Semua Bab Pengantin Tuan Haidar: Bab 481 - Bab 490

606 Bab

( S2 ) Bab 33. Ditinggal Kawin

Bara segera pergi untuk menemui mantan kekasihnya. Ia sadar sudah mencampakkan wanita yang baru beberapa bulan ia kencani demi Anisa.Padahal ia sudah sering melakukan hubungan suami istri dengannya, tapi Bara seolah tidak peduli dengan perasaan wanita yang berstatus sebagai kekasihnya.Menurutnya, Sila tidak hanya melakukan hubungan itu dengannya saja karena sejak pertama kali berhubungan wanita itu sudah tidak perawan lagi, dan sudah sangat berpengalaman dalam melayani hasrat laki-laki.“Dimana dia? Susah sekali dihubungi.” Bara masih berusaha menelpon mantan pacarnya, tapi belum ada jawaban juga, padahal nomornya masih aktif.Bara segera menelpon orang suruhan sang daddy untuk melacak nomor telepon wanita yang pernah mengisi hari-harinya sebelum bersama Anisa.Setelah beberapa menit, Bara sudah berhasil mengetahui keberadaan Sila berkat orang kebercayaan sang daddy. Ia pun segera meluncur ke alamat yang tertera di layar ponselnya. &l
Baca selengkapnya

( S2 ) Bab 34. Doa Sang Mantan

Sila, dan Ridwan tertawa terbahak melihat wajah lesu si penakluk wanita itu."Aku jadi penasaran. Wanita mana yang bisa menarik seorang Bara dari pelukanku. Dia pasti sangat istimewa." Sila menggoda mantan kekasihnya sembari merangkulkan tangannya di lengan sang suami."Dia sangat istimewa, gadis sederhana yang manis." Bara tersenyum sembari membayangkan gadis pujaan hatinya.Ridwan menoleh pada istrinya sembari tersenyum. " Aku juga penasaran, Sayang. Wanita mana yang sudah menarik Bara ke jalan yang lurus." Ridwan pun ikut menertawakan temannya. Pasangan suami istri itu senang sekali menjahili temannya. Walau Sila masih ada rasa pada Bara, tapi ia tidak sakit hati lagi kepadanya.Sila menoleh pada suaminya, menatap wajah tampan laki-laki yang akan menemani sepanjang hidupnya. "Sayang?""Kenapa? Nggak suka?" Ridwan menatap manik mata berwarna hitam itu. "Sangat suka," jawab Sila. "Kamu tahu, selama ini belum
Baca selengkapnya

( S2 ) Bab 35. Kesakitan Berulang

“Iya, Dad.” Bara menundukkan kepalanya.Ia tidak boleh egois, Gara sudah tersiksa karena cinta pertamanya telah ia rebut, dan kini di saat ada masalah dengan gadis itu, Gara juga harus dilibatkan yang pastinya akan membuka kembali lukanya.“Sudah cukup kamu menyakiti abangmu sendiri. Dia sedang banyak kerjaan, jangan kamu libatkan dia dalam masalahmu. Biar orang-orang Daddy yang akan mencari gadis itu.”Walau Gara sudah mengetahui semua perbuatan Bara, tapi Haidar tidak mau anaknya menambah kesakitan berulang kepada abangnya sendiri. Terlebih Gara sedang menyelesaikan proyek besar di luar negeri.“Maaf, Dad,” ucap Bara dengan penuh penyesalan. “Aku janji nggak akan melibatkan Abang.”Gara memang sangat menyayanginya tapi bukan berarti ia tidak sakit hati ketika calon istrinya diambil saudara kembarnya sendiri.Andin mengusap-usap punggung anaknya. “Kamu sabar dulu ya! Anisa pasti ketemu.&
Baca selengkapnya

( S2 ) Bab 36. Haidar Marah

Bara menjatuhkan ponselnya saat mendengar suara sang daddy. Untung saja ia sedang berada di atas tempat tidur, jadi ponselnya baik-baik saja, walau terlepas dari genggaman tangannya.'Pantas aja nggak kedengeran ada orang masuk, ternyata pintunya nggak ditutup,' ucap Bara dalam hati sembari menoleh pada pintu yang terbuka lebar. 'Perasaan tadi ditutup,' batinnya yang semakin bingung.Dari seberang telepon, Gara terkekeh geli melihat raut wajah adiknya yang masih tertangkap kamera.'Maaf Bara, aku tidak bisa membantumu karena aku sedang banyak kerjaan,' batin Gara sebelum memutuskan panggilan videonya.Gara yakin pasti daddy-nya marah mendengar Bara berbicara seperti itu. Maka dari itu ia buru-buru mematikan sambungan teleponnya untuk menghindari omelan sang daddy."Bukan itu maksud aku, Dad." Segera Bara mengambil ponselnya yang tergeletak di kasur. Pandangannya tidak lepas dari wajah sang daddy. "Abang yang bilang kalau ...."Bara beralih m
Baca selengkapnya

( S2 ) Bab 37. Kesialan Bara

Bara terkejut melihat sang mommy yang tiba-tiba muncul di sampingnya. "Mommy ngagetin aku aja.""Kamu meragukan pesona Mommy?"Andin melipat tangannya di bawah dada sembari memelototi sang anak."Bukan begitu, Mom. Aku cuma heran aja, Daddy yang sangar begitu bisa takluk sama Mommy yang lembut, dan seperti bidadari ini."Bara menjawil dagu sang mommy sembari tertawa geli. 'Lembut apanya ya,' batin Bara sembari menahan senyum."Sama aja Bara!" sergah sang mommy. "Kamu lagi nelepon siapa?" Andin penasaran sejak tadi Bara terus memegangi ponselnya dan mengarahkan kamera ke wajahnya, tapi tidak ada orang yang nampak dari ponsel itu."Aku lagi nelepon Abang," jawabnya."Mana sini Mommy lihat!" Andin menadahkan tangannya meminta ponsel yang ada di tangan anaknya. "Kenapa anak itu tidak mau menelpon Mommy?""Abang lagi sibuk, Mom. Dia nelpon aku cuma mau meledek aku aja." Bara menyerahkan ponselnya kepada sang mommy. Andi
Baca selengkapnya

( S2 ) Bab 38. Tumbangnya Sang Pecinta Wanita

Setelah satu bulan Anisa menghilang, Bara semakin jarang pulang ke rumah. Laki-laki muda itu sibuk mencari kekasihnya ke sana ke mari.Hingga sang mommy harus turun tangan menangani kafe di bantu Naya, istri dari sepupunya. Bara sudah jarang ke kafe untuk melakukan pekerjaannya. Ia tidak bisa fokus bekerja selama kekasihnya belum ditemukan.Setiap hari Bara pulang ke rumah Anisa, dan tidur di rumah itu. Ia berharap gadis pujaan hatinya pulang untuk mengambil sesuatu atau kembali tinggal di rumah itu, tapi setelah sebulan wanita itu tidak muncul juga."Sayang, kamu di mana? Aku sangat merindukanmu. Apa kamu juga merindukanku?" Bara terbaring di tempat tidur sang kekasih sembari menatap langit-langit kamar itu. Mengenang kenangan manis bersama ketika memadu kasih membuat Bara semakin tersiksa. Rindunya semakin berat, ia tidak tahu lagi harus mencari  Anisa ke mana untuk melepas rindunya.Tidak ada petunjuk sama sekali.  Anisa tidak me
Baca selengkapnya

( S2 ) Bab 39. Ambulans

"Bara!" teriak Haidar.Ia berlari menghampiri anaknya, ketika masuk ke dalam rumah Anisa melihat Bara sudah tergeletak di ambang pintu kamar.Rumah Anisa sederhana, dan tidak terlalu besar, tapi sangat nyaman untuk ditinggali. Oleh sebab itu Haidar bisa langsung melihat anaknya tergeletak ketika ia masuk."Angkat dia ke tempat tidur!" titah Haidar kepada pengawalnya.Laki-laki itu menyingkir untuk memberikan jalan kepada pengawalnya supaya mereka lebih leluasa mengangkat tubuh Bara.Kemudian ia menyuruh salah satu pengawalnya untuk segera menelpon ambulan.Empat pengawal yang selalu setia kepadanya dengan sigap mengangkat tubuh laki-laki jangkung itu, dan membaringkannya di tempat tidur. Sedangkan satu pengawal yang biasa menjadi supir Haidar, bergegas menelpon ambulans sesuai perintah sang tuan.Bara masih sadarkan diri ketika sang daddy datang, tapi ia tidak bisa berbicara karena badannya terlalu lemah. Tubuhnya seakan
Baca selengkapnya

( S2 ) Bab 40. Ultimatum Nyonya Haidar

Andin dan Haidar berjalan cepat menghampiri para pengawalnya yang sampai lebih dulu karena mengawal mobil ambulans yang membawa Bara."Bagaimana keadaan anak saya?" tanya Haidar kepada pengawalnya setelah mereka berhadapan dengan para laki-laki tegap itu."Tuan muda sedang ditangani," jawabnya dengan sopan.Haidar beralih menatap sang istri yang terus menitikkan air mata, ia mengajak istrinya duduk di bangku yang berjajar di ruang tunggu. Laki-laki itu merangkul bahu sang istri yang duduk di sampingnya sembari membelai lembut rambut wanita cantik itu."Bee, jangan menangis lagi! Bara, anak yang kuat. Dia tidak akan kenapa-kenapa."Wanita yang sudah tidak muda lagi itu terus menangis dalam dekapan suaminya. Ia sangat takut terjadi sesuatu kepada anak kesayangannya."Aku akan berusaha menemukan Anisa secepatnya," ucap Haidar untuk menenangkan sang istri.Andin menegakkan duduknya, menghapus air mata yang membasahi pipinya,
Baca selengkapnya

( S2 ) Bab 41. Mencari Petunjuk

Haidar teringat putranya, Gara. Dia orang yang sangat teliti, tidak mungkin menjalin hubungan dengan orang yang belum dikenalnya.Pria tua itu yakin kalau Gara sudah menyelidiki tentang Anisa sebelum ia menjadikannya seorang kekasih."Kalian urus anak dan istri saya!" titah Haidar pada pengawalnya. Lalu, ia segera pergi dengan satu pengawal yang mengikuti langkah cepatnya."Antar saya pulang!" titah Haidar setelah masuk ke dalam mobilnya."Baik, Tuan."Kendaraan mewah itu melesat di jalanan. Haidar pun mengeluarkan ponselnya yang ada di saku jas. Ia berusaha menghubungi anaknya, tapi tidak ada jawaban."Mungkin dia sedang sibuk," ucapnya sembari memasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku jas.  DrrtttBenda pipih yang ada di saku jasnya bergetar, ia segera merogohnya. "Halo, Gara!" Haidar menerima panggilan telepon tanpa melihat dulu siapa yang menelpon."Bang Ar, ini aku, Naya," jawab seorang wan
Baca selengkapnya

( S2 ) Bab 42. Menolak Tua

"Apa dia mendapatkan kekuatan super setelah pingsan tadi? Kenapa suaranya semakin nyaring kalau lagi ngomel," gerutu Haidar sambil bangun dari duduknya. "Bi, bajunya mana?" Seorang pelayan perempuan berusia empat puluhan tahun berjalan cepat sembari menjinjing koper kecil. "Ini, Tuan.""Bawa ke mobil!" titahnya kepada pelayan itu.Haidar pun melangkah pergi, tapi baru beberapa langkah ia sudah kembali lagi karena teringat kopinya yang sama sekali belum dia cicipi.Diambilnya cangkir berisi minuman yang hangat itu, lalu diseruputnya dengan penuh nikmat. "Nikmatnya."Ia segera pergi setelah menaruh cangkir itu ke tempatnya semula. Padahal ingin sekali ia bersantai sejenak untuk meminum kopi, melepas masalah keluarganya.Namun, laki-laki itu harus cepat-cepat kembali ke rumah sakit. Ia tidak mau singa betinanya mengamuk yang akan menambah pusing kepalanya."Setelah Anisa ketemu, kalian harus secepatnya menikah dan memberikan cucu y
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
4748495051
...
61
DMCA.com Protection Status