Home / Romansa / Bukan Istri Cadangan / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Bukan Istri Cadangan: Chapter 1 - Chapter 10

73 Chapters

Part 1

Aku jatuh cinta padanya, meskipun aku tak tahu kapan itu bermula.Aku menyayangi keduanya, tanpa sadar bahwa seluruh hatiku sudah bukan milikku lagi.Aku tak bisa, dan tak ingin memilih.Aku tak bisa meninggalkan, apalagi ditinggalkan.  
Read more

Part 2

Adskhan dibuat terkejut ketika dia keluar dari lobi apartemennya dan mendapati sosok wanita cantik bergaun merah seksi sudah menunggunya disana. Model cantik yang saat ini menjadi brand ambassador perusahannya itu melambaikan tangannya yang mengenakan berlian mahal dengan senyumnya yang khas. Bukannya membalas senyum wanita itu, Adskhan malah menatapnya tajam.  
Read more

Part 3

Ruangan kelas sudah mulai sepi karena sebagian penghuninya sudah pergi ke kantin untuk makan siang. Carina masih duduk di tempatnya dengan buku di tangannya. Mengeluhkan nilai matematika yang baru saja diterimanya. “Sial!” umpat remaja itu dengan suara desisan. Sahabatnya yang duduk di sampingnya melirik lewat sudut matanya. “Jelek lagi?” tanyanya menunjukkan cengirannya. Carina menoleh pada wajah gadis cantik keturunan Turki itu kemudian mendelik. “Puas? Mentang-mentang dapet nilai gede terus ngeledek nilai aku?” ketusnya kesal. Syaquilla, si gadis bermata keemasan yang cantik itu mengangguk senang. “Seenggaknya aku tahu ada sesuatu yang gak bisa Carin lakuin. Itu matematika.” Kekehnya senang.
Read more

Part 4

Jakarta Ruangan itu dipenuhi rak-rak tinggi yang mencapai langit-langit dan dipenuhi buku-buku dari berbagai macam genre. Entah itu buku akademik ataupun novel. Cerita romantis maupun horror ada di dalam sebagian buku yang tersusu rapi di sana. Adskhan memasuki ruangan itu karena sang ayah memanggilnya. “Ada apa Baba memanggilku kesini?” tanyanya seraya duduk di sofa kulit mewah yang ada dalam perpustakaan pribadi ayahnya itu.
Read more

Part 6

Kediaman Levent Pasangan lanjut usia itu menatap cucunya dengan tatapan memohon. “Granny dan Baba mau kamu ikut. Tidak akan lama kok, hanya dua minggu. Setelah pernikahan bibimu selesai, kita beristirahat beberapa hari sebelum kemudian pulang ke Indonesia lagi.” Bujuk Sir Ahmed pada cucunya. Nyonya Helena turut mengangguk. “Lagipula ujian tengah semester masih lama."
Read more

Part 7

Minggu pagi, Caliana mengantarkan ibunya menuju bandara. Tidak membuang banyak waktu karena setelah mengeluarkan kopernya dari dalam mobil, mereka langsung kembali pergi karena memang Nyonya Nurma sendiri yang memintanya.“Jadi, bagaimana dengan Syaquilla?” tanyanya saat mereka sudah keluar dari area parkir bandara.
Read more

Part 8

Lima belas menit kemudian, dia sudah kembali ke mejanya dan mematikan komputernya. Suara langkah kaki terdengar dari balik punggungnya. Caliana menoleh dan melihat atasannya tengah tersenyum padanya. "Jadinya lembur juga?" Ledek wanita menjelang paruh baya itu. Caliana mengedikkan bahu. "Mau gimana lagi, Bu. Namanya juga bawahan, ya nurut aja daripada dipecat.” Jawabnya dengan asal. “Anak baik.” Jawab Bu Shelly seraya menepuk pundak Caliana. “S
Read more

Part 9

Tempat makan itu, meskipun kaki lima tapi tampak luas dan sudah hampir penuh.  Ada beberapa meja panjang yang berjejer rapi dengan deretan tempat sambal dan tempat minum. Carina dan Syaquilla berjalan menuju sudut yang masih kosong, sementara Caliana mengikuti di belakang mereka dan Adskhan di belakangnya. Mereka duduk berhadapan di sebuah meja panjang yang bisa diisi 5-6 orang perbangku nya. Caliana menyerahkan selembar kertas yang sudah dilaminating ke arah Adskhan. Kertas yang berisi menu beserta harga makanan disana. Ia mengerutkan keningnya, bingung dengan apa yang akan dipesannya sementara Carina dan Syaquilla sudah anteng dengan telunjuk mereka di atas kertas, merundingkan makanan yang hendak mereka makan.
Read more

Part 10

Caliana berjalan masuk ke dalam gedung sambil memijat pelipisnya. Kepalanya berdenyut nyeri karena semalam ia tidak bisa tidur dengan cukup dan itu  semua karena kedua remaja yang menginap di tempatnya terus menerus mengganggunya dan baru berhenti pada pukul sebelas malam saat mereka tertidur. Sementara setelahnya Caliana tidak bisa langsung beristirahat karena ia harus menyelesaikan laporannya. Alhasil baru pukul dua malam ia bisa naik ke atas tempat tidurnya dan itupun ia tidak tahu pukul berapa ia benar-benar terlelap dalam tidurnya. Sementara pukul lima pagi ia harus kembali bangun untuk menunaikan kewajibannya. Biasanya, jika begadang seperti itu Caliana bisa mencuri waktu satu sampai satu setengah jam untuk kembali tidur. Namun kali ini ia tidak bisa karena harus membuatkan sarapan bagi kedua remaja itu. Dan efeknya kini baru Caliana rasakan.
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status