Beranda / Romansa / Wonderstruck / Setiap Kita Punya Rahasia [5]

Share

Setiap Kita Punya Rahasia [5]

Penulis: Indah Hanaco
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-25 19:11:56

Tingkah Ji Hwan membuat Amara bertanya-tanya. Setelah gadis itu bersedia memberi kesempatan langka yang membuat mereka melewatkan makan malam berdua, Ji Hwan justru tiba-tiba menghilang. Seakan-akan cowok itu sudah menuntaskan rasa penasarannya karena berhasil membuat Amara menghabiskan waktu dengannya. Dan ketika memikirkan fakta itu, entah kenapa Amara menjadi sedih dan muram.

“Apa memang kayak begitu? Ji Hwan selama ini cuma merasa penasaran karena aku dianggap susah untuk ditaklukkan atau semacamnya?” tanya Amara pada diri sendiri.

Akan tetapi, gadis itu kemudian tidak punya waktu untuk lebih jauh mencemaskan soal Ji Hwan meski hanya sementara. Karena Sophie tiba-tiba datang dengan sebuah kebenaran yang menggunturkan isi benak Amara dan Brisha. Kebenaran yang selama ini tak diketahui oleh keduanya.

Dua hari setelah perbincangan penuh canda dan interogasi tentang makan malam Amara bersama Ji Hwan, Sophie meminta kedua sahabatnya datang ke rumahnya

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wonderstruck   Setiap Kita Punya Rahasia [6]

    Selama proses pemakaman hari itu, mereka nyaris tak berbincang. Sophie duduk di dekat jenazah ibunya yang ditutupi kain batik. Doa-doa dan lantunan ayat suci mengalun dari berbagai penjuru mata angin. Amara tersiksa oleh rasa penasaran yang menyandera jiwanya. Namun dia mustahil mengajukan beragam pertanyaan di saat itu, kan?“Aku punya setumpuk pertanyaan yang berputar-putar di kepalaku. Mirip gasing,” bisik Brisha dengan suara rendah.“Aku pun sama,” sahut Amara. “Selama ini Sophie nggak pernah ngomongin soal ibunya. Aku taunya dia tinggal bareng neneknya. Makanya aku sempat ngira kalau ibunya memang udah nggak ada.”“Aku juga mikirnya kayak gitu,” dukung Brisha. “Ah, Sophie kayaknya punya rahasia yang disembunyiin. Eh, kamu tau yang mana bokapnya, Mara?”Amara memandang ke sekeliling. Sejak tadi dia tak melihat ada pria yang secara usia pantas menjadi ayah Sophie dan berada di dekat gadis itu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-25
  • Wonderstruck   Setiap Kita Punya Rahasia [7]

    Sophie malah menelentang di ranjangnya yang tidak terlalu besar itu. Brisha dan Amara mengikutinya, berbaring berdesakan mengapit sang nona rumah. Kamar yang dinding-dindingnya dicat putih itu terperangkap dalam keheningan selama beberapa detik nan panjang.“Aku nggak pernah nyangka kalau suatu hari akan membahas masalah ini sama orang lain. Kalian mungkin nggak akan percaya kalau kubilang bahwa aku seumur hidup nggak punya teman akrab. Sampai aku kenal kalian berdua,” aku Sophie dengan lancar.Amara mencerna informasi itu dengan ketidakpercayaan yang begitu kental. Bagaimana bisa gadis supel yang selalu riang seperti Sophie tidak mempunyai sahabat sama sekali? Dia masih ingat kali pertama bertemu dengan Sophie. Gadis itu menyapanya tanpa canggung dan terus berusaha mendekati Amara meski mendapat penolakan berkali-kali.Seakan bisa membaca isi benak Amara, Sophie pun berujar, “Waktu ketemu kamu, aku beneran pengin jadi temenmu, Mara. Aku sendir

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-25
  • Wonderstruck   Setiap Kita Punya Rahasia [8]

    Amara bisa melihat adegan demi adegan yang melibatkan dirinya dan Cello di masa lalu. Empedunya seakan naik dan memberikan rasa pahit menakutkan yang bertahan di tenggorokan. Kisah ibunda Sophie mirip dengan yang dialami Amara. Deja vu.“Kamu yakin, Soph?” Otak Amara tidak bisa menemukan kalimat lain. Brisha bahkan menutup mulut dengan suara tertahan.Sophie akhirnya duduk di depan kedua sahabatnya. Wajahnya tampak muram dengan bayangan gelap di bawah matanya. Sophie yang biasanya selalu tampil cenderung rapi, bahkan tidak memedulikan rambutnya yang kusut dan sepertinya tidak tersentuh sisir lebih dari sehari.“Ibuku diperkosa pacarnya. Tapi kasusnya beda sama kamu, Mara. Ibu nyembunyiin semuanya sampai usia kandungannya nyaris lima bulan. Janinnya adalah aku.”Bibir Amara terbuka. Brisha malah mulai terisak dengan suara rendah. Amara juga sangat ingin bisa seperti itu, menumpahkan rasa sedihnya dengan pantas. Bayangan per

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-25
  • Wonderstruck   Kisah Kita Belum Berakhir [1]

    Entah berapa lama Amara termangu dengan pikiran tak keruan. Mana pernah gadis itu membayangkan jika Sophie yang santai dan ceria itu menyimpan rahasia getir yang mematikan. Dia tidak tahu bagaimana Sophie bisa bertahan selama ini. Karena gadis itu menyiratkan bahwa dia tidak memiliki problem besar dalam hidup. Siapa pun yang melihat dan mengenal Sophie, pasti mengira bahwa gadis itu selalu bahagia.Ah, inilah contoh nyata bahwa sampul tak selalu mencerminkan isi.Terlahir sebagai anak korban perkosaan yang nyaris tidak pernah merasakan kasih sayang orangtua, tidak terbayangkan rasanya. Amara sangat yakin, tidak akan ada kata-kata penghiburan yang bisa menenangkan sahabatnya. Terlalu banyak rasa sakit yang sudah ditanggung Sophie. Amara cuma bisa merasa takjub bagaimana Sophie bisa melewatkan hari demi harinya selama ini.“Kakek meninggal nggak lama setelah aku lahir. Jadi, aku pun nggak pernah kenal kakekku sendiri. Sejak dulu cuma ada Nenek. Aku pun nggak

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-26
  • Wonderstruck   Kisah Kita Belum Berakhir [2]

    Amara tidak akan sanggup andai diminta bertukar tempat dengan Sophie meski cuma dalam hitungan jam. Apalagi saat dia mendengar Brisha bertanya tentang perasaan Sophie terhadap sang ayah.“Andai bisa, memang pengin banget benci sama orang yang udah nyelakain ibuku sampai kayak begini, Sha. Tapi, apa itu ada gunanya? Benci sama seseorang cuma bikin jiwaku sakit. Hidupku nggak akan bisa nyaman.” Sophie memandang kedua sahabatnya dengan ketenangan yang mengagumkan. Meski dia tidak mampu menahan suaranya yang terdengar bergetar. “Aku akhirnya cuma bisa berterima kasih. Karena tanpa Ayah aku mustahil bisa berada di depan kalian saat ini.”Kata-kata Sophie itu membuat Amara memeluk sahabatnya. Tenggorokan Amara terasa penuh tapi dia tetap tak bisa menitikkan air mata.Amara melihat sosok Sophie yang berbeda jauh dari apa yang ditampilkan gadis itu sehari-hari. Keceriaan Sophie benar-benar mendebu, berganti rupa dengan keseriusan yang seharusnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-26
  • Wonderstruck   Kisah Kita Belum Berakhir [3]

    Amara tidak berselera melakukan aktivitas apa pun di luar olahraga. Dia bahkan sempat membolos kuliah hingga dua hari dan mengabaikan pertanyaan dari Merry. Gadis itu merasa dia berhak untuk berduka sendiri dengan cara yang dipilihnya. Untung saja ibunya sekarang ini jauh lebih pengertian dan tak pernah lagi mendesak atau memaksakan keinginan. Sejak tahu bahwa Amara nyaris mengakhiri hiddupnya, Merry berubah lebih sabar dan menahan diri.“Apa kamu sakit, Mara?” tanya Ika yang sengaja datang ke kamar gadis itu, di pagi kedua Amara membolos. “Kamu belum keluar kamar untuk sarapan. Padahal ini udah lumayan siang. Mau dibawain sarapan ke sini? Saya tadi bikin nasi goreng teri medan.”Air liur Amara seolah berkumpul di mulut saat mendengar menu yang dimasak Ika pagi ini. Dia dan almarhum ayahnya adalah penyuka nasi goreng teri medan. “Nanti aku makan di dapur aja, Mbak. Aku nggak apa-apa, kok. Cuma lagi sedih aja.”Tanpa diminta, A

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-26
  • Wonderstruck   Kisah Kita Belum Berakhir [4]

    “Ada apa?” tanya Amara tanpa basa-basi.“Aku nggak sempat ngomong sama kamu kalau aku terpaksa berangkat ke Korea bareng papaku. Maaf, ya. Semua serba terburu-buru. Hapeku ketinggalan di kasur pas lagi beres-beres mau pergi. Baru ngeh waktu udah di bandara. Itu pun gara-gara aku mau nelepon kamu. Kukira ponsel ada di kantong, ternyata nggak ada. Mau balik lagi ke rumah pun udah nggak mungkin. Mau pinjam hape Papa, aku nggak hafal nomormu. Jadinya ya udah, nggak bisa ngabarin sama sekali.”Amara tidak menutupi kekagetannya. “Selama ini kamu pergi ke Korea?”Ji Hwan mengangguk. “Kami menghadiri pemakaman kakak tertua papaku yang tinggal di sana. Beliau mengalami kecelakaan. Tadinya Papa ingin pergi sendiri tapi aku nggak tega. Karena kayaknya Papa lagi sedih banget. Makanya kutemenin. Kami nyampe Jakarta tadi malam. Tadinya mau buru-buru nelepon kamu tapi udah terlalu malam. Kupikir, mending ngomong langsung aja.”

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-27
  • Wonderstruck   Kisah Kita Belum Berakhir [5]

    Ji Hwan tersenyum, membuat Amara terkesima. Dia tidak mengira jika ajakannya bisa membuat mata cowok itu berbinar lembut. Kemuramannya agak menyusut. Dan fakta itu membuat Amara tidak mampu menghalau rasa girang yang melanda dadanya. Seketika dia melupakan semua perasaan sakit karena Ji Hwan seolah menghilang selama berhari-hari. Karena kini Amara tahu jawabannya. Dan dia percaya bahwa cowok itu tidak berdusta.“Kamu atau aku yang nyetir?” tanya Ji Hwan. “Aku aja, ya?”“Oke,” balas Amara pendek. Dia menyerahkan kunci mobil yang masih berada di tangan kanannya.Gadis itu setengah memejamkan mata saat berbalik ke arah mobilnya. Dia takut akan berubah pikiran dan membuat keputusan yang bisa mengecewakan Ji Hwan. Entah kenapa, membayangkan bahwa dia akan membuat cowok itu bersusah hati malah menciptakan riak tidak nyaman yang membanjirinya.“Apa kamu cukup hafal jalanan di sini, Ji Hwan?” tanya Amara seraya mema

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-27

Bab terbaru

  • Wonderstruck   Epilog

    Amara sering mendengar kalimat tentang cinta yang bisa mengubah hidup seseorang dengan drastis. Dan selama ini dia kerap mencibir, tidak memercayai hal itu sama sekali. Baginya, orang-orang yang sedang jatuh cinta itu cuma melebih-lebihkan saja.Akan tetapi, kini cibirannya itu justru berbalik menyerang Amara. Menjadi bumerang yang membuatnya jengah. Jika boleh jujur, Amara bahkan tidak tahu kalau efek cinta yang dirasakannya itu ternyata jauh lebih besar dibanding bayangan gadis itu. Amara mengira hidupnya sudah remuk dan takkan bisa lagi kembali normal. Bahagia itu cuma sebuah mimpi lancang yang terlarang untuknya.Hingga Seo Ji Hwan hadir dalam dunianya, memainkan sihir ajaib yang tidak pernah terduga.Membuka hatinya lagi untuk Ji Hwan setelah tahu siapa cowok itu, sama sekali tidak mudah. Akan tetapi, memaksa Ji Hwan menjauh dan membiarkan cowok itu lenyap dari hidup Amara selamanya, jauh lebih tidak tertanggungkan. Cinta Amara untuk cowok itu sudah bertumb

  • Wonderstruck   My Other Half [7]

    Kata-kata Ji Hwan itu mengejutkan Amara. Dia pun merespons. “Pasti itu melibatkan cewek yang namanya Rita tadi,” tebak Amara dengan perasaan terganggu. Cemburu.“Memang iya,” aku Ji Hwan dengan jujur. Pengakuan itu membuat Amara berjengit.“Dan tadi dia menggandengmu dengan mesra,” Amara menahan diri agar tidak mengomel panjang. “Aku dan Sophie ngeliat semuanya.”“Dia memang menggandengku, Mara. Tapi seingatku, buru-buru kulepaskan. Nggak ada yang bisa dianggap ‘mesra’ di situ,” ralat Ji Hwan. Kedua tangannya terangkat dan membuat tanda petik di udara. “Kalau memang kamu secemburu itu, seharusnya kamu nggak pernah ngelepasin aku,” dia menambahkan.Amara menoleh ke kanan, mengira akan melihat Ji Hwan tersenyum jail. Namun ternyata tidak. Ji Hwan terlihat sangat serius dengan kata-katanya. Matanya yang agak sipit itu menatap Amara dengan kesungguhan yang luar biasa.

  • Wonderstruck   My Other Half [6]

    Ji Hwan tertawa geli. Amara benar-benar merasa lega karena akhirnya bisa melihat cowok itu tergelak lagi. Lesung pipitnya begitu menyihir. Amara sekarang baru menyadari betapa dia sangat merindukan Ji Hwan. Dia tidak tahu bagaimana selama ini bisa bertahan, bahkan sampai bersikap memusuhi cowok itu. Amara pun tak sudi mendengar semua pembelaan diri dari Ji Hwan.“Sophie juga udah ngingetin aku tentang kamu yang gengsi banget untuk mengakui perasaanmu sama aku,” aku Ji Hwan.Amara mendesah tak berdaya. “Kalau nanti ketemu Sophie, aku akan menjahit mulutnya,” ucap gadis itu. “Dia sama sekali nggak bisa menjaga rahasia.”Ji Hwan tertawa kecil. “Sophie nggak punya maksud jelek. Dia cuma ingin membantu kita berdua,” katanya. “Heartling, bisa nggak sih, kita berhenti berantem dan ngucapin kata-kata yang nyakitin hati? Aku beneran jatuh cinta sama kamu. Aku menyesali semua yang harus kamu alami. Aku lebih nyesal lag

  • Wonderstruck   My Other Half [5]

    Wajah Amara menghangat. Kata-kata Ji Hwan itu membuatnya jengah. Dia sempat mengerjap sambil menatap sang mantan, tak yakin bagaimana Ji Hwan tampak berbeda dibanding kemarin. Hari ini, Ji Hwan tampak lebih santai dan bisa mengucapkan kata-kata yang mengejutkan. Meski tak terlihat lesung pipitnya yang begitu disukai Amara.“Kenapa aku harus cemburu?” Amara mengerutkan glabelanya. “Ji Hwan, kita beneran konyol banget karena ngebahas hal-hal yang nggak penting. Sekarang, balik ke masalah yang sebenarnya. Kamu ngajak aku ke sini untuk ngebahas apa?” tanya Amara. Dia berusaha bersikap setenang mungkin meski nyatanya jantung Amara terasa menggila lagi.“Bukannya kamu merindukanku?” Ji Hwan malah balas bertanya. Pertanyaan itu begitu mengejutkan, seperti bom yang dijatuhkan di keheningan malam.“Apa?” Amara yakin dia sudah salah dengar.Ji Hwan menjawab dengan sabar. Nada sinis yang tadi tertangkap di telinga Amar

  • Wonderstruck   My Other Half [4]

    “Kamu sakit ya, Mara? Wajahmu agak pucat,” cetus Ji Hwan dengan napas memburu. Menurut tebakan Amara, cowok itu pasti berlari saat kembali ke tempatnya menunggu.“Aku nggak sakit.” Seisi dada Amara dipenuhi permohonan, berharap Ji Hwan mau memanggilnya “Heartling” lagi. Permohonan yang tidak mampu dilisankan Amara di depan cowok itu. Sesaat kemudian, gadis itu memarahi dirinya sendiri. Memangnya apa yang diharapkannya? Ji Hwan sudah melakuakan segalanya untuk mempertahankan Amara. Akan tetapi, Amara sendiri yang menolak Ji Hwan berkali-kali.Ji Hwan melihat ke arah jam tangannya. “Kita bisa pergi sekarang? Atau kamu mau makan siang dulu?”Amara menggeleng. “Aku nggak lapar.”Setelahnya, gadis itu berjalan bersisian dengan Ji Hwan menuju tempat parkir motor di fakultas cowok itu. Tak ada yang membuka mulut. Amara pun sama sekali tidak berkomentar saat mantan pacarnya menyerahkan sebuah helm kepada

  • Wonderstruck   My Other Half [3]

    Namun Amara tidak mampu mensterilkan diri dari perasaan senang saat melihat Rita menjadi salah tingkah dengan wajah agak pias. Mereka saling sapa dengan canggung. Amara juga merasa lega karena Ji Hwan tidak mengoreksi kata-kata Sophie tadi.Kurang dari tiga menit kemudian Rita pamit dengan alasan harus masuk kelas. Tak lama kemudian Sophie pun menyusul. Tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu menyesali caranya mengintimidasi Rita. Sophie malah terkesan puas dengan kelakuannya barusan. Kini, yang tinggal hanya Amara, berdiri berhadapan dengan mantan pacarnya dengan canggung. Gadis itu memindahkan berat badannya dari kaki kanan ke kaki kiri. Tidak ada yang bicara hingga berdetik-detik. Sementara mahasiswa berlalu-lalang di sekitar mereka.“Amara, kenapa belum pulang? Masih ada kuliah, ya?”Tanpa melihat pun Amara tahu bahwa Reuben yang barusan menyapanya. Dosennya itu berhenti sambil menatap Amara. Berdiri di depan dua pria yang pernah menjanjikan hati m

  • Wonderstruck   My Other Half [2]

    Amara belum pernah merasakan siksaan luar biasa saat mengikuti kuliah. Ji Hwan yang sudah memperkenalkannya pada perasaan asing yang membuatnya tak berdaya itu. Amara mengutuki waktu yang melamban dan jarum jam yang seakan tidak bergerak. Seolah-olah waltu membeku begitu saja.“Mara, bisa duduk diam nggak, sih?” protes Sophie. “Kalau kamu bergerak-gerak terus di kursimu, mungkin bakalan dikira kena wasir.”Kalimat seenaknya dari Sophie itu membuat Amara menendang kaki sahabatnya dengan gerakan pelan. Sophie malah terkikik geli dan buru-buru menundukkan wajah agar tak ketahuan dosen sedang tertawa.“Pasti kamu udah nggak sabar pengin buru-buru keluar dari sini, kan?” tebak Sophie ketika akhirnya kelas berakhir. Seringai jailnya tidak mampu membuat perasaan Amara membaik. “Tersiksa banget kan, Mara?”Amara mengabaikan gurauan sahabatnya. “Sophie, nanti kalau ketemu Ji Hwan, aku harus ngomong apa? Aku ben

  • Wonderstruck   My Other Half [1]

    Amara melangkah pelan dengan kepala tertunduk. Sophie menggandeng lengan kanannya. Setelah menghabiskan waktu di kantin, mereka akhirnya menuju ruang kelas. Perkuliahan akan dimulai sekitar sepuluh menit lagi. Perbincangan Amara dan Sophie tidak mendapat titik temu seputar jalan keluar untuk soal Ji Hwan. Amara sudah kehilangan semangat. Dia yakin, kini dia merasakan patah hati dalam arti sebenarnya.Amara tahu, rasa sakit yang harus ditanggungnya pasti tak akan ringan. Setelah semua kemarahannya mereda dan akal sehat yang berbicara, pastilah rasanya berbeda dibanding malam tahun baru itu. Saat dia memutuskan hubungan dengan Ji Hwan tanpa perasaan.“Kamu terlalu jauh dijajah gengsi. Itu kebiasaan jelek, Mara. Gengsi itu perlu tapi ya harus pada tempatnya. Kalau memang....” Sophie tidak melanjutkan kalimatnya.Heran karena Sophie tak lagi bicara, Amara berujar, “Silakan terus mengejek dan menceramahiku. Masa sih kamu udah capek? Kayaknya ini bar

  • Wonderstruck   Biar Hati Bicara [8]

    Sophie sudah digariskan menjadi orang yang tak mudah dipuaskan. Dan meski sudah ikut melihat adegan tadi, gadis itu merasa bahwa reaksi Amara terlalu berlebihan. Cemburu yang tidak pada tempatnya. Bagi Sophie, tak seharusnya semangat Amara melempem begitu saja. Gadis itu tanpa sungkan mengutarakan opininya.“Katanya rindu, tapi udah langsung nyerah cuma karena ngeliat ada pengagum Ji Hwan yang lagi usaha untuk narik perhatian,” sindirnya. Sophie tidak menyembunyikan rasa gelinya. Tawanya menyusul kemudian, membuat Amara merengut sekaligus kesal.“Aku nggak cemburu, kalau itu yang kamu maksud,” balas Amara, defensif.Sophie mengabaikan kata-kata Amara. “Kamu ingat nama cewek itu? Rita kan, ya?”Amara berusaha keras menggali memorinya tapi gagal total. “Entahlah, aku sama sekali nggak ingat. Cuma kenal mukanya doang.”“Hmmm, aku maklum, sih. Sebelum ini, kamu terlalu asyik berdua sama Ji Hwan, sih

DMCA.com Protection Status