All Chapters of Pengantin Tuan Haidar: Chapter 501 - Chapter 510
606 Chapters
( S2 ) Bab 53. Anak Yang Hilang
Bara berjalan cepat menghampiri saudara kembarnya yang sedang bersama orang tuanya di ruang tamu.Laki-laki itu langsung memeluk Gara setelah menaruh kotak kayu di meja. "Maafkan aku, Bang. Aku sudah merebut Anisa darimu.""Sudahlah, aku sudah melupakannya." Gara menepuk-nepuk punggung adiknya.Bara melepas pelukannya, menatap Gara dengan berderai air mata. "Kamu yang terbaik, Bang.""Kenapa kamu jadi cengeng seperti ini? Untung saja aku sudah tidak bersama Anisa lagi. Kalau aku yang bersamanya mungkin aku menjadi laki-laki cengeng juga." Gara terkekeh sembari menyentil kening adiknya."Kebiasaanmu ini nggak pernah ilang," ucap Bara sembari mengusap keningnya. "Sakit tahu, Bang.""Ish ... kamu benar-benar cengeng," cibir Gara."Bang, kenapa Abang baru pulang. Katanya cuma dua minggu, tapi kenyataannya hampir dua bulan.""Kerjaanku tidak habis-habis," jawab Gara. "Harusnya kamu juga bantu aku di perusahaan.""Maaf, Bang.
Read more
( S2 ) Bab 54. Anak Kandung Saya
Bara menunggu teman sang daddy dengan gelisah. 'Semoga saja Tuan Indra Gunawan bisa membantuku,' batinnya."Bara tenanglah! Aku yakin Anisa akan cepat ditemukan." Gara mengerti kegelisahan adiknya karena satu-satunya petunjuk hanyalah foto itu.Haidar berdiri saat tamunya datang diantar oleh pelayannya. Melihat sang daddy berdiri sambil tersenyum, Bara dan Gara menoleh ke belakang. Mereka berdiri, lalu tersenyum ramah kepada sang tamu."Selamat siang  Tuan Indra." Haidar mengulurkan tangannya saat tamunya menghampiri."Selamat siang, Tuan dan Nyonya Haidar."Indra Gunawan juga menjabat tangan Bara dan Gara."Silakan duduk, Tuan!" ucap Andin dengan ramah. "Silakan berbincang-bincang! Saya permisi dulu."Andin pergi meninggalkan anak-anak dan suaminya supaya mereka bisa berbicara dengan leluasa."Tuan Haidar, apa benar yang anda katakan pada saat menelpon tadi?"Mendengar kabar tentang anak dan istrinya yang hilang, I
Read more
( S2 ) Bab 55. Mencintai Gadis Yang Sama
Bara melirik Gara dan juga sang daddy. Lalu, kembali menatap Tuan Indra Gunawan. “Ini sangat rumit Tuan. Nanti bisa Tuan tanyakan sendiri kepada Anisa.”“Tidak apa-apa, Nak, itu urusan pribadi kalian, saya tidak berhak mencampurinya,” jawab Tuan Indra sembari tersenyum. “Di mana saya bisa menemukan Anisa?”“Itulah yang saya ingin tanyakan kepada Tuan Indra. Apa Tuan tahu di mana kampung halaman orang tuanya. Saya yakin Anisa ada di sana.”“Saya tahu,” jawabnya. “Tapi, rumah itu sudah tidak berpenghuni, neneknya Anisa juga sudah lama meninggal. Informasi dari tetangganya, sudah bertahun-tahun istri saya tidak pernah pulang. Apa kamu yakin anak saya ada di sana? Mungkin dia berada di rumah temannya.”“Sebelumnya saya minta maaf, Tuan. Selama ini Anisa tidak mempunyai teman dekat karena ia malu dengan kondisinya. Hanya tempat itu satu-satunya yang bisa ia kunjungi," sahut Bara. "Se
Read more
( S2 ) Bab 56. Jangan Menyerah
Dengan sangat terpaksa, Haidar menceritakan semuanya kepada Indra Gunawan.Mendengar cerita dari Haidar, laki-laki tua itu sedikit meragukan kebenarannya. Ia melihat saudara kembar itu masih akur seperti tidak ada masalah di antara mereka."Maafkan saya, Tuan," ucap Bara dengan tulus. "Sungguh, saya nggak ada niat untuk menyakiti Anisa.""Tidak ada yang tahu kapan cinta itu datang. Saya tidak akan ikut campur urusan percintaan kalian. Saya serahkan semuanya kepada kalian dan Anisa."Ia tidak mau mengatur urusan percintaan anaknya. Bukan karena ia tidak peduli. Yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana meyakinkan anaknya bahwa dialah ayah kandungnya.Laki-laki tua itu merasa tidak ada hak untuk ikut masuk ke dalam permasalahan anaknya. Ia hanya berdoa supaya masalahnya cepat selesai. Dan anaknya tidak merasakan sakit hati lagi."Maaf, Tuan. Rasa sayang saya terhadap Anisa berbeda dengan rasa sayang yang dirasakan Bara kepadanya. Hanya adik sa
Read more
( S2 ) Bab 57. Menemukanmu
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, akhirnya mereka sampai di sebuah desa.Ketiga laki-laki itu turun dari mobilnya masing-masing. Gara memejamkan matanya sambil menghirup udara segar di sore hari. "Udara di sini sangat sejuk," ucapnya.Bara berjalan mendekati saudara kembarnya. "Abang udah pernah ke sini?" Laki-laki yang memakai kemeja putih dan celana bahan berwarna abu muda itu menggelengkan kepalanya. "Nisa benar-benar tertutup, dia tidak mau siapa pun tahu tempat ini. Dulu dia hanya bilang, ingin tinggal di kampung halaman orang tuanya, tapi tidak bilang di daerah mananya.""Desa ini tidak banyak berubah," gumam laki-laki tua yang berjalan menuju sebuah rumah sederhana, tapi terlihat sangat nyaman. Gara dan Bara pun mengikuti Tuan Indra Gunawan.“Selamat sore, Bu,” sapa laki-laki yang memakai setelan jas berwarna hitam kepada ibu-ibu yang sedang menyapu halaman rumah. Melihat tiga
Read more
( S2 ) Bab 58. Anisa Indra Gunawan
Mendengar Bara kesakitan Anisa buru-buru membuka pintunya. Ia khawatir tangan laki-laki itu patah.“Makanya jangan paksa masuk!” ketus Anisa sambil membuka pintu dengan lebar.Bara malah tersenyum bahagia mendengar omelan dari kekasihnya. Ternyata wanita itu masih peduli kepadanya.Ia yakin dalam hati Anisa masih ada cinta untuknya. Hanya saja wanita cantik itu belum bisa menerima kenyataan kalau laki-laki yang selama ini ia puja bukanlah pahlawan di hatinya.Bara pun tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia langsung masuk ke dalam rumah kekasihnya, begitu pun dengan Gara dan Tuan Indra."Saya permisi, Tuan," pamit Bu Eni.Wanita yang mengantar mereka, kembali ke rumahnya. Ia memilih pergi, tidak mau ikut campur urusan keluarga Anisa. Melihat sikap Anisa yang kurang bersahabat, ia yakin kalau mereka hendak membicarakan hal yang serius. "Bara kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Gara sembari mengambil semut di leher belakang ad
Read more
( S2 ) Bab 59. Lupakan Aku
Anisa bangun dari duduknya, lalu menghampiri Bara. "Mas Gara kenapa?" Ia sangat panik melihat laki-laki yang ia cintai berteriak. "Mmm ... maksudku Mas Bara," ucapnya pelan."Maafkan kami yang sudah membuatmu berada di situasi sulit ini," ucap Gara sembari mengatupkan kedua tangannya."Kenapa Abang yang minta maaf? Yang salah itu aku, telah masuk ke dalam hubungan kalian.""Cinta tidak akan pernah salah  hanya waktunya saja yang tidak tepat.""Maafkan aku, Bang.""Akulah awal dari permasalahan ini. Andai saja dulu aku lebih memerhatikan Nisa, meluangkan sedikit waktu untuknya, mungkin kamu tidak akan ada niat untuk menghilangkan rasa sepinya. Terima kasih kamu telah membahagiakannya selama ini." Gara menepuk bahu adiknya pelan."Sudahlah jangan diungkit lagi! Lupakan aku! Kita jalani hidup masing-masing, itu lebih baik untuk kita semua.""Sayang, apa kamu memaafkanku?" Mata Bara berbinar mendengar ucapan Anisa yang seolah-olah te
Read more
( S2 ) Bab 60. Cinta Tidak Pernah Salah
Wanita cantik itu terus memerhatikan kekasihnya. Ia menjadi sangat khawatir dengan keadaan Bara.Tak terasa air mata pun menetes ketika melihat laki-laki itu terlihat sangat lemas. Walau ia membenci Bara, tapi tidak dipungkiri kalau dirinya juga sangat mencintai laki-laki itu.Wanita cantik itu buru-buru mengusap air matanya saat Bu Eni berjalan menuju rumahnya.Bu Eni mengetuk rumah Anisa. "Anisa, cepat keluar, Nak!"Dengan tangan gemetar, Anisa membuka pintu. "Ada apa, Bu?" Ia berpura-pura tidak tahu."Ibu mau mengantar orang kota itu ke puskesmas, kasihan dia, tubuhnya sangat lemah. Nanti tolong nyalakan lampu jika Ibu pulang lama.""Iya, Bu," jawab Anisa pelan. Pandangannya tertuju pada Bara yang sedang di bawa masuk ke dalam mobil. Laki-laki yang dicintai itu terlihat tidak berdaya saat Gara dan sopirnya membantunya masuk ke dalam mobil."Kamu kenal mereka kan, Nak? Nanti susul ke puskesmas ya! Kasihan mereka tidak t
Read more
( S2 ) Bab 61. Hamil
Tanpa merespons ucapan Gara, Anisa bergegas masuk ke dalam untuk menemui Bara."Bu, saya ucapkan banyak terima kasih karena sudah membantu kami." Gara menunduk hormat kepada wanita yang telah menolongnya setelah Anisa masuk."Tidak apa-apa, Tuan, sudah sepantasnya kita saling membantu.""Saya mohon jangan panggil Tuan, panggil saja Gara!""Baik, Nak Gara," balas Bu Eni dengan ramah."Ibu mau pulang? Mari saya antar!""Biar sopir saya saja yang mengantar Ibu ... maaf namanya siapa, Bu?" tanya Tuan Indra yang baru bergabung dengan mereka."Nama saya Eni, Tuan." "Bara membutuhkan kamu, Nak. Kamu di sini saja, biar sopir saya yang mengantar Bu Eni pulang."Bu Eni merasa tidak enak telah merepotkan mereka. "Saya jalan kaki aja, Tuan.""Jangan, Bu! Biar sopir saya yang mengantar. Sekalian dia mau mencari makan, kebetulan kami belum makan sejak tadi siang," sahut Tuan Indra."Ya Tuhan." Bu Eni menutup
Read more
( S2 ) Bab 62. Memaafkan
Anisa melepaskan genggaman tangannya. "Nggak, Mas. Jika kita bersatu ada orang yang tersakiti. Kita sudah melakukan kesalahan besar telah menyakiti Mas Gara. Apa kamu tega menyakiti saudaramu sendiri?""Kamu yakin tidak melakukan kesalahan, menjauhkan anakmu dengan ayahnya? Apa kamu tega melakukan semua itu?"Anisa terdiam sesaat. Anaknya akan menjadi korban keegoisannya sendiri. Tapi, apakah ia bisa hidup tenang jika berada di antara dua laki-laki yang mencintainya bersamaan.Tiba-tiba Gara masuk ke dalam ruang perawatan adiknya. Sebenarnya pria itu sejak tadi tidak sengaja menguping pembicaraan mereka."Jika saya yang menjadi jurang pemisah di antara kalian. Saya akan pergi jauh dari kehidupan kalian.""Jangan, Bang!" seru Bara.Anisa memberanikan diri menatap Gara. "Maafkan aku, Mas.""Saya akan memaafkanmu, jika kamu dan Bara menikah.""Maaf, aku belum bisa memaafkan Mas Bara," ucap Anisa yang membuat Bara mera
Read more
PREV
1
...
4950515253
...
61
DMCA.com Protection Status