Beranda / Romansa / Pengantin Tuan Haidar / ( S2 ) Bab 61. Hamil

Share

( S2 ) Bab 61. Hamil

Penulis: Nyi Ratu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-15 07:02:07

Tanpa merespons ucapan Gara, Anisa bergegas masuk ke dalam untuk menemui Bara.

"Bu, saya ucapkan banyak terima kasih karena sudah membantu kami." Gara menunduk hormat kepada wanita yang telah menolongnya setelah Anisa masuk.

"Tidak apa-apa, Tuan, sudah sepantasnya kita saling membantu."

"Saya mohon jangan panggil Tuan, panggil saja Gara!"

"Baik, Nak Gara," balas Bu Eni dengan ramah.

"Ibu mau pulang? Mari saya antar!"

"Biar sopir saya saja yang mengantar Ibu ... maaf namanya siapa, Bu?" tanya Tuan Indra yang baru bergabung dengan mereka.

"Nama saya Eni, Tuan."

 "Bara membutuhkan kamu, Nak. Kamu di sini saja, biar sopir saya yang mengantar Bu Eni pulang."

Bu Eni merasa tidak enak telah merepotkan mereka. "Saya jalan kaki aja, Tuan."

"Jangan, Bu! Biar sopir saya yang mengantar. Sekalian dia mau mencari makan, kebetulan kami belum makan sejak tadi siang," sahut Tuan Indra.

"Ya Tuhan." Bu Eni menutup

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 62. Memaafkan

    Anisa melepaskan genggaman tangannya."Nggak, Mas. Jika kita bersatu ada orang yang tersakiti. Kita sudah melakukan kesalahan besar telah menyakiti Mas Gara. Apa kamu tega menyakiti saudaramu sendiri?""Kamu yakin tidak melakukan kesalahan, menjauhkan anakmu dengan ayahnya? Apa kamu tega melakukan semua itu?"Anisa terdiam sesaat. Anaknya akan menjadi korban keegoisannya sendiri. Tapi, apakah ia bisa hidup tenang jika berada di antara dua laki-laki yang mencintainya bersamaan.Tiba-tiba Gara masuk ke dalam ruang perawatan adiknya. Sebenarnya pria itu sejak tadi tidak sengaja menguping pembicaraan mereka."Jika saya yang menjadi jurang pemisah di antara kalian. Saya akan pergi jauh dari kehidupan kalian.""Jangan, Bang!" seru Bara.Anisa memberanikan diri menatap Gara. "Maafkan aku, Mas.""Saya akan memaafkanmu, jika kamu dan Bara menikah.""Maaf, aku belum bisa memaafkan Mas Bara," ucap Anisa yang membuat Bara mera

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-15
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 63. Pelukan Seorang Ayah

    Tuan Indra terdiam dalam beberapa detik, air matanya luluh begitu saja saat Anisa menyebutnya Ayah."Apa saya tidak salah dengar? Kamu memanggil saya Ayah?"Anisa mengangguk pelan. "Saya sudah tahu kalau anda Ayah saya, hanya saja hati ini belum bisa menerimanya, tapi saya akan belajar memanggilmu Ayah.""Saya tidak akan memaksa kamu untuk menerima Ayah sepenuhnya. Saya akan menuruti semua keinginanmu untuk menebus dosa-dosa Ayah padamu.""Saya hanya ingin anda merahasiakan keberadaan saya. Jangan mengumumkan status saya ke publik. Selain anda, keluarga anda tidak boleh tahu kalau saya ini anakmu."Saat orang tua Tuan Indra, datang mengancam dia dan ibunya, Anisa sudah besar dan sudah mengerti tentang permasalahan Ibu dan neneknya. Dari situlah ia sadar kalau keluarga sang ayah tidak menginginkannya.Walau masih bingung dengan permintaan sang anak, tapi laki-laki tua itu mengangguk setuju. Baginya diakui saja sudah sangat bersyukur.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-16
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 64. Takut Kehilangan Lagi

    "Ini sepenuhnya kesalahanku." "Kejahatan kalian tidak bisa dimaafkan, Mas. Andai saja nggak ada anak ini, aku nggak akan mau memaafkanmu, walau aku cinta sama kamu," ucap Anisa sembari mendelikkan matanya pada Bara. "Sayang, kamu boleh menyalahkanku, tapi jangan membenci Mas Gara. Dia Kakak terbaik yang aku punya. Ini semua kesalahanku, Mas Gara sama sekali nggak tahu." Bara meraih tangan Anisa, lalu menciumnya dengan mesra. "Kamu tambah cantik kalau lagi marah." "Gombal!" Anisa memalingkan wajahnya dari laki-laki yang sedang bersandar pada tempat tidurnya. "Aku nggak gombal, kamu memang sangat cantik. Aku sangat mencintaimu, kamulah satu-satunya wanita yang membuatku hampir gila karena tidak bisa jauh darimu. Kamulah bidadari surga yang Tuhan berikan untukku. Maafkan aku karena aku terlalu mencintaimu." Anisa menoleh pada laki-laki yang sedang tersenyum menggodanya. "Apa waktu kecil kamu kebanyakan makan gula? Kenapa ucapanmu begitu manis?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-16
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 65. Masa Lalu

    "Aku sangat takut kehilanganmu lagi. Aku pernah kehilanganmu saat merahasiakan identitasku, maka dari itu aku akan mengungkap siapa diriku."Bara memejamkan matanya, menghirup napas dalam-dalam supaya lebih tenang. Lengkungan bibirnya terlukis indah di wajahnya yang masih terlihat pucat.Tatapannya yang sayu menatap wajah cantik kekasihnya sambil menggenggam lengan wanita itu. Bara mengatakan kejujuran tentang masa lalunya. Tidak ada yang ia sembunyikan, semua ia ungkap kepada Anisa.Bahkan tentang mantan terakhirnya yang menikah diam-diam dengan temannya sendiri. Bara menceritakan semuanya dari awal hingga akhir."Terima kasih karena kamu sudah hadir dalam kehidupanku. Ketulusan cintamu mampu mengubah hidupku yang kelam ini." Bara mencium tangan kekasihnya dengan mesra. "Aku berharap kejujuranku nggak akan membuatmu pergi lagi dari hidupku.""Semua orang mempunyai masa lalu yang tidak selalu manis. Aku hargai kejujuranmu. Walaupun merasa kec

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 66. Sangat Memalukan

    "Mommy khawatir sama Bara. Di saat dia sakit, Mommy nggak ada di sana.""Dia tadi hampir mati, Mom, tapi saat Anisa memaafkannya dia langsung sembuh. Percayalah Mommy pasti diabaikan karena mereka sudah berbaikan." Gara tersenyum sembari melirik Bara yang berada di sampingnya."Bohong, Mom. Mommy tegap wanita nomor satu yang ada di hatiku."Bara berusaha meyakinkan sang mommy kalau dirinya akan terus menjadikan wanita yang melahirkannya itu prioritasnya."Bara, bagaimana keadaanmu sekarang? Apa kamu masih pusing atau mual?""Nggak, Mom, aku udah sembuh.""Dia langsung sembuh setelah Anisa memaafkannya. Kalau aku jadi Anisa, aku pasti berpikir kalau anak itu hanya pura-pura sakit saja.""Kamu benar, Bang. Tadi Anisa juga mengira aku berpura-pura sakit.""Bersyukurlah karena kamu sakit, Anisa memaafkanmu!" balas Gara sembari tertawa pelan."Kamu ini, adikmu lagi sakit, kenapa ditertawakan?""Apa dia beneran sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 67. Saling Mendukung

    "Hahaha ... bukan begitu, Bang. Aku cuma mau bantu saudaraku tersayang yang sudah merelakan bidadarinya untukku.""Anisa itu bidadari kamu bukan saya. Tuhan hanya menitipkan pada saya sebelum menyerahkannya kepada yang berhak."Walau hatinya merasa sakit, tapi ia harus berpura-pura bahagia. Ia lebih sakit melihat adiknya terbaring lemah."Bang, aku mau peluk kamu." Bara merentangkan tangannya ingin memeluk Gara, tapi pemuda itu menolaknya."Sudahlah, jangan banyak tingkah! Sebaiknya kamu istirahat!"Gara melipat tangannya di depan dada sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi dengan mata terpejam."Dia tetap sama seperti manusia es," gumam Bara."Saya dengar.""Maaf, Bang," balas Bara sembari menahan tawanya.Bara memerhatikan ke sekeliling ruangannya, tidak ada yang bisa dijadikan tempat untuk Gara beristirahat.Hanya ada dua ranjang pasien yang kosong, mana mungkin Gara mau tidur di ranjang p

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-20
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 68. Cemburu

    Gara menubruk Bara, hingga keduanya jatuh di lantai kamar mandi.Suara mereka terdengar hingga keluar ruangan, membuat pengawalnya bergegas masuk ke dalam ruang perawatan sang tuan."Tuan muda!"Laki-laki tegap itu membantu Gara untuk bangun, kemudian mereka berdua membantu Bara, dan memapahnya sampai tempat tidur.Anisa berjalan cepat saat melihat Bara dipapah oleh dua orang. Pintu ruangan itu terbuka lebar hingga ia bisa melihat kekasihnya dari kejauhan."Ada apa?" Anisa panik melihat jarum infus yang terlepas dari tangan kekasihnya. "Aku panggil Dokter dulu."Ia bergegas memanggil Dokter jaga untuk membantu calon suaminya setelah menaruh makanan yang ia bawa di atas meja di samping ranjang pasien."Bara, maafkan saya," ucap Gara setelah adiknya terbaring di tempat tidur. "Apa ada yang sakit?""Pantatku sakit," jawab Bara sambil mengusap pantatnya yang dimiringkan. "Memangnya Abang mau ngapain?""Mau mendobrak pintu ka

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-21
  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 69. Menjodohkan Gara

    "Apa aku boleh meminta sesuatu kepada orang tuamu?" tanya Anisa ragu."Boleh, Sayang. Kamu bisa mengatakannya langsung pada mereka."Anisa tersenyum sambil mengangguk."Aku mau menelpon Mommy, apa kamu mau mengatakannya sekarang?""Nanti saja. Aku ingin berbicara langsung kepada beliau," jawab Anisa. "Sangat tidak sopan kalau aku mengatakan ini di telepon.""Baiklah!"Bara mengambil ponselnya di bawah bantal, lalu menelpon sang mommy. "Aku telepon Mommy sebentar.""Beliau ibumu, wanita yang melahirkanmu, tidak perlu meminta izinku kalau hanya untuk menelponnya saja."Bara tersenyum senang sambil menempelkan benda pipih itu di daun telinganya."Halo, Mom," sapa Bara kepada bidadari sang daddy. "Gimana kabar Mommy dan Daddy?""Sayang, gimana kabarmu hari ini? Apa masih lemas, mual atau pusing?"Andin malah balik bertanya. Ia sangat mengkhawatirkan anaknya."Hmm ... kalau aku sakit aja manggilnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-21

Bab terbaru

  • Pengantin Tuan Haidar   PENGUMUMAN

    Terima kasih untuk kakak-kakak cantik dan kakak-kakak ganteng yang sudah mendukung novel saya ini. Tak terasa ternyata Haidar sudah menemani kalian selama setahun. Ceritanya memang belum selesai, masih ada kelanjutannya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Gara dan Jennie setelah mamanya tahu, dan apakah mereka bisa mempertahankan pernikahannya di saat orang-orang yang membencinya berusaha untuk memisahkan mereka. Kisah si CEO bucin akan dilanjut di buku baru ya, khusus Gara dan Jennie. Novel ini sudah terlalu panjang, takut kalian mual lihat bab yang udah ratusan, hehehe .... Pemenang GA akan diumumkan di sosmed saya, i*, efbe, w*, kalau barangnya sudah datang, wkwwkk. Silakan follow i* @nyi.ratu_gesrek, atau bisa gabung di grup w*. Penilaian akan berlangsung sampai barang datang. Terima kasih banyak kakak-kakak sekalian. Mohon maaf jika cerita saya kurang memuaskan dan membuat kakak-kakak sekalian jengkel. Saya akan terus berusaha m

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 157. I Love You, Biggie ( end )

    “Dia istri saya, kamu telah menghin orang yang saya cintai.”Jennie menatap suaminya sambil tersenyum. Ia senang mendengar Gara mengakui perasaannya di depan orang lain.“Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu kalau Jennie … maksudnya saya tidak tahu kalau Nona Jennie istri anda.”Sekretaris cantik terus memohon minta ampun sambil berlinang air mata, namun Gara sudah terlanjur sakit hati.“Kalau dia bukan istri saya, apa kamu berhak menghina sesama kaummu seperti itu?”“Maafkan saya, Tuan, tolong jangan pecat saya!”“Saya tidak mau mempekerjakan orang-orang berhati busuk sepertimu.”“Sayang, berilah dia kesempatan sekali lagi, mungkin kalau aku ada di posisi dia, aku akan lebih parah dari itu.”Jennie merasa bersalah kepada sekretaris suaminya karena dirinyalah, wanita itu dipecat.“Saya tahu. Tapi, saya tidak suka melihat orang yang telah

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 156. Kamu Saya Pecat!

    “Hati-hati, Bos!”“Saya sudah jatuh, Biggie!" kesal Gara.“Ya udah ayo bangun!” Jennie membantu Gara yang tersungkur karena terkejut melihatnya masih bekerja sebagai office girl di kantornya sendiri.“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Gara setelah bangun dan berdiri.“Aku kan masih kerja di sini, Bos,” jawab Jennie sambil tersenyum.“Tidak perlu kerja lagi, kamu tunggu saya pulang kerja saja di rumah!”“Aku bosan di rumah terus.”“Kamu bisa jalan-jalan atau belanja bersama Anisa atau Mommy. Kamu cari kegiatan lain, tapi jangan bekerja di sini!”“Kenapa? Kamu malu kalau sampai orang lain tahu kalau istri dari CEO Mannaf Group ternyata hanya seorang office girl?”“Bukan itu maksudnya. Saya hanya tidak ingin kamu kerja lagi. Kamu istirahat saja ya, biar saya yang mencari uang untuk kamu.”“Kontr

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 155. Ambyar

    "Bukan apa-apa," jawab Jennie sambil berjalan keluar dari kamar."Biggie, saya yakin ada yang kamu sembunyikan.""Nggak ada. Besok kamu udah mulai kerja lagi, pasti pulangnya malam dan capek 'kan? Mana mungkin kita bisa bercanda seperti tadi lagi.""Saya akan meluangkan banyak waktu untukmu. Kamu tenang saja, kali ini saya tidak akan pulang malam."Jennie menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik menghadap Gara."Jangan kayak gitu. Lakukanlah kegiatanmu seperti sebelumnya. Aku nggak mau menjadi pengganggumu, lagian kita 'kan bisa menghabiskan waktu seharian di akhir pekan."Gara tersenyum menanggapi ucapan istrinya. "Saya bersyukur mempunyai istri sepertimu."Pria yang memakai kaus berwarna putih dengan dipadukan celana panjang berwarna krem menggenggam tangan istrinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.Mereka makan sambil suap-suapan yang membuat seisi rumah itu berbahagia melihat Tuan dan nona mudanya be

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 154. Permainan Pengantin Baru

    Jennie juga melakukan hal yang sama seperti suaminya. “Aku juga mencintaimu.”Kedua pasangan pengantin baru itu sedang berbahagia. Mereka menghabiskan waktu di dalam kamar dengan bermain kertas gunting batu. Yang kalah akan menuruti perintah yang menang.“Kamu kalah suamiku,” kata Jennie sambil tertawa.“Apa yang harus saya lakukan?”“Buatkan aku jus jeruk!” titah Jennie.“Baiklah, saya akan melakuknanya.”“Tapi haus kamu yang membutanya, jangan menyuruh Bibi.”“Iya ….” Gara turun dari tempat tidur, lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman sang istri.“Kapan lagi memerintah CEO,” kata Jennie sambil tertawa setelah suaminya keluar dari kamar. “Belum tentu aku bisa bersamanya terus,” lanjutnya dengan pelan. “Aku takut Mama tahu pernikahan ini?”Beberapa menit kemudian sang suami masuk den

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 153. Benci

    Gara bangun dan berdiri. "Saya mau pakai baju dulu."Laki-laki tampan itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Jennie bangun dan terduduk sambil memerhatikan suaminya. "Katanya mau pakai baju, tapi kenapa malah masuk lagi ke dalam kamar mandi?" gumamnya."Kenapa adik saya bangun hanya karena saya menindihnya?" gumam Gara saat berada di bawah pancuran air. Berharap sang adik tenang dan kembali tertidur. "Kalau Biggie tahu, ini sangat memalukan."Setelah beberapa menit Gara keluar dari kamar mandi dan langsung pergi ke ruang ganti. Laki-laki itu menghampiri istrinya setelah berpakaian."Lehermu tidak apa-apa 'kan?" Gara duduk di samping istrinya . "Maafkan saya ya!"Jennie memiringkan duduknya menghadap sang suami. "Gara, apa kamu sadar saat tadi kamu bilang kalau kamu mencintai saya?"Bukannya menjawab laki-laki tampan itu malah menyentil kening istrinya dengan keras."Sakit, Garangan!" Jennie mengusap-usap keningnya samb

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 152. Pengakuan Gara

    "Apa kamu mencoba menukar keperawananku dengan motor ini?"“Kamu itu istri saya, kenapa kamu berbicara seperti itu kepada suamimu?”Gara tersinggung dengan ucapan istrinya karena dia menyiapkan motor itu setelah resmi menjadi suami Jennie.Ia hanya ingin memfasilitasi istrinya supaya wanita yang telah sah menjadi pendamping hidupnya itu bisa aman berkendara dengan motor barunya karena motor lamanya sudah tidak layak pakai."Bukannya kamu bilang nggak mau melakukannya kalau aku belum siap? Kalau ngomong tuh jangan asal keluar terus dilupain, kayak kentut aja.”Gara menatap istrinya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan wanita itu. Ia kembali ke kamar dan langsung berendam air hangat untuk melemaskan otot-ototnya.“Kenapa saya selalu lupa dengan apa yang saya ucapkan padanya. Saya pasti terlihat seperti laki-laki bodoh yang plin plan,” ucapnya sambil menengadahkan kepalanya dengan tangan bersandar pa

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 151. Motor Butut

    "Bukannya kamu rindu dengan keluargamu," sahut Gara sambil berjalan menghampiri istrinya."Mereka ada di mana?" tanya Jennie tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel. Ia tersenyum bahagia saat melihat adik satu-satunya."Di rumah keluarga barunya. Ibu kamu sudah menikah lagi dan mereka hidup bahagia bersama adikmu.""Kenapa Mama nggak bilang sama aku kalau mau menikah? Kenapa Mama melupakanku?"Gara mencengkram dagu istrinya dengan lembut. "Hey, Cantik! Apa kamu memberitahu ibumu kalau kamu sudah menikah dengan saya?""Benar juga," sahutnya. "Tapi, aku punya alasan sendiri kenapa nggak bilang sama Mama." Jennie menepis tangan suaminya."Ibu kamu juga punya alasan sendiri.""Kamu tahu dari mana?""Jangan lupakan siapa suamimu ini?""Maaf, aku lupa soal itu," jawabnya sambil melirik dengan sinis suaminya."Jangan bersedih!" Gara membelai lembut rambut sang istri yang tergerai indah."Kenapa dia

  • Pengantin Tuan Haidar   ( S2 ) Bab 150. Sebuah Rekaman

    “Ya saya ingin merekam suara kamu,” jawab Gara pelan sambil tersenyum.“Sejak tadi kamu udah denger ‘kan, apa yang aku katakan?” tukas Jennie yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh suaminya. “Kamu memang menyebalkan Gara.”Jennie menggelengkan kepala sambil menggeser duduknya membelakangi sang suami. “Kena kutukan apa aku ini? Bisa-bisanya jatuh cinta kepada laki-laki seperti dia. Laki-laki narsis, dingin, angkuh, dan sangat menyebalkan."“Salah saya apa? Saya hanya ingin merekam suara kamu, itu aja. Saya ingin menyimpannya sebagai pengingat kalau saya sedang merindukanmu.”Jennie menoleh pada suaminya, lalu berkata, “Salah kamu apa? Astaga, ini CEO punya otak apa nggak sih? Tensi darahku bisa naik ini." Jennie menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. "Aku harus tetap menjaga kewarasanku," ucapnya sambil mengipasi wajah menggunakan telapak tangan."Biggie, saya ha

DMCA.com Protection Status