Home / Romansa / A BINDING STORY (Baby Girl) / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of A BINDING STORY (Baby Girl) : Chapter 31 - Chapter 40

52 Chapters

BAB 31 : Simpanan?

Author Pov“DAFFAAAAAA! DASAR SINTING! MIRING! EDAN! GILA! OGEB! MINGGAT AJA KAMU!” “BEGO! BENER-BENER BEGO! GAK WARAS KAMUUUUU!” Teriak Lista semakin menggema. Ia melempari Daffa dengan buku sampai cowok itu naik ke atas meja. “TURUNAN LUCIFER! NYESEL AKU PACARAN SAMA KAMU!”“Lis! Ampun Lis!” kata Daffa panik sendiri. “Nanti aku ganti deh suer. Setoko Lis! Kalau perlu sama pabriknya juga!”Pagi-pagi kelas 12 IPA 2 sudah heboh. Lista dan Daffa tengah bertengkar. Pasangan yang biasanya adem-adem itu kini tengah perang besar-besaran. Berawal dari Daffa yang dengan sengaja meminum jamu Kiranti milik Lista sampai habis membuat gadis itu naik pitam bukan main.Katanya kalau pasangan langgeng itu kalau ceweknya tukang marah-marah sama cowok tukang cari gara-gara? Ya mungkin seperti mereka. Buktinya Daffa dan Lista bertahan berpacaran selama satu tahun. Meski kadang Daffa minta diselepet sa
Read more

BAB 32 : The Choice

Author Pov“Sen! Sen! Liat noh adek kelas yang duduk di pojok sana cakep bener,” ucap Romi menunjuk seorang siswi dengan lirikan matanya. “Bening amat busted!”“Jangan bawa sesat Rasen anjir!” tegur Johan menampol kepala Romi dengan gagang sendoknya. “Rasen udah punya pawang. Jangan suruh dia belok haluan.”“Tapi biasanya juga Rasen kalau liat yang bening suka ngeluarin jurus gombalan,” ucap Romi.“Beda lagi lah,” kata Johan sewot sendiri. Cowok itu menoleh pada Rasen yang tengah anteng memakan mie ayamnya. “Sen, jangan dengerin omongan Romi. Dia titisan setan.”“Anying! Gue turunan surga gini darimana titisan setannya?! Jahat lo Jo! Gue aduin ke Emak gue nih!”“Suruh saparing sama Bapak gue,” kekeh Johan membuat Romi malah ikut tertawa.“Lagi makan diem,” tegur Daffa kalem. “SHIAPPP BOS!”
Read more

BAB 33 : Pewaris

Author PovGabut. Itulah yang Rasen rasakan sekarang. Dari atas balkon, ia hanya mampu memandang shyam yang menyebarkan afsun tanpa suara. Semilir angin malam menerpa kulit wajah sampai rambut legamnya ikut tergerak. Istana besar yang terasa mati. Menjadi anak tunggal tentu sering membuatnya kesepian. Dulu, saat kelas 5 SD, Rasen pernah bolak-balik naik lift saking gak ada kerjaanya. Dan saat kelas 6 SD, Rasen pernah bawa kambing orang ke dalam ruang tamu. Rasen ajak nonton Upin&Ipin kala itu.Jangan sok kaget gitu lah. Rasen emang murni bego dari kecil.“Rasen?” panggil Divya memasuki kamar luas putranya itu. Merasa namanya terpanggil, Rasen memutar tubuh ke arah belakang. “Iya, Ma?”“Bisa ... Ngobrol dulu? Ada yang mau Mama bicarain sama Rasen,” kata wanita dewasa itu. Divya sudah lebih dulu duduk di sofa, lalu menaruh suatu benda yang ia bawa dari kamarnya di atas meja kaca. 
Read more

BAB 34 : Munafik

Flashback on ( kelas 11 semester 2 )“Aku suka sama kamu, Rasen. Kenapa kamu nggak bisa terima aku jadi pacar kamu?” tanya Liora kesekian kalinya. Matanya berbinar menatap penuh harap pada cowok yang tengah berdiri di hadapannya. “Gue nggak bisa Li. Udah berapa kali gue bilang, gue nggak pernah suka sama lo. Maaf,” balas Rasen. Jawaban menyakitkan yang masih sama untuk Liora. “Kenapa? Kita kan udah saling kenal, Sen. Apa kamu nggak bisa jadi pacar aku?” “Nggak bisa, Li. Berapa kali harus gue bilang, kalau gue cuman nganggap lo temen aja. Dari awal kita kenalan dipertemuan perusahaan Papa kita, gue nggak pernah nganggap lebih hubungan antara lo sama gue,” balas Rasen.“Tapi kenapaaa?!” Suara Liora meninggi menahan tangis—malu lebih tepatnya. “Kamu masih suka sama temen SMP kamu itu?” “Kata siapa?” “Daffa cerita
Read more

BAB 35 : Rusak

Author Pov Suara derap langkah kaki yang terdengar berat bergetuk sangat jelas. Dua orang lelaki itu nampak baru saja keluar dari sebuah ruangan. Sama-sama memiliki daksa yang menjulang tegap. Membuat aura kepemimpinan saling beradu. “Sebenarnya Rasen, saya pernah salah menilai kamu. Tentang status kamu yang masih pelajar. Tahun itu saya pernah berfikir kalau anak SMA tidak mampu menghandle perusahaan,” kata lelaki itu tanpa memperlambat langkahnya. Rasen tersenyum kecil. “Bukan cuman Om Rei aja, bahkan Mama Rasen sendiri hari itu nentang keras. Maklum. Rasen ngerti. Lagian Rasen nggak sendiri, ada Om Bobby yang selalu bantu.”“Tapi nyatanya memang diluar dugaan Rasen. Kamu luar biasa. Saya salut. Cara kerja kamu bahkan tiga kali lipat lebih pintar dari mendiang papa kamu,” ujar Rei menepuk pundak lelaki itu bangga. “Saya senang kerja sama dengan Adystha Company.”Reifansyah Melviano
Read more

BAB 36 : Pengakuan

Author PovHarusnya Raveena memang mengakui kalau kapasitas otak Rasen dua kali lipat jauh lebih pintar. Perihal dia bisa mengalahkan Rasen dari segi peringkat, anggap saja itu sebuah keberuntungan. Fisika adalah musuh terbesar Raveena. Sampai-sampai nilainya pernah jeblok membuat Maudy histeris melihatnya. Yang Raveena pertanyakan itu adalah otak Rasen. Lelaki itu mampu menguasai semua mata pelajaran dengan baik. Public speaking yang bagus. Tidak lupa rumus-rumus yang sudah sangat hapal di luar kepala. Raveena berdoa agar tahun ini tidak kalah telak oleh Rasen.“Ngerti?” tanya Rasen setelah setengah jam ia mengajarkan Raveena fisika yang mana membuat kepala gadis itu puyeng bukan main.Raveena menggeleng. “Enggak.”“Serius enggak? Aku udah ngulang sampe empat balikan lho, Vee.”“Beneran enggak ngerti.” Raveena menampilkan wajah lesu. “Tau ah, bodoamat. Aku gak ngerti.”
Read more

BAB 37 : Retak

Author Pov“Lo jadi mamanya, gue jadi papanya. Gimana?”“Biar semua biaya Nayara gue yang tanggung.”“Gue bakal bantuin lo, Vee. Kita cari ortu Nayara sama-sama.”“Nayara itu anak kandung aku sama perempuan lain!”Rasa sesak kembali menyeruak di dada saat ucapan-ucapan itu kembali terngiang dengan jelas. Yang Raveena pikir nyata. Yang Raveena pikir tulus. Tapi tidak, kesungguhan yang ditunjukan ternyata hanya penguat dalam sandiwara yang ia jalankan.Akting yang patut diapresiasi! Raveena sampai benar-benar tak menyadari jika dia berada dalam lingkaran penuh dusta. Rasen yang mengatakan tidak suka melihatnya menangis, namun lelaki itu juga yang mematahkan hatinya begitu miris. Raveena mengusap ujung matanya sekilas, ia kembali memasukan satu suap sendok kecil pada mulut Nayara. Gadis itu bahkan masih sangat hati-hati merawat bayi tak berdosa ini, yang menangis keras ketika malam it
Read more

BAB 38 : Pengasuh!

Author PovMaudy membuka pintu kamar Raveena dengan hati-hati. Sangat pelan sampai tak mengeluarkan suara sedikitpun. Netra hitamnya langsung tertuju pada gadis yang tengah duduk di bawah lantai seraya memainkan rubik. Menarik napas dalam, wanita itu masuk lalu ikut duduk di samping Raveena. Raveena mendongak sebentar, lalu kembali menunduk memainkan benda kotak bewarna-warni itu. Beberapa buku catatan sekolah di biarkan tergeletak di atas surpet. Sejak malam itu Raveena jadi lebih banyak diam. Gadis itu tak secerewet biasanya.“Main rubik mulu, kapan makannya?” tanya Maudy. Tak ada respon sama sekali membuat wanita itu meringis. “Hei... Ngelamun?”Harusnya Maudy tak perlu bertanya seperti itu. Jelas pikiran Raveena tengah bercabang sekarang. Malam itu, Maudy mendengar pertengkaran Raveena dan Rasen. Fakta yang jauh di luar nalar keduanya. Tapi wanita itu tetap bersikap tenang saat keadaan sangat menegangkan. Saa
Read more

BAB 39 : Putus (2)

Author PovBerkali-kali ia memfokuskan diri, namun konsentrasinya tak pernah bertemu di satu titik. Semuanya terpecah dan berhamburan bagaikan kunang-kunang yang menari di arah pandangannya. Rasen menggeram kesal. Ia membanting tumpukan dokumen itu dengan asal-asalan. Hatinya panas. Benar, sangat panas. Siang kemarin ia tak sengaja melihat Raveena dengan seorang lelaki yang tak di kenalinya ketika sepulang sekolah. Rasen takut. Rapuhnya Raveena mungkin saja bisa menjadi cela yang berbeda bagi keduanya.Mengubah posisi duduk, Rasen menaruh kedua sikunya di atas meja sehingga kepalan tangan ia tempelkan pada keningnya yang terasa pusing. Raveena-nya terlihat tenang dan membaik ketika bersama lelaki itu. Tidak seperti ketika bersama dirinya.Genggaman yang lelaki itu berikan membuat Rasen cemburu. Ia mendengus kasar lalu mengambil ponselnya dengan cepat, ia mengirim pesan pada seseorang tanpa pikir panjang.Rasendriya : Ke kantor Li, gue tunggu
Read more

BAB 40 : Leave

Author Pov“Vee...”Itu bukan panggilan, tapi lebih dari sekedar kata yang tanpa sadar terucap. Rasen tak berani melangkahkan kakinya saat Raveena menuruni tangga untuk menjauh. Dirinya sudah terlanjur menyakiti. Raveena akan sangat membencinya sekarang.Tidak ada lagi ikatan diantara mereka. Tidak ada lagi hubungan. Semuanya sudah pupus. Rasen menyenderkan punggungnya ke belakang tembok dengan kepala terdongak ke atas. Tangannya masih memegang cincin putih itu dengan erat. Di sisi lain, Liora hanya menampilkan senyuman kemenangan ketika gadis itu berdiri di ambang pintu tangga. Kedua tangannya terlipat. Sebenarnya tadi Liora tak berniat membuat kekacauan ini. Namun semesta tengah berpihak padanya, Raveena datang di waktu yang pas.“Dia datang mendadak dan aku gak tau. Jadi bukan salah aku,” kata Liora enteng.Rasen menoleh. “Sekali penghancur tetep penghancur. Najis lo, Li.”--o0o—
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status