanya tersisa rasa penyesalan, dan juga rasa bersalah setelah ia melakukan pertukaran itu.Andai kata, jika dirinya tak meminta Rein untuk bertukar peran dengan dirinya, pastinya semua kejadian yang sedang dialaminya tak akan pernah terjadi. Namun, semuanya telah terjadi. Karena pertukaran itu, ia telah membuat bundanya sangat sedih dan kecewa padanya. Ia juga telah kehilangan seorang sahabat. Dan kini ia hanya tinggal menunggu waktu, sebelum hal yang sama terjadi lagi.Dapat dipastikan, jika tak lama lagi ia akan kehilangan Yandi akibat perbuatannya sendiri. Gadis itu sangat yakin, jika Yandi akan sangat membenci dirinya sama seperti Rein membencinya, saat mengetahui semua kebohongannya selama ini.“Bunda, Reina, Yandi... tolong maafin aku. Aku salah, aku tahu itu.” Air mata gadi
Baca selengkapnya

Di Balik Rasa Sedih dan Kecewa Ami

Hari di mana mantan kekasih Yandi datang untuk menghancurkan kebahagiaan Reina telah berlalu. Meski peristiwa itu telah berlalu, namun Ami masih saja mengabaikan putrinya hingga akhir masa liburnya. Wanita itu terus mengabaikan putrinya, tanpa mau mendengarkan semua penjelasan Reina. Ia lebih memilih untuk memercayai semua perkataan yang keluar dari mulut mantan kekasih Yandi, dibanding mendengarkan alasan putrinya. Reina yang terus diabaikan oleh bundanya, hanya bisa menguatkan hatinya untuk menerima semua konsekuensi atas apa yang telah diperbuatnya. Gadis itu yakin seribu persen, jika semua yang sedang dialaminya adalah hukuman atas perbuatannya yang telah menipu Yandi.Hari ini, Ami kembali bekerja seperti biasanya di kediaman Yandi. Saat sedang melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang asisten rumah tangga, Ami sama sekali tak bisa memusatkan seluruh perhatiannya pada pekerjaannya. Hati dan pikiran wanita itu
Baca selengkapnya

Pertemuan Pertama Mereka

Status jomblo kini menghampiri Rein dan singgah lagi, dengan jangka waktu yang tak dapat dipastikan. Berakhirnya hubungan kedua remaja itu, membuat Rein terus saja memikirkan berbagai cara agar mantan sahabatnya menderita seperti dirinya. Gadis itu terus saja beranggapan jika Reina telah menikungnya. Meskipun Reina dan Yandi telah menjelaskan semua kesalahpahaman itu, ia tetap saja mempertahankan kesalahpahaman itu.Seberapa keras pun mantan kekasih gadis itu dan Reina menjelaskan semuanya, dengan berbagai jenis kata-kata agar dirinya mengerti. Namun, tetap saja ia tak mau mendengarkan semua penjelasan. Karena apa yang dianggapnya benar, maka itulah kebenarannya.Semenjak dirinya sudah tak menyandang status sebagai kekasih Yandi, Rein terus saja meledakkan amarah di mana-mana. Ketika berada di luar rumah, kerap kali ia menabrak orang lain saat sedang berjalan kaki. Namun bukannya meminta maaf, justru ia malah memarahi orang yang ditabraknya. H
Baca selengkapnya

Kata Maaf

“Kamu yakin?” Pertanyaan yang keluar dari mulut seorang pria yang tak dikenal, membuat Reina berubah pikiran. Ia pun segera membalikkan tubuhnya, menghadap ke arah pria yang mengaku sebagai ayah Rein. “Apa Anda benar ayahnya Rein?” tanya Reina memastikan. “Iya. Saya gak bohong. Kalau kamu masih gak percaya, saya bakalan telepon Rein sekarang, supaya kamu bisa dengar sendiri, dia manggil saya dengan sebutan apa,” jawab pria itu. Apa yang dikatakan pria itu memang bukanlah sebuah kebohongan. Karena ia adalah papi Rein. Namun, sebutan ayah yang digunakan pria itu membuat Reina tak bisa memercayainya seratus persen. Saat putrinya menunjukkan foto Reina, pria itu merasa harus bertemu dengannya. Papi Reina sempat melihat nama akun sosial media Reina, serta mengingatnya saat putrinya menunjukkan foto gadis itu. Ia berniat menemui Reina, karena ingin menjadi penengah dalam masalah mereka. “Tapi setahu saya, Rein gak pernah manggil ayah kalau lagi nelepon. Ata
Baca selengkapnya

Penjelasan Reina

Kedua orang asing itu, kini telah berkenalan. Tanpa mengawali dengan basa-basi, Vian segera menanyakan kronologi lengkap penyebab hubungan persahabatan kedua gadis remaja itu berakhir. Vian memang telah mendengarkan semua kronologinya dari putrinya. Namun, ia juga ingin mendengarkan dari sudut pandangan Reina. Semua ini dilakukannya, bukan karena tak memercayai putrinya. Tetapi, ia ingin mendengarkan dari kedua belah pihak agar lebih adil. Dalam situasi yang masih serba canggung itu, Reina segera menceritakan semua kronologi yang diminta papi Rein. Ia menceritakan dari dirinya yang meminta Rein bertukar, hingga pada peristiwa berakhirnya hubungan Rein dan Yandi. “Semua ini memang salah saya, om. Saya udah nipu teman saya sendiri, saya juga yang buat Rein kayak gini. Jadi saya rasa Rein memang pantas ngebenci saya,” ucap Reina. “Gak, kok. Kamu gak salah sepenuhnya,” balas  Vian. “Memang benar kamu salah, karena udah nipu teman sendiri. Tap
Baca selengkapnya

Pertemuan yang Membawa Masa Lalu

Waktu terus berjalan bersama awan yang berlalu-lalang di langit yang luas. Tak terasa perbincangan mereka memakan waktu yang cukup lama. Awalnya Vian berpikir, jika percakapan mereka akan berakhir dalam waktu satu sampai dua jam. Namun, semuanya berada di luar perkiraannya. Kecanggungan di antara Vian dan Reina, memakan cukup banyak waktu. Kesenyapan saat kedua orang itu tiba di kafe, sudah memakan waktu sekitar tiga puluh menit. Belum lagi saat perbincangan mereka baru dimulai, Rein selalu tergagap.  Untuk mengeluarkan sepatah kata dengan utuh, gadis itu memerlukan waktu lima sampai sepuluh detik. Semua situasi itu yang membuat begitu banyak waktu dihabiskan kedua orang itu. “Gak kerasa, ya. Ternyata lama juga kita ngobrolnya. Padahal om pikir gak bakalan butuh waktu lama,” ucap Vian setelah mengakhiri obrolan penting mereka. “Maaf ya, om,” ucap Reina meminta maaf. “Loh? Kenapa kamu minta maaf? Kan om yang ngajak kamu ke sini buat ngobro
Baca selengkapnya

Ledakan Amarah Vian

Ledakan Amarah Vian“Papi...” teriak Rein menyambut kepulangan papinya.“Papi kok pulangnya malam banget, sih? Kan kemarin kita janji makan malam di luar hari ini,” ujar Rein.“Maaf, papi tadi ada urusan penting,” jawab Vian lesu.“Penting?” tanya Rein curiga.“Jangan bilang urusan penting papi itu sama mantan sahabat aku?” tanya Rein kesal.“Papi emang tadi ketemu sama sahabat kamu. Tapi bukan itu urusan pentingnya,” jawab papi Rein sambil berjalan lurus melewati putrinya, menuju kamarnya yang berada di lantai dua.“Tuh kan! Pasti gara-gara dia!” teriak Rein kesal.“Reina, Reina, Reina, Reina, Reina terus. Gak papi, gak Yandi. Semuanya sama aja! Selalu mentingin Reina!” Teriakan gadis itu segera menghentikan langkah Vian. Ia pun membalikkan tubuhnya menghadap putrinya dan menatapnya dengan kecewa.“Papi kenapa? Aku salah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status