Home / Romansa / A BINDING STORY (Baby Girl) / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of A BINDING STORY (Baby Girl) : Chapter 1 - Chapter 10

52 Chapters

BAB 1 : Enemy?

Bendahara. Apa yang kalian pikirkan saat mendengar kata ini? Salah satu jabatan yang cukup terkenal di dalam kelas itu memang paling banyak dihindari oleh kalangan siswa/siswi. Mereka tidak jahat. Tidak kasar. Tidak juga menyiksa. Tapi jika sosok itu sudah berjalan mendekati bangku, maka hawa negative dalam saku seragam tiba-tiba akan berubah menjadi panas. Masih untung kalau bendahara kelas nya nagih secara baik-baik dan mengerti keadaan. Gimana kalau nagihnya sambil teriak-teriak, maksa pula. Udah gitu sambil melotot. Mana ngancam bakal ngaduin ke Wali kelas lagi. Dijamin 100% Bendahara yang seperti itu yang paling di hindari oleh semua murid.“Mau bayar minggu kemarin sama minggu sekarang?” “Iya Vee, biar nggak nunggak. Males gue kalau bayar uang kas tapi udah nunggak banyak.”Raveena menganggukan kepala nya lalu menulis sebuah catatan di buku tulisnya. “Siap! Jadi udah lunas ya, hehe.” Gadis itu berjalan pelan dengan mata yang masi
Read more

BAB 2 : Kerkom

Bruk!Raveena menepuk keras meja kantin dengan wajah tak bersahabat. Setelah mendaratkan bokongnya di salah satu kursi, gadis itu segera menenggelamkan wajahnya di atas tangan yang terlipat. Johan–pacar Raveena hanya tertawa kecil melihat tingkah laku pacarnya. Cowok itu sudah tau apa yang terjadi. "Rasen, ya?" tebak Johan tepat sasaran. Raveena hanya menganmgguk pelan. "Yaudah nggak usah dipikirin juga kali, biarin aja. Ntar juga bayar," kata Johan sambil fokus memainkan games di ponselnya. "Biarin? Aku tuh udah sering ngebiarin dia. Tapi kayaknya tuh orang nggak ngerti-ngerti," ucap Raveena setelah menegakkan kembali posisinya. "Aku sering kena tegur gara-gara tunggakan si Rasen. enak di dia, nggak enak di aku," adunya. "Semua jabatan punya resiko masing-masing Vee, termasuk jadi bendahara. Kalau lo nggak sanggup kenapa dari awal harus nyalonin coba? Baru jadi Bendahara aja udah ngeluh kayak orang stress. Gimana punya jabatan lebih tinggi.
Read more

BAB 3 : Baby?

Author Pov"Bi, hari ini jadi ke Singapore?" tanya Raveena di sela-sela sarapannya. "Ya lah jadi. Kapan lagi coba liburan ke luar negri gratis?" jawab Maudy—Bibi dari Raveena itu sibuk mengoleskan selai di beberapa lembar roti. "Kamu serius nggak mau ikut? Nggak berubah pikiran?""Nggak Bi. Itukan acara kantor Bibi, mana mau aku gabung main sama orang-orang dewasa. Beda generasi." "Tapi ini gue dikasih tiket gratis lagi buat satu anggota keluarga. Ya, kalau lo nggak mau ikut sih nggak apa-apa. Gue bisa ajak anak Mang Sueb."  "Ajak aja, nggak iri kok.""Halah, awas ntar nyesel. Mampos!" cibir Maudy terus-terusan."Buset, nggak akan lah. Ya ampun." "Bisa jadikan ntar lo nelpon gue pas gue udah di sana, terus nangis-nangis pengen di jemput," ujar Maudy melahap rotinya. "Ih! Sama ponakan jangan pakek lo-gue. Udah dikasih tau juga!" "Kenapa sih? Nggak akan mati juga kalau ngomong pakek lo-gue.
Read more

BAB 4 : Sepakat

Author PovRaveena menghela napasnya gusar. Mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdebar kuat. Gadis itu berdiri kembali setelah meletakan keranjang berisi bayi mungil itu di atas kasur miliknya. Tangannya masih terus bergetar hebat. Apalagi saat ia tadi memutuskan membawa masuk sang bayi ke dalam rumah. Jujur, Raveena parno setengah mati.“Gue harus ngapain?! Ini gimana? Ya ampun anak siapa sih ini,” gumamnya sambil terus berfikir keras. “Tega bener dah, mana nyimpen nya didepan rumah gue lagi. Dikira rumah gue bandar baby sitter kali yak.” Raveena bolak balik berjalan pelan sambil mengigiti kuku jari tangannya.“Telpon siapa ya? Hm ... bibi Maudy? Eh jangan! Pasti lagi di pesawat nih,” ucap Raveena bingung setengah mati. “Merin? Oke sip, gue dapet pencerahaan dari yang Maha Kuasa.” Raveena langsung menekan panggilan ke nomor Merin. Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah-- “Lailah, nggak aktif. Pasti lagi nonton
Read more

BAB 5 : Belanja

Author PovHari ini, di tanggal merah. Raveena telah menyusun semua daftar pekerjaanya. Dari mulai membawa Nayara ke Dokter anak untuk check up medis. Seraya meminta saran merawat bayi yang baik untuk seorang pemula. Hari ini, di tanggal merah. Raveena akan belanja semua kebutuhan Nayara. Membeli perlengkapan penting Nayara yang telah ia susun di secarik kertas putih. Hari ini, di tanggal merah. Raveena akan mencetak semua gambar Nayara yang sempat ia potret menjadi polaroid yang akan ia pasang di dinding kamarnya. Hari ini, Raveena akan melakukan semuanya, bersama Rasen. Raveena berdiri memandangi dirinya dipantulan cermin, kembali mengamati pakaian yang ia pakai hari ini. Setelah semuanya terasa tidak perlu ada yang dikoreksi, gadis itu tersenyum. “Mantul, cocok banget dah gue!” serunya mengedipkan sebelah matanya. “Good morning cantik,” sapa Raveena beralih pada Nayara, duduk di sisi ranjang lalu menggendong bayi k
Read more

BAB 6 : Rasendriya

Author Pov“Gue denger cerita dari anak-anak. Katanya kemarin Pak Didin liat itu di kamar mandi cewek.” “Ngarang kali. Jangan bikin gue parno, elah. Ntar gue ke kamar mandi takut,” ujar Merin panik mendengarkan cerita Lista yang sempat heboh kemarin. Dimana katanya Pak Didin–selaku penjaga sekolah melihat sebuah mahkluk di kamar mandi wanita di sekolahan ini. Merin pada dasarnya memang penakut, jadi lebih takut lagi. “Biasanya sih yang kayak gitu, paling suka sama orang yang penakut. Ya nggak Lis?” Raveena menambahi. “Yoi, mampos lo kalau ke kamar mandi nggak akan kita anter.” “Woy, sejahat itukah kalian sama gue? Oke lah, kalau lo pada nggak mau nganter, gue mau minta anter sama Johan aja lah,” ucap Merin nyeleneh.“Emang bisa?” Raveena menantang. “Bisa lah, jangan salahin gue kalau cowok lo malah belok haluan ke gue, ya Vee.” Selalu saja Johan yang dibuat objek candaan Merin. Tidak tahu apa maksudn
Read more

BAB 7 : Kerja Sama

Author Pov“Cepetan buka!”“Lo ... serius, Vee?” “Iya. Ayo nunggu apalagi?” Rasen menggeleng. “Nggak mau, Vee.” “Lo mau gue paksa di sini juga?” tanya Raveena. “Nggak gitu juga. Tapi....” Rasen meneguk air ludahnya susah. “Harus sama gue, ya?”“Iyalah!” seru Raveena lantang. “Katanya mau jadi Papa dari anak kita. Tapi gitu aja nggak mau. Cepetan buka celananya Rasen!”“Nggak pa-pa Vee kalau lo agresif gini. Tipe gue banget soalnya,” ucap Rasen membuat Raveena gemas. Gadis itu menarik tangan Rasen sampai Rasen memejamkan matanya.“Cepetan buka popok Nayara. Ganti sekarang juga!” perintah Raveena. “I—iya.” Rasen menggaruk tekuknya yang tak gatal. Raveena terus memaksa Rasen mengurus popok Nayara yang sudah kotor karena pup. Rasen yang tak berpengalaman malah kebingungan. “Harus gue ajarin?” Raveena mendengus kasar. Ia ikut duduk di sebelah Rasen, menggeser posisi Rasen sehingga Raveen
Read more

BAB 8 : Oleng!

Author Pov"Itu, Johan di belakang lo...." Empat kata yang di keluarkan Raveena berhasil membuat Rasen tak bergerak layaknya patung. Hanya matanya saja yang berkedip. Untuk keseluruhannya, cowok itu tak jauh seperti maneqin di pasaran.Rasen membalikan badannya secara perlahan. Tekadnya sudah kuat untuk menanggung resiko. Iyalah, kan katanya Rasen cowok sejati. Preetttt. Benar saja, Johan–cowok itu sudah berdiri tegap menghadap Rasen. bahkan jaraknya saja tidak begitu jauh. Rasen yakin kalau ucapannya pasti terdengar. "Eh, bro...." Rasen kebingungan memulai. Sedangkan Johan masih berdiri dengan tatapan mematikan. YAELAH APAAN AING SOK AKRAB SEGALA? TAU LAH MALU PEN BUANG MUKA AJA! "Kalau ngomongin orang tuh sama orang langsung. Bukan so-soan ke orang lain, apalagi ke cewek yang lo omongin tadi," ucap Johan begitu cuek dan dingin. Damn! Ucapan Johan tentu tertuju pada Rasen. Rasen yang sedang berdoa a
Read more

BAB 9 : Heboh

Author Pov“RASEN IHHHHHH! KENAPA SIH LO DEMEN BANGET CARI MASALAH SAMA GUE?!?!” “LO TUH BISA GAK SIH SEKALI AJA GAK BIKIN GUE KESELLLLLL???”Rasen yang tengah meneguk segelas susu malah hampir terbatuk-batuk. “Gue ngapain dah? Cuman diem,” ujar Rasen. Terhitung sudah hampir seminggu, Raveena dan Rasen selalu menghabiskan waktu bersama. Mengurus dan mengasuh Nayara. Jangan pikir kalau dalam waktu seminggu itu mereka akur. Tolong sekali lagi, jangan pernah memikirkan hal itu. Nyatanya, meski dalam situasi yang menuntut mereka berkerja sama. Raveena dan Rasen tidak pernah dari lepas adu bacot. Raveena mendapat kabar kalau Bibinya—Maudy, akan segera pulang ke Indonesia. Antara besok dan lusa. Itu adalah kabar yang cukup gembira untuknya. Tapi khusus malam ini, Raveena sedang naik pitam.“GUE KAN UDAH BILANG JANGAN HABISIN SUSU FORMULA NAYA!!” Pekik Raveena menatap kesal. Keduanya kini sedang berada di dapur. Raveena kelewat je
Read more

BAB 10 : Sakit

Author PovOlahraga. Adalah mata pelajaran yang paling ditunggu-tunggu oleh sebagian siswa/sisiwi. Tapi untuk para kaum mager yang hobinya dirumah adalah rebahan, mata pelajaran ini sangat paling dihindari dengan asalan; malas, capek, panas, dan sebagainya. Hari ini, para murid kelas 12 IPA 2 tengah berkumpul di lapang. Di bawah teriknya sinar matahari. Mereka berbaris rapi lengkap menggunakan seragam olahraga serempak. Di barisan paling depan putri, telah di pimpin oleh Raveena. Raveena mengedarkan pandangannya. Mengamati secara inci dan detail perbarisan di belakang juga di sampingnya. Ternyata benar, ada yang kurang. Rasen dan kedua sahabatnya itu hilang ntah kemana. Bagai terlelan bumi.“Bentar, Wil, jangan dimulai dulu pemanasan nya,” ucap Raveena kepada Wildan selaku pimpinan barisan putra. “Kenapa?”“Nyari Rasen sama dua kecebongnya dulu,” kata Raveena lekas pergi menjauh meninggalkan barisan. Lista dan Merin saling pandang satu
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status