All Chapters of Wonderstruck: Chapter 191 - Chapter 200
281 Chapters
Kamu dan Aku [4]
“Kamu juga melakukan hal yang sama. Maksudku, aku juga ingin mendengar ceritamu. Supaya impas,” ucap Amara.Ji Hwan mengangguk tanpa berpikir dua kali. Dia tak memiliki rahasia yang harus disimpan. Lagi pula, hidup Ji Hwan tidak pernah meleati hal-hal yang dramatis. Mungkin, gelombang paling tinggi dalam dunianya adalah saat orangtuanya bercerai. Karena itu, dia merespons dengan antusias. “Itu hal yang mudah banget, Mara. Jadi, tentu aja aku setuju. Asal nanti kamu nggak bosan aja dengar ceritaku. Eh, tapi kamu yang dapat giliran pertama, ya?”Amara menyesap minumannya sekali lagi sebelum mulai bercerita. Seakan ingin menenangkan kegugupan yang mungkin melandanya. Ji Hwan menunggu dengan kesabaran yang bahkan mengagetkan untuk dirinya sendiri.“Namaku Amara Izabel. Saat ini umurku baru dua puluh satu tahun. Aku cewek biasa yang tidak punya keterampilan mengesankan di bidang tertentu. Prestasi di sekolahku pun biasa aja. Aku punya du
Read more
Kamu dan Aku [5]
Ji Hwan mengabaikan kalimat terakhir gadis itu. Katanya,” Aku dan adik tiriku nggak akrab karena tinggal berjauhan. Aku merasa itu salah satu faktor utamanya. Sejak kami pindah ke Singapura, aku cuma beberapa kali ketemu sama Mama. Aku sih nggak tau pasti alasan orangtua cerai, Mara. Tapi, setelah mereka pisah, hubungan mama dan papaku nggak bisa dibilang baik-baik aja. Memang, nggak sampai saling menjelekkan atau rebutan hak asuh anak, sih. Cuma jadi kaku banget dan ngaruh ke aku dan kakakku.”Amara manggut-manggut. “Aku nggak bisa ngebayangin gimana rasanya kalau orangtua bercerai. Tapi pasti sakit banget untuk anak-anaknya. Karena mau nggak mau dipaksa milih untuk tinggal dengan salah satunya. Entah karena keputusan pengadilan atau kesepakatan di antara pasangan yang memilih pisah.” Ji Hwan setuju dengan ucapan Amara itu. Namun, dia tak mungkin membahas bahwa orangtuanya bercerai karena sang ibu berselingkuh dengan teman lama yang kini
Read more
Kamu dan Aku [6]
Amara baru menyadari apa yang sudah diucapkannya setelah Ji Hwan pulang. Dia sempat berdiri terpaku di halaman, menyaksikan punggung Ji Hwan menghilang di kegelapan malam. Hingga ponselnya berbunyi lagi untuk kesekian kalinya. Dan saat melihat nama Sophie tertera di layar, Amara segera menjawabnya.“Aku udah pulang ke rumah dalam keadaan luar biasa baik dan tak kurang suatu apa pun,” canda Amara. “Semuanya aman terkendali. Jadi, kamu bisa berhenti mencemaskanku sekarang, Soph. Makasih banget, ya.”“Kamu cuma mau bilang itu? Nggak ada laporan lengkap?” sindir Sophie. Gadis itu tidak berusaha menyembunyikan kekesalannya. Dan itu berhasil memancing tawa geli Amara.“Aku masih harus ngadepin interogasi mamaku karena tadi belum pulang waktu aku pergi. Jadi, energiku pasti bakalan terkuras. Giliranmu besok aja, ya?”“Mana aku sabar nunggu sampai besok, Mara,” keluh Sophie.Setelah “tawar-m
Read more
Kamu dan Aku [7]
Jika dipikir lagi, entah alasan apa yang membuat Amara bisa merasa nyaman di depan Ji Hwan. Meski awalnya dia sempat merasa menyesal karena naik ke boncengan cowok itu, perasaan itu cuma mampu bertahan kurang dari tiga menit. Setelahnya, merasakan angin menampar wajahnya dan meski posisi duduknya tidak benar-benar nyaman, Amara mulai bisa menikmati perjalanan itu.“Aku beneran nggak nyangka kalau makan malam bareng Ji Hwan ternyata memang mengasyikkkan. Tadinya kukira nggak akan betah sama sekali,” gumam Amara lagi. “Awalnya, tetap mau pergi karena nggak enak aja udah dua kali janji. Masa harus dibatalin lagi? Untungnya semua lancar dan aku mungkin akan nyesal kalau tadi nggak pergi bareng Ji Hwan,” ocehnya panjang.Diam-diam gadis itu mengulum senyum karena dia bisa bicara sepanjang itu pada diri sendiri.Amara sampai letih membolak-balikkan tubuh seraya mencari alasan yang paling logis untuk semua yang terjadi malam itu. Sayangnya dia g
Read more
Setiap Kita Punya Rahasia
Amara tidak bisa terlelap sempurna malam itu. Hingga dia merasa gemas pada diri sendiri. Seharusnya, saat ini dia bisa bermimpi indah dan bukan malah mengulang-ulang adegan saat berada di restoran Wonderful Treehouse hingga ratusan kali. Mata gadis itu akhirnya terpejam menjelang pukul dua dini hari. Namun Amara sudah bangun begitu pagi dan memutuskan untuk berolahraga.“Ketimbang cuma melamun nggak jelas, mending olahraga. Biar seksi,” komentar Amara pada diri sendiri sembari tertawa kecil. Setelah mencuci muka dan mengenakan pakaian olahraga, gadis itu mulai melakukan pemanasan.Saat melakukan side-plank reach throughs, Amara tersungkur ke lantai. Entah bagaimana, dia kehilangan keseimbangan dan konsentrasi. Menjerit tertahan, Amara sempat mengira tangan kanannya terkilir atau patah. Untung saja dugaannya tidak terbukti.Kejadian itu cukup memadamkan niatnya untuk terus mengeluarkan keringat. Padahal dia baru berolahraga sekitar dua puluh
Read more
Setiap Kita Punya Rahasia [2]
Amara terkesima oleh informasi itu. “Aku nggak tahu soal itu,” kepalanya menggeleng. “Memang sih, aku tahu Ji Hwan harus bikin reservasi dulu sampai memilih menu. Jadi pas datang ke sana, semuanya udah disiapin.”Sophie tampak puas karena sudah mengagetkan sahabatnya. “Aku langsung nyari info setelah kamu nyebutin nama restoran itu tadi malam. Tapi nggak banyak info yang kudapat. Trus aku tadi sempat nanya-nanya sama beberapa teman SMA. Ini baru dapat jawaban yang lumayan lengkap.”Brisha mencibir, jelas tampak sebal dengan kesombongan Sophie yang menggemaskan. “Jadi, kami harus berterima kasih karena kamu udah berbaik hati berbagi informasi penting itu pada kami, ya?” sindirnya. Bukannya merasa bersalah, Sophie malah tergelak.“Ya, begitulah kira-kira. Masih ada info-info menarik lainnya, sih. Kalian beneran pengin tau?” godanya.“Ya udah, kami akan nyari info dari orang lain aja. Mungkin
Read more
Setiap Kita Punya Rahasia [3]
Pertanyaan Sophie itu membuat pipi Amara terasa terbakar. Namun kali ini dia memutuskan tidak akan menceritakan semua yang terjadi pada kedua sahabatnya tanpa menyisakan sepotong kecil rahasia yang bisa dikenangnya sendiri.“Kami nggak berkencan,” dia meralat sekali lagi. “ Dan aku sama sekali nggak tau apakah Ji Hwan bakalan mau ngajak aku keluar lagi kapan-kapan. Kalian kan tau sendiri kalau aku ... selalu kesulitan untuk bersikap santai. Kurasa, Ji Hwan kapok.”Amara tidak bisa memungkiri jika ada yang terasa terpilin di perutnya setelah kalimatnya dituntaskan. Dia buru-buru mengalihkan perhatian dengan pura-pura merogoh tas, mencari-cari sesuatu.Gadis itu sangat bersyukur ketika sebuah panggilan di ponsel Sophie menginterupsi. Brisha dan Amara hanya menyaksikan punggung Sophie menjauh. Tampaknya sahabat mereka itu membutuhkan privasi untuk bicara di telepon genggamnya. Padahal biasanya Sophie tak pernah menjauh jika harus menerima te
Read more
Setiap Kita Punya Rahasia [4]
“Aku harus segera masuk kelas, Sha” kata Amara dengan suara pelan. Gadis itu meraih tasnya yang berada di atas pangkuan. Di saat bersamaan Sophie membalikkan tubuh. Untuk  sesaat, Amara menangkap kemuraman di wajah sahabatnya itu. Namun hanya dalam waktu sekedip, Sophie sudah bersikap seperti biasa. Amara mulai yakin bahwa barusan dia sudah salah lihat.“Sophie, sudah hampir pukul sepuluh, nih!” Amara menunjuk ke arah jam tangannya.“Oke,” komentar Sophie pendek.“Dan kalian berdua ninggalin aku sendiri,” gerutu Brisha sambil ikut berdiri. “Tega!”“Boleh juga kalau kamu mau menyusup ke kelas kami, Sha. Tinggal pilih tempat duduk di belakang aja. Kamu bisa numpang tidur di kelas. Dosennya Pak Awang Satria, tertarik?” saran Sophie dengan penuh semangat.Amara dan Sophie serempak terbahak saat melihat reaksi Brisha. Gadis itu menunjukkan penolakannya dengan jelas, menggeleng
Read more
Setiap Kita Punya Rahasia [5]
Tingkah Ji Hwan membuat Amara bertanya-tanya. Setelah gadis itu bersedia memberi kesempatan langka yang membuat mereka melewatkan makan malam berdua, Ji Hwan justru tiba-tiba menghilang. Seakan-akan cowok itu sudah menuntaskan rasa penasarannya karena berhasil membuat Amara menghabiskan waktu dengannya. Dan ketika memikirkan fakta itu, entah kenapa Amara menjadi sedih dan muram.“Apa memang kayak begitu? Ji Hwan selama ini cuma merasa penasaran karena aku dianggap susah untuk ditaklukkan atau semacamnya?” tanya Amara pada diri sendiri.Akan tetapi, gadis itu kemudian tidak punya waktu untuk lebih jauh mencemaskan soal Ji Hwan meski hanya sementara. Karena Sophie tiba-tiba datang dengan sebuah kebenaran yang menggunturkan isi benak Amara dan Brisha. Kebenaran yang selama ini tak diketahui oleh keduanya.Dua hari setelah perbincangan penuh canda dan interogasi tentang makan malam Amara bersama Ji Hwan, Sophie meminta kedua sahabatnya datang ke rumahnya
Read more
Setiap Kita Punya Rahasia [6]
Selama proses pemakaman hari itu, mereka nyaris tak berbincang. Sophie duduk di dekat jenazah ibunya yang ditutupi kain batik. Doa-doa dan lantunan ayat suci mengalun dari berbagai penjuru mata angin. Amara tersiksa oleh rasa penasaran yang menyandera jiwanya. Namun dia mustahil mengajukan beragam pertanyaan di saat itu, kan?“Aku punya setumpuk pertanyaan yang berputar-putar di kepalaku. Mirip gasing,” bisik Brisha dengan suara rendah.“Aku pun sama,” sahut Amara. “Selama ini Sophie nggak pernah ngomongin soal ibunya. Aku taunya dia tinggal bareng neneknya. Makanya aku sempat ngira kalau ibunya memang udah nggak ada.”“Aku juga mikirnya kayak gitu,” dukung Brisha. “Ah, Sophie kayaknya punya rahasia yang disembunyiin. Eh, kamu tau yang mana bokapnya, Mara?”Amara memandang ke sekeliling. Sejak tadi dia tak melihat ada pria yang secara usia pantas menjadi ayah Sophie dan berada di dekat gadis itu.
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
29
DMCA.com Protection Status