Beranda / Romansa / Pengantin Tuan Haidar / ( S2 ) Bab 38. Tumbangnya Sang Pecinta Wanita

Share

( S2 ) Bab 38. Tumbangnya Sang Pecinta Wanita

Penulis: Nyi Ratu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-15 22:15:20

Setelah satu bulan Anisa menghilang, Bara semakin jarang pulang ke rumah. Laki-laki muda itu sibuk mencari kekasihnya ke sana ke mari.

Hingga sang mommy harus turun tangan menangani kafe di bantu Naya, istri dari sepupunya. Bara sudah jarang ke kafe untuk melakukan pekerjaannya. Ia tidak bisa fokus bekerja selama kekasihnya belum ditemukan.

Setiap hari Bara pulang ke rumah Anisa, dan tidur di rumah itu. Ia berharap gadis pujaan hatinya pulang untuk mengambil sesuatu atau kembali tinggal di rumah itu, tapi setelah sebulan wanita itu tidak muncul juga.

"Sayang, kamu di mana? Aku sangat merindukanmu. Apa kamu juga merindukanku?" Bara terbaring di tempat tidur sang kekasih sembari menatap langit-langit kamar itu. 

Mengenang kenangan manis bersama ketika memadu kasih membuat Bara semakin tersiksa. Rindunya semakin berat, ia tidak tahu lagi harus mencari  Anisa ke mana untuk melepas rindunya.

Tidak ada petunjuk sama sekali.  Anisa tidak me

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 39. Ambulans

    "Bara!" teriak Haidar.Ia berlari menghampiri anaknya, ketika masuk ke dalam rumah Anisa melihat Bara sudah tergeletak di ambang pintu kamar.Rumah Anisa sederhana, dan tidak terlalu besar, tapi sangat nyaman untuk ditinggali. Oleh sebab itu Haidar bisa langsung melihat anaknya tergeletak ketika ia masuk."Angkat dia ke tempat tidur!" titah Haidar kepada pengawalnya.Laki-laki itu menyingkir untuk memberikan jalan kepada pengawalnya supaya mereka lebih leluasa mengangkat tubuh Bara.Kemudian ia menyuruh salah satu pengawalnya untuk segera menelpon ambulan.Empat pengawal yang selalu setia kepadanya dengan sigap mengangkat tubuh laki-laki jangkung itu, dan membaringkannya di tempat tidur.Sedangkan satu pengawal yang biasa menjadi supir Haidar, bergegas menelpon ambulans sesuai perintah sang tuan.Bara masih sadarkan diri ketika sang daddy datang, tapi ia tidak bisa berbicara karena badannya terlalu lemah. Tubuhnya seakan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 40. Ultimatum Nyonya Haidar

    Andin dan Haidar berjalan cepat menghampiri para pengawalnya yang sampai lebih dulu karena mengawal mobil ambulans yang membawa Bara."Bagaimana keadaan anak saya?" tanya Haidar kepada pengawalnya setelah mereka berhadapan dengan para laki-laki tegap itu."Tuan muda sedang ditangani," jawabnya dengan sopan.Haidar beralih menatap sang istri yang terus menitikkan air mata, ia mengajak istrinya duduk di bangku yang berjajar di ruang tunggu.Laki-laki itu merangkul bahu sang istri yang duduk di sampingnya sembari membelai lembut rambut wanita cantik itu."Bee, jangan menangis lagi! Bara, anak yang kuat. Dia tidak akan kenapa-kenapa."Wanita yang sudah tidak muda lagi itu terus menangis dalam dekapan suaminya. Ia sangat takut terjadi sesuatu kepada anak kesayangannya."Aku akan berusaha menemukan Anisa secepatnya," ucap Haidar untuk menenangkan sang istri.Andin menegakkan duduknya, menghapus air mata yang membasahi pipinya,

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 41. Mencari Petunjuk

    Haidar teringat putranya, Gara. Dia orang yang sangat teliti, tidak mungkin menjalin hubungan dengan orang yang belum dikenalnya.Pria tua itu yakin kalau Gara sudah menyelidiki tentang Anisa sebelum ia menjadikannya seorang kekasih."Kalian urus anak dan istri saya!" titah Haidar pada pengawalnya. Lalu, ia segera pergi dengan satu pengawal yang mengikuti langkah cepatnya."Antar saya pulang!" titah Haidar setelah masuk ke dalam mobilnya."Baik, Tuan."Kendaraan mewah itu melesat di jalanan. Haidar pun mengeluarkan ponselnya yang ada di saku jas. Ia berusaha menghubungi anaknya, tapi tidak ada jawaban."Mungkin dia sedang sibuk," ucapnya sembari memasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku jas. DrrtttBenda pipih yang ada di saku jasnya bergetar, ia segera merogohnya. "Halo, Gara!"Haidar menerima panggilan telepon tanpa melihat dulu siapa yang menelpon."Bang Ar, ini aku, Naya," jawab seorang wan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-20
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 42. Menolak Tua

    "Apa dia mendapatkan kekuatan super setelah pingsan tadi? Kenapa suaranya semakin nyaring kalau lagi ngomel," gerutu Haidar sambil bangun dari duduknya. "Bi, bajunya mana?"Seorang pelayan perempuan berusia empat puluhan tahun berjalan cepat sembari menjinjing koper kecil. "Ini, Tuan.""Bawa ke mobil!" titahnya kepada pelayan itu.Haidar pun melangkah pergi, tapi baru beberapa langkah ia sudah kembali lagi karena teringat kopinya yang sama sekali belum dia cicipi.Diambilnya cangkir berisi minuman yang hangat itu, lalu diseruputnya dengan penuh nikmat. "Nikmatnya."Ia segera pergi setelah menaruh cangkir itu ke tempatnya semula. Padahal ingin sekali ia bersantai sejenak untuk meminum kopi, melepas masalah keluarganya.Namun, laki-laki itu harus cepat-cepat kembali ke rumah sakit. Ia tidak mau singa betinanya mengamuk yang akan menambah pusing kepalanya."Setelah Anisa ketemu, kalian harus secepatnya menikah dan memberikan cucu y

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-22
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 43. Perubahan Sikap Bara

    "Bee, kamu istirahat ya!" Haidar membelai wajah sang istri dengan jarinya. "Aku nggak mau kamu sakit gara-gara memikirkan masalah anak kita.""Kamu juga harus istirahat! Aku nggak mau kamu sakit lagi." Andin menggenggam tangan suaminya, lalu mengecupnya dengan mesra. "Maafkan ucapanku tadi.""Bee, aku mencintaimu seperti ini. Aku malah takut cintamu sudah tidak seperti dulu lagi kalau kamu tiba-tiba berubah." Haidar tertawa pelan sembari menyubit pipi sang istri. "Jangan pernah berubah! Cintai aku sampai napas terakhirku.""Aku akan selalu mencintaimu sampai kapan pun. Cinta kita tidak akan pernah mati, cinta ini akan abadi sampai kita mengembuskan napas terahir, bahkan aku berharap supaya kita dipertemukan lagi di kehidupan yang baru."Haidar mengecup tangan istrinya sembari menatap wajah sang istri. Kemudian ia mengecup bibir wanita yang sangat ia cintai itu."Istirahatlah!"Haidar melangkahkan kakinya menuju sofa setelah Andin memej

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-22
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 44. Penyakit Yang Aneh

    “Aku minta satu orang pengawal yang berjaga di dalam untuk membantuku kalau aku ingin ke kamar mandi, tubuhku lemas sekali. Berjalan dari kamar mandi saja, kakiku sampai gemetaran.”“Pakai kursi roda saja,” usul sang daddy yang ditolak oleh Gara.“Aku masih bisa berjalan, walaupun masih lemas,” sahut Bara. Ia tidak mau terlihat lemah, walaupun tubuhnya lemas seperti tidak ada tenaga sama sekali.”“Tadi ‘kan Mommy sudah minta perawat untuk berjaga 24 jam di sini, tapi malah kamu suruh keluar,” ucap sang bunda.“Aku nggak mau dekat dengan wanita, aku mual jika berada di dekatnya,” jawab Bara setelah mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan setelah berjalan dari kamar mandi.“Hahaha … apa Mommy nggak salah dengar?”Andin tertawa terbahak-bahak mendengar kalimat yang diucap

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 45. Antara Cinta Dan Benci

    Haidar bangun dan terduduk. Ia menatap bola mata sang istri yang juga sedang menatapnya. "Apa yang ada dalam pikiran kita sama?""Anisa hamil," ucap Andin dan Haidar bersamaan."Boo, kamu harus secepatnya mencari Anisa! Ini sudah lebih dari sebulan ia pergi, tapi belum ada juga yang menemukannya. Coba kamu cari di desa yang jauh dari perkotaan."Andin menggenggam tangan suaminya. Berharap orang-orangnya bergerak dengan cepat untuk menemukan Anisa."Iya, Bee. Maafkan aku karena selama ini tidak serius mencari Anisa. Mulai besok, aku akan mengerahkan semua pengawalku untuk mencarinya."Haidar menarik Andin ke dalam pelukannya. Ia khawatir kalau dugaannya akan semakin menambah beban pikiran istri7nya."Kita akan mencarinya diam-diam, jangan sampai media tahu akan hal ini! Aku tidak mau masalah ini akan merusak reputasi Gara"Iya, Boo."Haidar melepas pelukannya, menangkup wajah cantik sang istri , lalu mengecup keningn

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-24
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 46. Hadiah Istimewa

    Pagi-pagi sekali Andin bangun, ia menoleh ke tempat tidur anaknya tapi Bara tidak ada di sana. "Bara ke mana?"Andin pun turun dari tempat tidurnya, berjalan mendekati ranjang pasien, lalu menoleh ke kamar mandi, melihat sang pengawal sedang berdiri di depan pintu kamar mandi."Selamat pagi, Nyonya," sapa pengawal itu sembari menunduk hormat saat istri tuannya berjalan mendekati."Apa Bara ada di dalam?" tanya Andin sembari menunjuk kamar mandi."Iya, Nyonya. Tuan muda merasa mual dan minta secepatnya diantar ke kamar mandi.""Mual," gumam Andin. 'Apa dugaanku benar, kalau Anisa sedang hamil? Atau ... jangan-jangan wanita lain yang dihamili Bara. Apa ada dua wanita yang hamil karena ulahnya?'Andin bertanya pada dirinya sendiri di dalam hati. Tatapannya kosong, memikirkan masa depan anak dan cucunya kelak jika dugaannya benar terjadi.Seketika kepalanya merasa sangat sakit memikirkan kelakuan anaknya. Wanita itu memegangi kepala

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-26

Bab terbaru

  • Pengantin Tuan Haidar   PENGUMUMAN

    Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 157. I Love You, Biggie ( end )

    “Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 156. Kamu Saya Pecat!

    “Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 155. Ambyar

    "Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 154. Permainan Pengantin Baru

    Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 153. Benci

    Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 152. Pengakuan Gara

    "Apa kamu mencoba menukar keperawananku dengan motor ini?"“Kamu itu istri saya, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada suamimu?”Gara tersinggung dengan ucapan istrinya karena dia menyiapkan motor itu setelah resmi menjadi suami Jennie.Ia hanya ingin memfasilitasi istrinya supaya wanita yang telah sah menjadi pendamping hidupnya itu bisa aman berkendara dengan motor barunya karena motor lamanya sudah tidak layak pakai."Bukannya kamu bilang nggak mau melakukannya kalau aku belum siap? Kalau ngomong tuh jangan asal keluar terus dilupain, kayak kentut aja.”Gara menatap istrinya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan wanita itu. Ia kembali ke kamar dan langsung berendam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya.“Kenapa saya selalu lupa dengan apa yang saya ucapkan padanya. Saya pasti terlihat seperti laki-laki bodoh yang plin plan,” ucapnya sambil menengadahkan kepalanya dengan tangan bersandar pa

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 151. Motor Butut

    "Bukannya kamu rindu dengan keluargamu," sahut Gara sambil berjalan menghampiri istrinya."Mereka ada di mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Ia tersenyum bahagia saat melihat adik satu-satunya."Di rumah keluarga barunya. Ibu kamu sudah menikah lagi dan mereka hidup bahagia bersama adikmu.""Kenapa Mama nggak bilang sama aku kalau mau menikah? Kenapa Mama melupakanku?"Gara mencengkram dagu istrinya dengan lembut. "Hey, Cantik! Apa kamu memberitahu ibumu kalau kamu sudah menikah dengan saya?""Benar juga," sahutnya. "Tapi, aku punya alasan sendiri kenapa nggak bilang sama Mama." Jennie menepis tangan suaminya."Ibu kamu juga punya alasan sendiri.""Kamu tahu dari mana?""Jangan lupakan siapa suamimu ini?""Maaf, aku lupa soal itu," jawabnya sambil melirik dengan sinis suaminya."Jangan bersedih!" Gara membelai lembut rambut sang istri yang tergerai indah."Kenapa dia

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 150. Sebuah Rekaman

    “Ya saya ingin merekam suara kamu,” jawab Gara pelan sambil tersenyum.“Sejak tadi kamu udah denger ‘kan, apa yang aku katakan?” tukas Jennie yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh suaminya. “Kamu memang menyebalkan Gara.”Jennie menggelengkan kepala sambil menggeser duduknya membelakangi sang suami. “Kena kutukan apa aku ini? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Laki-laki narsis, dingin, angkuh, dan sangat menyebalkan."“Salah saya apa? Saya hanya ingin merekam suara kamu, itu aja. Saya ingin menyimpannya sebagai pengingat kalau saya sedang merindukanmu.”Jennie menoleh pada suaminya, lalu berkata, “Salah kamu apa? Astaga, ini CEO punya otak apa nggak sih? Tensi darahku bisa naik ini." Jennie menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku harus tetap menjaga kewarasanku," ucapnya sambil mengipasi wajah menggunakan telapak tangan."Biggie, saya ha

DMCA.com Protection Status