Beranda / Romansa / Pengantin Tuan Haidar / ( S2 ) Bab 44. Penyakit Yang Aneh

Share

( S2 ) Bab 44. Penyakit Yang Aneh

Penulis: Nyi Ratu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-23 22:58:33

“Aku minta satu orang pengawal yang berjaga di dalam untuk membantuku kalau aku ingin ke kamar mandi, tubuhku lemas sekali. Berjalan dari kamar mandi saja, kakiku sampai gemetaran.”

“Pakai kursi roda saja,” usul sang daddy yang ditolak oleh Gara.

“Aku masih bisa berjalan, walaupun masih lemas,” sahut Bara. Ia tidak mau terlihat lemah, walaupun tubuhnya lemas seperti tidak ada tenaga sama sekali.”

“Tadi ‘kan Mommy sudah minta perawat untuk berjaga 24 jam di sini, tapi malah kamu suruh keluar,” ucap sang bunda.

“Aku nggak mau dekat dengan wanita, aku mual jika berada di dekatnya,” jawab Bara setelah mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan setelah berjalan dari kamar mandi.

“Hahaha … apa Mommy nggak salah dengar?”

Andin tertawa terbahak-bahak mendengar kalimat yang diucap

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 45. Antara Cinta Dan Benci

    Haidar bangun dan terduduk. Ia menatap bola mata sang istri yang juga sedang menatapnya. "Apa yang ada dalam pikiran kita sama?""Anisa hamil," ucap Andin dan Haidar bersamaan."Boo, kamu harus secepatnya mencari Anisa! Ini sudah lebih dari sebulan ia pergi, tapi belum ada juga yang menemukannya. Coba kamu cari di desa yang jauh dari perkotaan."Andin menggenggam tangan suaminya. Berharap orang-orangnya bergerak dengan cepat untuk menemukan Anisa."Iya, Bee. Maafkan aku karena selama ini tidak serius mencari Anisa. Mulai besok, aku akan mengerahkan semua pengawalku untuk mencarinya."Haidar menarik Andin ke dalam pelukannya. Ia khawatir kalau dugaannya akan semakin menambah beban pikiran istri7nya."Kita akan mencarinya diam-diam, jangan sampai media tahu akan hal ini! Aku tidak mau masalah ini akan merusak reputasi Gara"Iya, Boo."Haidar melepas pelukannya, menangkup wajah cantik sang istri , lalu mengecup keningn

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-24
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 46. Hadiah Istimewa

    Pagi-pagi sekali Andin bangun, ia menoleh ke tempat tidur anaknya tapi Bara tidak ada di sana. "Bara ke mana?"Andin pun turun dari tempat tidurnya, berjalan mendekati ranjang pasien, lalu menoleh ke kamar mandi, melihat sang pengawal sedang berdiri di depan pintu kamar mandi."Selamat pagi, Nyonya," sapa pengawal itu sembari menunduk hormat saat istri tuannya berjalan mendekati."Apa Bara ada di dalam?" tanya Andin sembari menunjuk kamar mandi."Iya, Nyonya. Tuan muda merasa mual dan minta secepatnya diantar ke kamar mandi.""Mual," gumam Andin. 'Apa dugaanku benar, kalau Anisa sedang hamil? Atau ... jangan-jangan wanita lain yang dihamili Bara. Apa ada dua wanita yang hamil karena ulahnya?'Andin bertanya pada dirinya sendiri di dalam hati. Tatapannya kosong, memikirkan masa depan anak dan cucunya kelak jika dugaannya benar terjadi.Seketika kepalanya merasa sangat sakit memikirkan kelakuan anaknya. Wanita itu memegangi kepala

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-26
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 47. Hanya Kamu

    Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Bara sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik dan tidak ada penyakit yang serius.Andin sangat bersyukur anaknya bisa cepat pulih. Ia sangat cemas dengan keadaan putranya.Sebelumnya Bara jarang sekali sakit, hingga Andin begitu khawatir ketika anaknya masuk rumah sakit."Apa kamu masih mual?" Andin memperhatikan anaknya yang sejak tadi duduk di pinggiran tempat tidur setelah keluar dari kamar mandi."Bara menggeleng pelan. "Nggak, Mom.""Kamu bisa jalan sendiri? Nggak mau pakai kursi roda?"Andin masih mengkhawatirkan kondisi anaknya yang selalu kambuh di pagi hari."Mom, aku sudah sehat. Aku kuat jalan sendiri, ngapain pakai kursi roda."Bara menolak untuk memakai kursi roda karena kondisinya memang sudah baik-baik saja.Sedangkan sang mommy masih merasa khawatir dengan keadaan anaknya sebab sejak keluar dari kamar mandi wajah Ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-27
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 48. Pasti Kembali

    “Kamu bawa apaan?” tanya Andin kepada anaknya yang baru saja pulang dari rumah Anisa sambil menenteng paperbag berwarna coklat.“Baju Anisa,” jawab Bara dengan santainya sambil melenggang menuju kamarnya meninggalkan sang mommy yang masih terbengong.Andin membalikkan badannya menghadap Bara yang berjalan menjauhinya. “Baju Anisa? Buat apaan?” Gumam Andin sembari menatap punggung anaknya yang sedang menapaki anak tangga menuju lantai dua. “Jangan-jangan!”Andin segera menyusul anaknya menuju lantai dua. “Ya ampun kenapa dia sampai punya pikiran seperti itu.”Andin berpikir kalau anaknya akan menggunakan cara yang jahat untuk mendapatkan Anisa kembali.Melihat istrinya berjalan terburu-buru, membuat Haidar khawatir terjadi sesuatu terhadap putranya yang baru pulang dari rumah sakit.Ia berjalan cepat menghampiri istrinya sembari berteriak, "Bee, kamu mau ke mana?”

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-02
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 49. Kambuh Lagi

    Pagi-pagi sekali Bara sudah membuka mata, ia segera turun dari ranjang, lalu berlari ke kamar mandi.Bara berusaha mengeluarkan isi perutnya. Namun, karena belum terisi apa-apa membuat ia tersiksa saat berusaha memuntahkannya. Rasa mual dan pusing tidak bisa ia hindari di kala pagi.Bara berjalan sempoyongan setelah keluar dari kamar mandi. Ia cepat-cepat naik ke tempat tidur, dan membaringkan tubuhnya di sana."Kenapa selalu kambuh di pagi hari," ucap Bara pelan sembari memejamkan matanya.Tubuhnya gemetaran, kepalanya terasa pusing, dan perutnya terasa sakit. Itu benar-benar menyiksa dirinya.Bara tidak mau keluar dari kamar karena tubuhnya sangat lemas, ia tidak mau sang mommy cemas karena tahu tentang kondisinya."Lapar, tapi nggak kuat bangun," ucapnya pelan, lalu memejamkan mata.Walaupun perutnya terasa lapar, tapi ia lebih memilih untuk kembali memejamkan matanya. Berharap sang mommy segera datang menemuinya.Dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-03
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 50. Keluarga Anisa

    Bara segera turun dari mobil setelah kendaraan mewah itu berhenti di depan rumah kekasihnya.Ia baru ingat kalau Anisa pernah menaruh kotak kayu di lemari dapur. Selama ini tidak ada yang memeriksa area itu.Laki-laki tampan itu langsung menuju dapur. Ia segera mengambil kotak yang ada di bawah tumpukan peralatan dapur."Ini dia," ucap Bara sembari mengelap kotak itu dengan kain lab yang ada di meja dapur.Bara membawa kotak itu ke dalam kamar Anisa, lalu membukanya. Ada beberapa lembar foto anak kecil dan orang dewasa."Apa ini keluarganya? Kenapa dia menyembunyikannya di dapur?" gumam Bara setelah melihat foto anak kecil yang digendong wanita dewasa dan dua orang dewasa laki-laki dan perempuan yang lebih tua lagi.Bara menaruh lembaran teratas itu di tempat tidur, tapi ketika ia melihat tulisan di belakang foto itu, ia kembali mengambilnya."Jadi, ini ibu, nenek, dan kakeknya." Bara membaca tulisan di belakang foto itu yang sudah te

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-04
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 51. Tertangkap Basah

    Gilang terkejut mendengar suara yang ia kenali. Laki-laki itu langsung menoleh ke belakang. “Om Gilang, sejak kapan ada di sini?”Naya menahan senyum melihat wajah keponakannya yang tertangkap basah sedang mencibir suaminya. Ia belum sempat memberitahukan kalau Gilang sedang berada di toilet.“Aku ada sejak kamu belum lahir,” jawab Gilang setelah duduk di samping istrinya.“Nah ‘kan, berarti memang Om sudah tua,” sahut Bara sembari tertawa pelan.Gilang menatap Bara dengan tajam, hingga Bara mengira kalau laki-laki itu sedang marah besar padanya.“A-ada apa, Om?” tanya Bara dengan gugup sembari menelan ludahnya dengan susah payah.“Bagaimana kabar Anisa? Apa kamu sudah menemukan keberadaannya?”Bara mengembuskan napasnya perlahan. Ia merasa lega, ternyata omnya tidak marah. “Belum, Om,” jawabnya. “Sepertinya Anisa ada di kampung halamannya,

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-05
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 52. Bertahanlah Bara

    Bara dan Gilang pergi ke rumah Anisa. Laki-laki itu ingin menunjukkan foto keluarga kekasihnya kepada Gilang, berharap omnya bisa membantu dengan petunjuk itu.Dua mobil mewah itu berhenti di pekarangan rumah Anisa yang sudah lama ditinggal penghuninya.Dua laki-laki tampan yang mempunyai sejuta pesona itu keluar dari mobil yang berbeda secara bersamaan. Om dan keponakan yang mempunyai julukan pecinta wanita terlihat sangat memesona."Mari, Om!"Bara berjalan lebih dulu masuk ke dalam rumah itu. Gilang mengikutinya dari belakang sambil melihat ke sekeliling rumah itu."Rumahnya sederhana, tapi terlihat sangat nyaman.""Rumah ini dibeli Abang untuk Anisa karena dia adalah wanita yang dicintai Bang Gara.""Om sudah tahu tentang itu. Jangan diungkit lagi! Gara memang seorang kakak yang baik, kamu beruntung mempunyai saudara seperti dia.""Iya, Om. Bang Gara sangat baik, aku sangat menyesal telah mengkhianati saudara kembarku

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-05

Bab terbaru

  • Pengantin Tuan Haidar   PENGUMUMAN

    Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 157. I Love You, Biggie ( end )

    “Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 156. Kamu Saya Pecat!

    “Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 155. Ambyar

    "Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 154. Permainan Pengantin Baru

    Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 153. Benci

    Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 152. Pengakuan Gara

    "Apa kamu mencoba menukar keperawananku dengan motor ini?"“Kamu itu istri saya, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada suamimu?”Gara tersinggung dengan ucapan istrinya karena dia menyiapkan motor itu setelah resmi menjadi suami Jennie.Ia hanya ingin memfasilitasi istrinya supaya wanita yang telah sah menjadi pendamping hidupnya itu bisa aman berkendara dengan motor barunya karena motor lamanya sudah tidak layak pakai."Bukannya kamu bilang nggak mau melakukannya kalau aku belum siap? Kalau ngomong tuh jangan asal keluar terus dilupain, kayak kentut aja.”Gara menatap istrinya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan wanita itu. Ia kembali ke kamar dan langsung berendam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya.“Kenapa saya selalu lupa dengan apa yang saya ucapkan padanya. Saya pasti terlihat seperti laki-laki bodoh yang plin plan,” ucapnya sambil menengadahkan kepalanya dengan tangan bersandar pa

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 151. Motor Butut

    "Bukannya kamu rindu dengan keluargamu," sahut Gara sambil berjalan menghampiri istrinya."Mereka ada di mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Ia tersenyum bahagia saat melihat adik satu-satunya."Di rumah keluarga barunya. Ibu kamu sudah menikah lagi dan mereka hidup bahagia bersama adikmu.""Kenapa Mama nggak bilang sama aku kalau mau menikah? Kenapa Mama melupakanku?"Gara mencengkram dagu istrinya dengan lembut. "Hey, Cantik! Apa kamu memberitahu ibumu kalau kamu sudah menikah dengan saya?""Benar juga," sahutnya. "Tapi, aku punya alasan sendiri kenapa nggak bilang sama Mama." Jennie menepis tangan suaminya."Ibu kamu juga punya alasan sendiri.""Kamu tahu dari mana?""Jangan lupakan siapa suamimu ini?""Maaf, aku lupa soal itu," jawabnya sambil melirik dengan sinis suaminya."Jangan bersedih!" Gara membelai lembut rambut sang istri yang tergerai indah."Kenapa dia

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 150. Sebuah Rekaman

    “Ya saya ingin merekam suara kamu,” jawab Gara pelan sambil tersenyum.“Sejak tadi kamu udah denger ‘kan, apa yang aku katakan?” tukas Jennie yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh suaminya. “Kamu memang menyebalkan Gara.”Jennie menggelengkan kepala sambil menggeser duduknya membelakangi sang suami. “Kena kutukan apa aku ini? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Laki-laki narsis, dingin, angkuh, dan sangat menyebalkan."“Salah saya apa? Saya hanya ingin merekam suara kamu, itu aja. Saya ingin menyimpannya sebagai pengingat kalau saya sedang merindukanmu.”Jennie menoleh pada suaminya, lalu berkata, “Salah kamu apa? Astaga, ini CEO punya otak apa nggak sih? Tensi darahku bisa naik ini." Jennie menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku harus tetap menjaga kewarasanku," ucapnya sambil mengipasi wajah menggunakan telapak tangan."Biggie, saya ha

DMCA.com Protection Status