All Chapters of Pengantin Tuan Haidar: Chapter 411 - Chapter 420

606 Chapters

Bab 410. Kekuatan Di Balik Kelemahan

“Maaf, Tuan, saya sudah pernah menginfokan semuanya, tapi waktu itu Tuan bilang tidak peduli semua tentang Nyonya. Jadi, saya tidak pernah membahas ini lagi,” jawab Baron sambil menunduk.Ia jadi merasa bersalah, dulu tuannya menolak karena belum ada rasa cinta yang tumbuh di hatinya untuk sang istri. Namun, sekarang mereka sudah saling mencintai, tapi Baron lupa untuk memberitahukan kembali tentang sang nyonya.Haidar mengingat sikapnya dulu sebelum jatuh cinta kepada wanita yang menjadi istrinya. Ia tidak mau tahu apa-apa tentang wanita seksi itu. “Ya saya mengingatnya,” ucap Haidar.“Anak-anak Tuan Rey terlihat biasa saja, tapi di balik semua itu tidak ada yang tahu kalau mereka begitu cerdik dan tangguh,” ujar Baron, “Tuan Rey selalu bisa mengatasi semuanya dengan tenang. Masalah Tuan yang membuat Nyonya kabur dari rumah saja, beliau yang mengatasi semuanya secara diam-diam.”“Saya tahu itu,”
Read more

Bab 411. Ratu Dari Segala Ratu

Haidar dan Baron membahas proyek baru dan rencana kepergiannya ke luar kota minggu depan untuk menghadiri pernikahan rekan bisnisnya sekaligus meninjau proyeknya yang ada di kota itu.Mereka berdiskusi hingga jam makan siang tiba. Kemudian Baron keluar dari ruangan CEO untuk makan siang bersama sang istri.Ia menghampiri meja kerja istrinya, duduk di kursi yang ada di depan meja kerja wanita cantik itu. Ia mengamati wajah cantik istrinya, terasa ada yang berbeda, tapi ia tidak tahu apa itu.“Kamu tidak lapar?” tanya Baron yang membuat sang istri terperanjat mendengar suaranya.Tari tidak sadar kalau sejak tadi sang suami memandangnya sambil melipat tangannya di depan dada. “Abang ngagetin aja,” ucap Tari sambil mengelus dadanya.“Kenapa sekarang kamu terlihat lebih cantik dari sebelumnya?” tanya Baron kepada sang istri.Tari bangun dari duduknya, lalu memukul sang suami dengan berkas yang ia gulung. &ldquo
Read more

Bab 412. Mengejar Cinta CEO

Mendengar suara sang tuan, Tari dan Baron langsung berdiri tegap menghadap tuannya."Banyak wanita seksi yang mengejar Baron," ucap Haidar yang membuat Tari memelototi sang suami."Sayang, mereka bukan mengejar saya, tapi mengejar pesona CEO Mannaf Group," ucap Baron yang berusaha menyangkal semua itu."Siapa yang mengejar cinta suamiku?" Suara dari Ratu segala Ratu menusuk pendengaran ketiga orang yang sedang berdebat, sehingga mereka tidak sadar akan kedatangan Nyonya Haidar.Padahal Haidar sudah tahu kalau sang istri akan datang. Ia keluar ruangan bermaksud untuk menyambut istrinya, tapi malah melihat pertunjukan drama rumah tangga antara Baron dan Tari.Haidar mau pun Baron tidak ada yang menjawab pertanyaan Andin. Mereka tidak tahu harus berbicara apa. Kedua laki-laki itu diam seribu bahasa.'Bagaimana ini? Kalau saya membela diri, Tuan tidak akan membiarkan saya hidup tenang, tapi kalau saya membela Tuan, tamatlah riwayat
Read more

Bab 413. Ancaman

Baron menoleh pada sang istri yang duduk di sampingnya. Menatap wajah cantik istrinya tanpa berkedip. 'Kalau sedang marah, dia lebih seram dari Tuan Haidar,' ucap Baron dalam hati sembari menelan salivanya dengan susah payah."Kalian nggak mau makan?" tanya Haidar kepada pasangan pengantin baru itu.Tari menjadi gugup sedangkan Baron bersikap biasa saja. "Ma-maaf, Tuan," ucap Tari gugup."Nggak apa-apa," sahut Andin, "Ayo kita makan!"Andin yang menyiapkan makanan untuk mereka berempat. Tari tidak membantunya karena merasa tidak enak hati, dan belum akrab dengan sang nyonya. Walaupun Andin begitu baik padanya, Tari merasa sungkan kepada Nyonya Haidar.Andin makan sambil mengobrol dengan Tari, sementara Haidar dan Baron makan dengan serius, tidak ada yang mengeluarkan suara di antara mereka berdua.Tari berusaha untuk mengakrabkan diri dengan istri dari bosnya yang begitu ramah dan tidak sombong. Setelah selesai maka
Read more

Bab 414. Abang, Lepaskan!

"Kamu bawa motor apa mobil?" tanya Haidar pada Andin setelah melepas pelukannya."Mobil," jawab Andin, "Kamu tenang aja! Aku bawa banyak pengawal Ayah. Pengawal kamu aku suruh untuk menjaga rumah kita dan Baron."Andin bangun dari duduknya merapikan bajunya, lalu menenteng kotak makan yang sudah kosong itu."Aku pulang ya, Boo." Andin mengecup bibir suaminya sekilas. "Mbak Tari, aku pulang ya, lain kali kita bertemu lagi." Setelah berpamitan, Andin segera keluar dari ruangan itu, Tari pun ikut keluar setelah berpamitan terlebih dulu kepada suaminya."Mbak Andin terima kasih ya," ucap Tari saat mereka sudah keluar dari ruangan sang CEO."Sama-sama," balas Andin sembari tersenyum ramah. "Mbak Tari beruntung mempunyai suami seperti Baron, tapi mungkin harus sedikit maklum kalau laki-laki itu mendadak manja dan bucin karena baru mengenal cinta," ucap Andin sambil tertawa geli.Tari pun ikut tertawa. Memang benar, laki-laki angkuh it
Read more

Bab 415. Ciuman Di Kantor

Baron menyesapi bibir istrinya dengan rakus tanpa memedulikan penolakan sang istri. Tari berusaha melepas ciumannya, bukan karena ia tidak menyukai sentuhan bibir sang suami, tapi ia takut menjadi masalah karena melakukannya di kantor. "Abang, udah ah," Tari mendorong suaminya supaya melepaskannya dan membiarkan ia keluar dari ruang kerjanya. "Kenapa? Ini masih jam istirahat," kata Baron yang kembali mengecup bibir istrinya sekilas. "Tidak akan ada yang melihatnya." "Bukannya di ruangan ini ada CCTV-nya?" tanya Tari sambil menyapu pandangannya ke seluruh ruangan mencari keberadaan kamera itu. 'Kenapa saya bisa lupa? Pasti Tuan sudah melihatnya,' ucap Baron dalam hati. "Baiklah, silakan kamu keluar, tapi bersihkan dulu riasan di bibirmu!" titah Baron sembari tersenyum melihat lipstik istrinya yang berantakan. Tari menutup mulutnya untuk menahan tawa. 'Aku biarkan aja dia begitu, ini hukumanmu wahai suamiku yang bawel,' ucap Tari dalam hatinya.
Read more

Bab 416. Bertindak Lebih Cepat

Haidar memeriksa CCTV di ruang kerja asistennya. Benar saja dugaannya, orang kepercayaannya itu habis melakukan ciuman panas bersama dengan istrinya.Ia kembali beralih menatap asistennya. "Darah siapa yang kamu hisap? Kenapa bibirmu menjadi merah seperti itu?" tanya Haidar sembari tertawa geli. "Apa ini alasannya kamu melarang Tari berdandan? Karena kamu yang ingin berdandan."Baron langsung merogoh kameranya dan melihat wajahnya dalam pantulan kamera depan ponselnya.  'Kenapa saya bisa sebodoh ini? Ternyata benar cinta bisa membuat orang menjadi bodoh, termasuk saya,' ucapnya dalam hati sembari mengusap-usap bibirnya untuk menghapus lipstik sang istri yang tertinggal di bibirnya."Saya permisi dulu, Tuan." Baron pergi ke toilet yang ada di ruang kerja tuannya untuk membersihkan bibirnya.Setelah membersihkannya ia bercermin, mengamati sekitar bibirnya masih ada sisa lipstik atau tidak. "Pasti Tari sengaja tidak memberitahu saya," gumam
Read more

Bab 417. Perintah Yang Istimewa

Haidar dan Baron kembali bekerja di ruangannya masing-masing."Halo, Bee. Nanti aku pulang telat ya. Kerjaanku masih banyak," kata Haidar melalui sambungan telepon. "Iya, nggak apa-apa," jawab Andin singkat, "Semangat, Suamiku!" seru ibu muda itu sebelum memutus panggilan teleponnya."Kenapa udah ditutup aja? Sedang apa dia?" tanya Haidar sambil menatap layar ponsel yang menampakkan foto kedua jagoannya. "Ah sudah lah, mungkin dia sibuk dengan anak-anak."Haidar memasukkan benda pipih itu ke dalam saku jas berwarna abu tua. Ia melanjutkan kembali pekerjaannya yang sudah menumpuk.Tiga orang di ruangan itu begitu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, hingga ia tidak sadar kalau langit sudah menggelap.Haidar meregangkan otot-ototnya setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ia melirik jam yang melingkar di tangannya.Ternyata sudah menunjukkan pukul tujuh malam. "Astaga! Aku sampai tidak sadar kalau sudah malam."Laki-laki it
Read more

Bab 418. Olahraga Malam

"Abang benar," sahut Tari, "Dulu sempat ingin menolak perjodohan itu, tapi takut dipecat. Dalam hatiku yang benar saja aku dijodohkan dengan es balok yang tiap hari selalu memerintahku seenaknya termasuk mengatur hal pribadiku juga, tapi ternyata Tuan menjodohkan aku dengan laki-laki yang begitu baik, Pangeran yang sudah aku tunggu-tunggu selama bertahun-tahun."Tari melingkarkan tangannya di pinggang sang suami, memeluknya dengan erat tubuh kekar itu. "Aku mencintaimu, Suamiku. Sungguh aku tergila-gila padamu. Jangan pernah berubah, dan jangan tinggalkan aku!"Baron memeluk istrinya sambil tersenyum, 'Sepertinya dia lupa kalau sedang marah pada saya,' ucapnya dalam hati.Baron menangkup wajah istrinya, lalu mengecup kening, pipi, dagu, dan hidung lancip wanita cantik itu berkali-kali. "Saya juga sangat mencintaimu, saya tidak akan meninggalkan kalian," ucapnya."Yah basah dah," ucap Tari sambil mengusap wajahnya yang dicium berkali-kali oleh sang suami.
Read more

419. Berendam Bersama

"Bee, kamu dari mana?" tanya Haidar pada sang istri saat ia keluar dari mobil, ternyata Andin juga baru pulang. Entah dari mana, Haidar tidak mengetahuinya."Aku dari rumah Ayah," jawab Andin sambil tersenyum, "Maaf ya, aku nggak bilang dulu sama kamu. Aku takut mengganggu kerjaanmu." Andin melingkarkan tangannya di lengan kekar sang suami yang terbalut jas berwarna hitam."Tidak apa-apa, Bee," kata Haidar sambil mengusap-usap lengan istrinya.Sebenarnya Haidar sudah mengira kalau sang istri juga ikut andil dalam akuisisi perusahaan yang membantu Ardi."Boo, Besok aku pergi ke Bandung. Ada masalah di kafe jadi aku harus mengurusnya. Aku bawa anak-anak ya," izin Andin pada suaminya, "Bunda juga ikut ke sana kok.""Kamu berapa hari di sana?" tanya Haidar pada wanita cantik yang berjalan di sampingnya."Seminggu," jawab Andin sembari tersenyum. "Pulangnya setelah resepsi pernikahan sahabatku.""Haidar menghentikan langkah kakinya. Ia men
Read more
PREV
1
...
4041424344
...
61
DMCA.com Protection Status