Beranda / Romansa / Wonderstruck / Kisah Kita Belum Berakhir [4]

Share

Kisah Kita Belum Berakhir [4]

Penulis: Indah Hanaco
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-27 11:41:28

“Ada apa?” tanya Amara tanpa basa-basi.

“Aku nggak sempat ngomong sama kamu kalau aku terpaksa berangkat ke Korea bareng papaku. Maaf, ya. Semua serba terburu-buru. Hapeku ketinggalan di kasur pas lagi beres-beres mau pergi. Baru ngeh waktu udah di bandara. Itu pun gara-gara aku mau nelepon kamu. Kukira ponsel ada di kantong, ternyata nggak ada. Mau balik lagi ke rumah pun udah nggak mungkin. Mau pinjam hape Papa, aku nggak hafal nomormu. Jadinya ya udah, nggak bisa ngabarin sama sekali.”

Amara tidak menutupi kekagetannya. “Selama ini kamu pergi ke Korea?”

Ji Hwan mengangguk. “Kami menghadiri pemakaman kakak tertua papaku yang tinggal di sana. Beliau mengalami kecelakaan. Tadinya Papa ingin pergi sendiri tapi aku nggak tega. Karena kayaknya Papa lagi sedih banget. Makanya kutemenin. Kami nyampe Jakarta tadi malam. Tadinya mau buru-buru nelepon kamu tapi udah terlalu malam. Kupikir, mending ngomong langsung aja.”

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wonderstruck   Kisah Kita Belum Berakhir [5]

    Ji Hwan tersenyum, membuat Amara terkesima. Dia tidak mengira jika ajakannya bisa membuat mata cowok itu berbinar lembut. Kemuramannya agak menyusut. Dan fakta itu membuat Amara tidak mampu menghalau rasa girang yang melanda dadanya. Seketika dia melupakan semua perasaan sakit karena Ji Hwan seolah menghilang selama berhari-hari. Karena kini Amara tahu jawabannya. Dan dia percaya bahwa cowok itu tidak berdusta.“Kamu atau aku yang nyetir?” tanya Ji Hwan. “Aku aja, ya?”“Oke,” balas Amara pendek. Dia menyerahkan kunci mobil yang masih berada di tangan kanannya.Gadis itu setengah memejamkan mata saat berbalik ke arah mobilnya. Dia takut akan berubah pikiran dan membuat keputusan yang bisa mengecewakan Ji Hwan. Entah kenapa, membayangkan bahwa dia akan membuat cowok itu bersusah hati malah menciptakan riak tidak nyaman yang membanjirinya.“Apa kamu cukup hafal jalanan di sini, Ji Hwan?” tanya Amara seraya mema

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-27
  • Wonderstruck   Kisah Kita Belum Berakhir [6]

    Ji Hwan bersuara, “Kenapa harus berkali-kali minta maaf, Mara? Aku malah suka kalau kamu banyak bicara. Aku senang kalau kamu mau berbagi banyak hal.”Amara tersipu-sipu lagi. Entah kenapa. Dia bahkan tak kuasa membalas ucapan Ji Hwan. Gadis itu masih menunduk sembari menahan diri agar tak tersenyum lebar.“Makasih karena udah percaya sama aku. Maksudku, karena kamu udah berkenan cerita tentang dosenmu. Aku memang pengin tahu banyak hal tentang kamu, Mara.”Amara benci karena dia kesulitan bicara sebagai respons kata-kata Ji Hwan. Cemas dia malah lebih banyak melontarkan kalimat yang dungu, gadis itu memilih untuk mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Suara ponselnya yang menandakan pesan masuk, sempat menginterupsi. Namun Amara memilih untuk mengabaikannya. Sementara itu, mobil yang dikemudikan Ji Hwan itu pun mulai bergerak meninggalkan area parkir.“Mara, boleh aku minta satu hal?” tanya Ji Hwan tiba-tiba. Amara kembali

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-27
  • Wonderstruck   Kisah Kita Belum Berakhir [7]

    Gedung luar milik Griya Cokelat yang menjulang di depan mereka membuat Amara tidak sempat terlalu lama teraduk oleh perasaan tidak nyaman. Hati gadis itu terhibur melihat antusiasme yang ditunjukkan Ji Hwan. Setidaknya hari ini Amara berhasil mengusir kemuraman yang tadi dilihatnya di wajah cowok itu.Amara mengajak Ji Hwan menuju pabrik cokelat yang bisa dimasuki pengunjung. Seorang pemandu langsung menyambut keduanya dengan senyum lebar yang menyiratkan keramahan. Aroma cokelat menggantung di setiap sudut ruangan luas itu.Keduanya menyaksikan bagaimana para pekerja melakukan aktivitasnya untuk membuat aneka penganan berbahan dasar cokelat. Semua kudapan itu bisa didapat di kafe. Jika ingin, pengunjung bahkan bisa memesan ukuran dan bentuk makanan yang diinginkan secara khusus. Sayangnya, Griya Cokelat tidak melayani pembelian secara online. Semua pembeli harus datang ke gedung itu dan memilih sendiri yang mereka inginkan.“Mara, aku lapar,&rdqu

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-27
  • Wonderstruck   Cerita Cinta [1]

    Ji Hwan tidak mampu menggambarkan kelegaan karena Amara tidak menepis tangannya. Barusan ada keberanian gila yang mendorongnya untuk menggenggam jemari langsing Amara. Bukannya Ji Hwan tidak cemas Amara akan memaki atau meninjunya. Atau minimal meninggalkannya sendiri di Griya Cokelat.Meski demikan, Ji Hwan tetap memberanikan diri melakukan aksi itu tanpa pikir panjang. Menurut cowok itu, dia harus mengambil risiko itu jika tidak ingin hubungan mereka cuma jalan di tempat. Dan melihat respons Amara, rasa bahagia yang membanjiri Ji Hwan itu terlalu sulit untuk diuraikan dengan kata-kata.“Dari ini, kamu mau ke mana lagi? Ada tempat lain yang ingin dituju?” tanya Ji Hwan. Cowok itu mengecek arlojinya. Saat itu sudah hampir pukul satu. “Perutku kenyang, tapi aku tetap ingin makan sesuatu yang agak pedas.”Amara tersenyum sembari menatap Ji Hwan. Mereka masih berjalan bersisian menuju area parkir, tempat mobil Amara terparkir. “S

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-28
  • Wonderstruck   Cerita Cinta [2]

    Ji Hwan bukannya tidak gentar dengan perasaannya. Dia belum pernah berhadapan dengan emosi seintens ini. Entah kenapa, Amara begitu berbeda di matanya. Hati cowok itu pun yakin jika dia membutuhkan Amara. Seakan gadis itu menjadi kepingan pelengkap yang akan menyempurnakan sukmanya.Ah, mungkin itu kata-kata gombal yang terdengar murahan. Namun Ji Hwan tak peduli jika memang dianggap demikian. Karena nyatanya, Amara memang sepenting itu baginya. Gadis itu membuatnya merasai emosi yang tak pernah dikecapnya sebelum ini.Perasaan yang aneh dan tak mampu dienyahkan Ji Hwan begitu saja. Terutama setelah makan malam di Wonderful Treehouse malam itu. Melihat Amara bisa bersikap santai membuat perasaan Ji Hwan kian menggemuruh. Tawa dan senyum gadis itu mirip hadiah utama dari sebuah undian berisiko yang nekat diikutinya.“Memangnya di rumahmu sering masak menu Indonesia, ya? Maksudku, waktu kamu ada di Singapura?” tanya Amara lagi.“Iya. Asist

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-28
  • Wonderstruck   Cerita Cinta [3]

    Ji Hwan berharap bahwa Amara tidak serius dengan ucapannya barusan. Awalnya, dia mengira jika gadis itu cuma bercanda. Namun akhirnya dia tahu bahwa Amara tidak sedang bergurau. Apalagi, gadis itu memberi penegasan kemudian.“Hmmm ... iya. Karena kamu kan ngilang begitu aja. Kukira, kamu udah menuntaskan rasa penasaranmu. Kamu udah tahu seperti apa rasanya makan malam denganku, gadis galak yang suka marah tanpa alasan jelas,” imbuh Amara dengan tatapan tertuju ke depan.Ji Hwan terperangah. Dia menoleh ke kiri dan mendapati siluet wajah Amara dengan ekspresi seriusnya. “Kamu kira seperti itu?” tanyanya tak percaya.Amara menggumamkan sesuatu yang ditangkap Ji Hwan sebagai “Iya, tentu saja”. Sekedip kemudian cowok itu tergelak kencang hingga menghabiskan waktu berdetik-detik. Cemas akan konsentrasinya yang terbelah, Ji Hwan akhirnya menepikan mobilnya. Ditatapnya Amara yang tampak serbasalah dengan wajah memerah maksimal.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-28
  • Wonderstruck   Cerita Cinta [4]

    “Mara, kamu masih mau makan malam denganku, kan? Nggak akan menolak kalau kuajak lagi?” tanya Ji Hwan tiba-tiba. Cowok itu berdeham pelan. “Aku minta maaf kalau kamu jadi merasa kurang nyaman. Entahlah, di dekatmu aku jadi rajin mengoceh nggak keruan. Tapi aku bisa meyakinkanmu kalau semua kata-kataku itu bukan sekadar omongan kosong yang tak ada artinya.”Amara tersenyum tipis karena tidak mampu melakukan yang lebih dari itu. “Aku sama sekali nggak merasa terganggu, kok. Karena aku pun sering ngoceh ngalor-ngidul nggak keruan. Jadi, kita berdua impas.”Tuh, tampaknya dia sudah mulai tertulari kebiasaan Ji Hwan yang bisa dengan lugas membicarakan perasaannya. Amara mulai yakin, dia pun tidak keberatan melakukan hal yang sama tiap berdekatan dengan cowok itu.Ji Hwan bergurau, “Makasih karena nggak nggak menganggapku sebagai orang aneh.”Kali ini, Amara tidak kuasa untuk menutup mulut tanpa protes. “Seh

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-29
  • Wonderstruck   Cerita Cinta [5]

    Saat Ji Hwan menawari Amara untuk mendatangi toko yoghurt sebelum mereka menonton di bioskop, gadis itu langsung setuju. Amara baru tersadar kalau mereka belum pernah nonton berdua. Selama ini Ji Hwan mengajaknya mengunjungi restoran-restoran yang cukup unik. Atau yang memang menyediakan makanan dengan cita rasa luar biasa enak. Akan tetapi, Wonderful Treehouse tetap menjadi favorit Amara. Mereka sudah mengunjungi tempat itu hingga tiga kali.“Kamu betul-betul suka datang ke sini, ya? Aku pun sama. Cuma, mungkin alasan kita nggak akan sama persis,” komentar Ji Hwan saat terakhir kali mereka mendatangi Wonderful Treehouse. “Boleh tau alasan kenapa kamu suka datang ke sini, Mara?”Meski merasa jengah, Amara tetap menjawab. “Karena tempatnya istimewa.”Ji Hwan tersenyum. “Kalau aku, karena bisa datang ke sini bareng kamu. Karena kamu akhirnya mau makan malam denganku. Tapi, sejujurnya, aku punya tempat favorit lain. Bisa me

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-29

Bab terbaru

  • Wonderstruck   Epilog

    Amara sering mendengar kalimat tentang cinta yang bisa mengubah hidup seseorang dengan drastis. Dan selama ini dia kerap mencibir, tidak memercayai hal itu sama sekali. Baginya, orang-orang yang sedang jatuh cinta itu cuma melebih-lebihkan saja.Akan tetapi, kini cibirannya itu justru berbalik menyerang Amara. Menjadi bumerang yang membuatnya jengah. Jika boleh jujur, Amara bahkan tidak tahu kalau efek cinta yang dirasakannya itu ternyata jauh lebih besar dibanding bayangan gadis itu. Amara mengira hidupnya sudah remuk dan takkan bisa lagi kembali normal. Bahagia itu cuma sebuah mimpi lancang yang terlarang untuknya.Hingga Seo Ji Hwan hadir dalam dunianya, memainkan sihir ajaib yang tidak pernah terduga.Membuka hatinya lagi untuk Ji Hwan setelah tahu siapa cowok itu, sama sekali tidak mudah. Akan tetapi, memaksa Ji Hwan menjauh dan membiarkan cowok itu lenyap dari hidup Amara selamanya, jauh lebih tidak tertanggungkan. Cinta Amara untuk cowok itu sudah bertumb

  • Wonderstruck   My Other Half [7]

    Kata-kata Ji Hwan itu mengejutkan Amara. Dia pun merespons. “Pasti itu melibatkan cewek yang namanya Rita tadi,” tebak Amara dengan perasaan terganggu. Cemburu.“Memang iya,” aku Ji Hwan dengan jujur. Pengakuan itu membuat Amara berjengit.“Dan tadi dia menggandengmu dengan mesra,” Amara menahan diri agar tidak mengomel panjang. “Aku dan Sophie ngeliat semuanya.”“Dia memang menggandengku, Mara. Tapi seingatku, buru-buru kulepaskan. Nggak ada yang bisa dianggap ‘mesra’ di situ,” ralat Ji Hwan. Kedua tangannya terangkat dan membuat tanda petik di udara. “Kalau memang kamu secemburu itu, seharusnya kamu nggak pernah ngelepasin aku,” dia menambahkan.Amara menoleh ke kanan, mengira akan melihat Ji Hwan tersenyum jail. Namun ternyata tidak. Ji Hwan terlihat sangat serius dengan kata-katanya. Matanya yang agak sipit itu menatap Amara dengan kesungguhan yang luar biasa.

  • Wonderstruck   My Other Half [6]

    Ji Hwan tertawa geli. Amara benar-benar merasa lega karena akhirnya bisa melihat cowok itu tergelak lagi. Lesung pipitnya begitu menyihir. Amara sekarang baru menyadari betapa dia sangat merindukan Ji Hwan. Dia tidak tahu bagaimana selama ini bisa bertahan, bahkan sampai bersikap memusuhi cowok itu. Amara pun tak sudi mendengar semua pembelaan diri dari Ji Hwan.“Sophie juga udah ngingetin aku tentang kamu yang gengsi banget untuk mengakui perasaanmu sama aku,” aku Ji Hwan.Amara mendesah tak berdaya. “Kalau nanti ketemu Sophie, aku akan menjahit mulutnya,” ucap gadis itu. “Dia sama sekali nggak bisa menjaga rahasia.”Ji Hwan tertawa kecil. “Sophie nggak punya maksud jelek. Dia cuma ingin membantu kita berdua,” katanya. “Heartling, bisa nggak sih, kita berhenti berantem dan ngucapin kata-kata yang nyakitin hati? Aku beneran jatuh cinta sama kamu. Aku menyesali semua yang harus kamu alami. Aku lebih nyesal lag

  • Wonderstruck   My Other Half [5]

    Wajah Amara menghangat. Kata-kata Ji Hwan itu membuatnya jengah. Dia sempat mengerjap sambil menatap sang mantan, tak yakin bagaimana Ji Hwan tampak berbeda dibanding kemarin. Hari ini, Ji Hwan tampak lebih santai dan bisa mengucapkan kata-kata yang mengejutkan. Meski tak terlihat lesung pipitnya yang begitu disukai Amara.“Kenapa aku harus cemburu?” Amara mengerutkan glabelanya. “Ji Hwan, kita beneran konyol banget karena ngebahas hal-hal yang nggak penting. Sekarang, balik ke masalah yang sebenarnya. Kamu ngajak aku ke sini untuk ngebahas apa?” tanya Amara. Dia berusaha bersikap setenang mungkin meski nyatanya jantung Amara terasa menggila lagi.“Bukannya kamu merindukanku?” Ji Hwan malah balas bertanya. Pertanyaan itu begitu mengejutkan, seperti bom yang dijatuhkan di keheningan malam.“Apa?” Amara yakin dia sudah salah dengar.Ji Hwan menjawab dengan sabar. Nada sinis yang tadi tertangkap di telinga Amar

  • Wonderstruck   My Other Half [4]

    “Kamu sakit ya, Mara? Wajahmu agak pucat,” cetus Ji Hwan dengan napas memburu. Menurut tebakan Amara, cowok itu pasti berlari saat kembali ke tempatnya menunggu.“Aku nggak sakit.” Seisi dada Amara dipenuhi permohonan, berharap Ji Hwan mau memanggilnya “Heartling” lagi. Permohonan yang tidak mampu dilisankan Amara di depan cowok itu. Sesaat kemudian, gadis itu memarahi dirinya sendiri. Memangnya apa yang diharapkannya? Ji Hwan sudah melakuakan segalanya untuk mempertahankan Amara. Akan tetapi, Amara sendiri yang menolak Ji Hwan berkali-kali.Ji Hwan melihat ke arah jam tangannya. “Kita bisa pergi sekarang? Atau kamu mau makan siang dulu?”Amara menggeleng. “Aku nggak lapar.”Setelahnya, gadis itu berjalan bersisian dengan Ji Hwan menuju tempat parkir motor di fakultas cowok itu. Tak ada yang membuka mulut. Amara pun sama sekali tidak berkomentar saat mantan pacarnya menyerahkan sebuah helm kepada

  • Wonderstruck   My Other Half [3]

    Namun Amara tidak mampu mensterilkan diri dari perasaan senang saat melihat Rita menjadi salah tingkah dengan wajah agak pias. Mereka saling sapa dengan canggung. Amara juga merasa lega karena Ji Hwan tidak mengoreksi kata-kata Sophie tadi.Kurang dari tiga menit kemudian Rita pamit dengan alasan harus masuk kelas. Tak lama kemudian Sophie pun menyusul. Tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu menyesali caranya mengintimidasi Rita. Sophie malah terkesan puas dengan kelakuannya barusan. Kini, yang tinggal hanya Amara, berdiri berhadapan dengan mantan pacarnya dengan canggung. Gadis itu memindahkan berat badannya dari kaki kanan ke kaki kiri. Tidak ada yang bicara hingga berdetik-detik. Sementara mahasiswa berlalu-lalang di sekitar mereka.“Amara, kenapa belum pulang? Masih ada kuliah, ya?”Tanpa melihat pun Amara tahu bahwa Reuben yang barusan menyapanya. Dosennya itu berhenti sambil menatap Amara. Berdiri di depan dua pria yang pernah menjanjikan hati m

  • Wonderstruck   My Other Half [2]

    Amara belum pernah merasakan siksaan luar biasa saat mengikuti kuliah. Ji Hwan yang sudah memperkenalkannya pada perasaan asing yang membuatnya tak berdaya itu. Amara mengutuki waktu yang melamban dan jarum jam yang seakan tidak bergerak. Seolah-olah waltu membeku begitu saja.“Mara, bisa duduk diam nggak, sih?” protes Sophie. “Kalau kamu bergerak-gerak terus di kursimu, mungkin bakalan dikira kena wasir.”Kalimat seenaknya dari Sophie itu membuat Amara menendang kaki sahabatnya dengan gerakan pelan. Sophie malah terkikik geli dan buru-buru menundukkan wajah agar tak ketahuan dosen sedang tertawa.“Pasti kamu udah nggak sabar pengin buru-buru keluar dari sini, kan?” tebak Sophie ketika akhirnya kelas berakhir. Seringai jailnya tidak mampu membuat perasaan Amara membaik. “Tersiksa banget kan, Mara?”Amara mengabaikan gurauan sahabatnya. “Sophie, nanti kalau ketemu Ji Hwan, aku harus ngomong apa? Aku ben

  • Wonderstruck   My Other Half [1]

    Amara melangkah pelan dengan kepala tertunduk. Sophie menggandeng lengan kanannya. Setelah menghabiskan waktu di kantin, mereka akhirnya menuju ruang kelas. Perkuliahan akan dimulai sekitar sepuluh menit lagi. Perbincangan Amara dan Sophie tidak mendapat titik temu seputar jalan keluar untuk soal Ji Hwan. Amara sudah kehilangan semangat. Dia yakin, kini dia merasakan patah hati dalam arti sebenarnya.Amara tahu, rasa sakit yang harus ditanggungnya pasti tak akan ringan. Setelah semua kemarahannya mereda dan akal sehat yang berbicara, pastilah rasanya berbeda dibanding malam tahun baru itu. Saat dia memutuskan hubungan dengan Ji Hwan tanpa perasaan.“Kamu terlalu jauh dijajah gengsi. Itu kebiasaan jelek, Mara. Gengsi itu perlu tapi ya harus pada tempatnya. Kalau memang....” Sophie tidak melanjutkan kalimatnya.Heran karena Sophie tak lagi bicara, Amara berujar, “Silakan terus mengejek dan menceramahiku. Masa sih kamu udah capek? Kayaknya ini bar

  • Wonderstruck   Biar Hati Bicara [8]

    Sophie sudah digariskan menjadi orang yang tak mudah dipuaskan. Dan meski sudah ikut melihat adegan tadi, gadis itu merasa bahwa reaksi Amara terlalu berlebihan. Cemburu yang tidak pada tempatnya. Bagi Sophie, tak seharusnya semangat Amara melempem begitu saja. Gadis itu tanpa sungkan mengutarakan opininya.“Katanya rindu, tapi udah langsung nyerah cuma karena ngeliat ada pengagum Ji Hwan yang lagi usaha untuk narik perhatian,” sindirnya. Sophie tidak menyembunyikan rasa gelinya. Tawanya menyusul kemudian, membuat Amara merengut sekaligus kesal.“Aku nggak cemburu, kalau itu yang kamu maksud,” balas Amara, defensif.Sophie mengabaikan kata-kata Amara. “Kamu ingat nama cewek itu? Rita kan, ya?”Amara berusaha keras menggali memorinya tapi gagal total. “Entahlah, aku sama sekali nggak ingat. Cuma kenal mukanya doang.”“Hmmm, aku maklum, sih. Sebelum ini, kamu terlalu asyik berdua sama Ji Hwan, sih

DMCA.com Protection Status