Adskhan dibuat terkejut ketika dia keluar dari lobi apartemennya dan mendapati sosok wanita cantik bergaun merah seksi sudah menunggunya disana. Model cantik yang saat ini menjadi brand ambassador perusahannya itu melambaikan tangannya yang mengenakan berlian mahal dengan senyumnya yang khas. Bukannya membalas senyum wanita itu, Adskhan malah menatapnya tajam.
Wanita itu belakangan ini sudah mulai kelewat batas. Dan hal ini membuat Adskhan kesal. Padahal Adskhan sudah mengatakan supaya wanita itu tidak pernah datang ke zona pribadinya, tapi sepertinya, Anastasia jauh lebih keras kepala daripada dugaannya. Apa dia harus memerintahkan penjaga keamaan apartemennya untuk memasukkan wanita itu dalam daftar hitam tamu? Tentu saja dia bisa melakukannya. Dia sudah membayar mahal mereka.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Adskhan datar.
“Hari ini aku akan melakukan tanda tangan kontrak baru dengan perusahaanmu. Jadi, ya. Kenapa kita tidak pergi bersama saja?” tanya wanita itu dengan gaya menggoda. Adskhan masih memandanginya saja, tapi kemudian dia berjalan lebih dulu meninggalkan wanita itu.
Supirnya sudah menunggunya dan bahkan membukakan pintu untuknya. Adskhan masuk lebih dulu dan membiarkan Anastasia berjalan berputar untuk masuk ke sisi lainnya. Maaf, dia bukan gentleman yang akan bersikap manis pada seorang wanita, seperti membukakan pintu untuknya atau apapun itu. terlebih disini, Anastasia tidak jauh berbeda dengan karyawannya. Jadi tidak ada pelayanan istimewa.
Setelah mennutup pintu, supirnya kembali ke balik kemudi dan melajukan mobil sehalus namun secepat yang ia bisa.
“Bagaimana dengan acara makan malam besok?” tiba-tiba Anastasia bersuara. Adskhan mengerutkan dahi, mencoba mengingat acara apa yang harus dihadirinya besok.
Sebagai pemimpin perusahaan besar, meskipun Adskhan sebenarnya tak suka bergaul, ada kalanya dia harus datang ke beberapa acara dari perusahaan rekanannya. Dan jika memang hal itu mengharuskannya membawa pasangan, belakangan ini Adskhan memang menjadikan Anastasia sebagai pasangannya.
Bukan karena ia memiliki perasaan pada wanita itu. Tapi ini murni karena urusan bisnis. Dan murni karena ia butuh mempertahankan image nya dimata semua orang. Terutama di mata saingannya. Dan menjadikan Anastasia sebagai pendamping, itu sudah masuk ke dalam kontrak wanita itu. Jadi, biarkan orang lain menduga seperti apa yang mereka inginkan, tapi yang jelas, pihak perusahaan lebih tahu hubungan seperti apa yang mereka jalani saat ini.
Karena sejujurnya, meskipun Anastasia itu cantik dan dikagumi banyak pria. Bagi Adskhan, kecantikan dan kemolekan tubuhnya itu tidak bisa memicu gairahnya. Ya, keberadaan Anastasia maupun wanita lainnya, sampai sejauh ini tidak bisa membangkitkan hasratnya. Apa bedanya wanita itu dengan tameng hidup?
Mereka sampai ke perusahaan. Adskhan sengaja meminta supirnya untuk langsung masuk ke basement perusahaan. Mengubah kebiasaannya untuk masuk lewat pintu depan. Semua itu dilakukannya untuk menghindari tatapan publik karena saat ini dia pergi bersama Anastasia. Dia tidak ingin mendengar desas-desus tentang dirinya lebih banyak lagi. Jadi dia memilih untuk menghindar dari sorotan publik. Terlebih hari ini akan ada rapat besar, dan itu berarti akan ada lebih banyak orang di kantornya.
Adskhan turun dari mobilnya dan entah bagaimana, dengan sepatunya yang tinggi itu Anastasia bisa bergerak cepat dan kemudian menjajari langkahnya. Bahkan wanita itu dengan sengaja merangkul lengan Adskhan dengan erat sehingga Adskhan tak bisa melepaskannya. “Ada orang lain disini.” Bisik wanita itu di telinganya. Dan ucapan itu membuat Adskhan menghentikkan penolakannya. Baiklah, image harus tetap dia jaga. Ucapnya dalam hati.
Mereka terus berjalan sampai mendekati lift. Dan tampaknya orang yang disebutkan Anastasia juga mengikuti mereka. Adskhan masuk ke dalam lift dan kemudian saat ia berbalik, ia bisa melihatnya. Sosok gadis cantik mengenakan kemeja berwarna hitam berlengan panjang yang sengaja dilipat sampai setengah lengan dan rok pensil yang mencapai bawah lutut dengan sepatu hitam yang memiliki hak setinggi 5cm. Tampilan yang seratus delapan puluh derajat merupakan kebalikan dari Anastasia.
Gadis itu terlihat begitu cantik dan memancarkan aura tersendiri yang tak bisa Adskhan jelaskan dengan kata-kata. Dan yang menarik perhatian Adskhan adalah tatapan dingin yang diberikan gadis itu padanya. Meskipun hanya sejenak karena kemudian gadis itu membalikkan badan dan memunggunginya.
Jika selama ini Adskhan mendapatkan tatapan memuja dari para wanita yang baru dikenalnya. Maka kali ini tidak.
Baiklah, jika gadis itu tidak menyapanya, Adskhan simpulkan bahwa dia bukan salah satu karyawannya. Lantas siapa dia?
Adskhan melirik dokumen yang ada di dalam pegangan gadis itu. Mungkin dia salah satu pelamar? Tanyanya dalam hati. Dan melihat lantai yang dituju oleh gadis itu, Adskhan menduga bahwa gadis itu bisa saja menjadi salah satu anak buah dari rekanannya. Karena lantai lima belas memang difungsikan untuk tempat rapat perusahaannya.
Adskhan memperhatikan gadis itu dari belakang. Rambut hitamnya yang disanggul modern sederhana. Rambut-rambut halunya yang keluar dari sanggulan, membuat tengkuk gadis itu yang putih terlihat lebih mempesona meskipun tertutup oleh kerah kemejanya. Bahu wanita itu kecil. Dan meskipun tidak bisa dikatakan memiliki tubuh langsing seperti model, tapi gadis itu memiliki lekukan yang sintal dan berada di tempat yang tepat.
Menggairahkan. Satu kata yang tersirat di kepalanya tentang gadis itu. dan ia terkejut, karena untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun lamanya dia bisa kembali merasakan hal itu pada sosok yang bahkan baru pertama kali dilihatnya.
Bahkan tadi, sekilas Adskhan bisa mencium wangi lembut yang menguar di udara saat gadis itu berbalik memunggunginya. Sesuatu tiba-tiba terasa menyempit dibagian bawahnya. Yang jelas ini bukan karena Anastasia, yang ia tahu bahwa sejak tadi wanita itu berusaha menggodanya dengan masih bergelayut manja di lengannya, dan bahkan sesekali meraba bagian depan kemejanya dan bibirnya mengendus lehernya. Bukan karena itu, karena Adskhan benar-benar mengabaikan Anastia sedetik setelah melihat kehadiran gadis di depannya ini.
Ya, perhatiannya hanya terfokus pada gadis di depannya. Dan seandainya saja lift itu dilapisi cermin, saat ini dia yakin bahwa ia bisa melihat gadis itu sedang melirik ke arahnya. Meskipun ia tidak tahu apa yang ada di dalam pikirannya karena Adskhan melihat kepala cantik itu menggeleng perlahan.
Tepat dilantai 15 gadis itu keluar dari lift tanpa sekalipun menoleh ke arahnya. Baginya, pria yang biasanya mendapat lirikan dari para wanita, tua ataupun muda, kali ini merasa egonya sedikit terluka karena gadis itu sama sekali tidak mencoba mencuri pandang ataupun mencari perhatiannya.
Pintu lift kembali tertutup, dan detik selanjutnya ia kemudian melepaskan tangan Anastasia yang kini sudah membuatnya risih. Ia memilih untuk melipat kedua tangannya di depan dada. Tiba-tiba ia merasa kesal, namun juga kosong di waktu yang bersamaan. Siapa gadis itu? tanyanya dalam benaknya. Pikiran jahatnya entah kenapa tiba-tiba muncul begitu saja. Tampaknya, dia harus mencari tahu siapa gadis itu. dan dia harus mendapatkan informasinya. Tidak sekarang, tapi nanti. Janjinya dalam hati. karena saat ini, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukannya.
Lift kemudian terhenti di lantai 19. Adskhan berjalan meninggalkan lift, mengabaikan Anastasia yang memanggil namanya. Biarkan wanita itu mengurus urusannya sendiri, karena Adskhan sudah berniat untuk menghentikan kontraknya dengan wanita itu. Tak peduli jika ia harus membayar pinalti. Ada sosok lain yang ingin ia dapatkan saat ini.
Adskhan masuk ke ruangannya sendiri. Ruangan terbesar dan termewah yang ada di lantai itu. Tentu saja bukan karena dia penyuka kemewahan. Tapi lagi-lagi. Semua ini karena ia harus menjaga image nya sebagai seorang CEO perusahaan.
Sekretarisnya membuka pintu setelah memberitahukan bahwa Lucas, sepupunya yang juga menjabat sebagai COO nya sudah ada disana dan menunggunya. Pria bertubuh tinggi besar itu tampak sedang berdiri dan berbincang dengan asisten pribadi Adskhan, Fatah. Keduanya menoleh di saat bersamaan saat melihat kedatangan Adskhan yang juga diikuti Anastasia di belakangnya.
Sebelah Alis Lucas terangkat penuh arti, namun Adskhan sama sekali tidak peduli. Ia memilih untuk terus berjalan dan duduk di kursi kerajaannya. Lucas duduk di sofa kulit di sana, diikuti Anastasia yang juga duduk di hadapannya. Sementara Fatah mengikuti Adskhan dan berdiri sigap di sampingnya.
Fatah memberikannya dokumen berisi tentang ringkasan meeting yang akan mereka lakukan hari ini. "Semuanya sudah berkumpul Sir. Tinggal menunggu kedatangan Anda untuk memulainya." Ucap Fatah tanpa basa basi. Ya, hari ini memang ada rapat umum yang melibatkan seluruh perwakilan cabang perusahaannya.
Rapat biasa, sebenarnya. Hanya sekedar melaporkan kinerja perusahaan dan karyawan setiap triwulannya. Dan sebenarnya hal itu bisa dilakukan tanpa kehadirannya. Tapi mau tak mau Adskhan harus mengikutinya. Karena itu termasuk dalam tanggung jawabnya sebagai pemilik perusahaan.
Adskhan menoleh ke arah Lucas. Pria itu menjawab dengan anggukan. Lucas mengerti kalau Adskhan perlu waktu untuk membaca ringkasan dokumen itu. Dan sekitar sepuluh menit kemudian, Adskhan menutup dokumennya dan bangkit. Lucas pun turut bangkit. Pria itu bahkan berjalan lebih dulu meninggalkan ruangan Adskhan, baru setelahnya Adskhan dan Fatah mengikutinya dari belakang. Mereka berjalan bersamaan menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai lima belas dimana rapat akan berlangsung.
Tepat saat lift dibuka. Adskhan kembali melihat si gadis berkemeja hitam sedang berbincang dengan resepsionisnya. Saat berbalik, ia mendengar Lucas menyapa ramah si gadis. Membuat Adskhan terkejut karena sepupunya ternyata mengenal gadis yang hendak diincarnya.
"Kamu nemenin Bu Shelly?" Pertanyaan bernada ramah itu keluar begitu saja dari mulut Lucas. Mau tak mau Adskhan mengangkat sebelah alisnya tak suka. Dasar pria penggoda. Umpatnya dalam hati.
"Iya, Sir. Biasa, jadi supri." Jawaban gadis itu begitu merdu di telinganya. Ramah. Sangat ramah. Berbanding terbalik dengan tatapan matanya yang tadi ia tujukan pada Adskhan saat mereka berada dalam lift.
Baiklah, Adskhan berasumsi bahwa keduanya sudah saling mengenal. Tentu saja, jika gadis itu menyebut nama Bu Shelly, berarti gadis itu adalah salah satu karyawannya. Satu pertanyaannya sudah terjawab kini. Tapi apa itu supri? Tanya Adskhan masih dalam hati. dan sudah berapa lama gadis itu dan Lucas saling mengenal? Kenapa mereka tampak begitu akrab? Dan entah kenapa, hal itu membuatnya tiba-tiba ingin marah.
"Lamaran aku buat jadi supri aku masih berlaku loh, Na." ucap Lucas lagi, masih dengan nada menggoda.
Cih, manja sekali si Lucas. Batin Adskhan. Sepupunya itu merengek seperti anak gadis yang minta dibelikan coklat. Sungguh tidak pantas.
"Terima kasih, tapi jawaban saya tetap No!” Jawab gadis itu masih dengan senyum di wajahnya. “Kalo jadi supri Anda, yang ada malah saya dikeroyok masal. Secara fans Anda itu bejibun. Saya mah cari aman aja." Lanjutnya. Dan kenapa dengan senyuman gadis itu? kenapa dia terlihat cantik? Sangat cantik. Pujinya dalam hati.
"Kamu mah gitu, An. Padahal saya udah berharap banget loh." Lucas tampak kembali merayu, yang tak diindahkan oleh si gadis.
Adskhan muak, entah kenapa dadanya lagi-lagi merasa sesak. Tubuhnya terasa panas. Ia tidak suka pada keakraban keduanya.
Sekali saja, lihat aku! Perintah itu membentur dalam kepalanya.Ia tahu bahwa ia marah karena gadis itu sama sekali tidak menghiraukan keberadaannya. Padahal ia ingin sekali gadis itu melirik ke arahnya. Ia ingin tahu seperti apa gadis itu menilainya.
Aneh. Baru pertama kali ia merasa diacuhkan seperti ini. Dan Adskhan benar-benar tak menyukainya.
Ia berdeham, mencoba mengalihkan perhatian keduanya. Berharap Lucas peka dan memperkenalkan mereka berdua. Ia hanya ingin mencoba mengalihkan perhatian si gadis.
Tapi lagi-lagi gadis itu hanya menatapnya sekilas. Dan Lucas malah sama sekali tak peka akan kodenya, karena sepupunya itu malah berkata "Aku meeting dulu ya. Kamu stay sampai selesai, kan?" Ucapan Lucas hanya dijawab dengan anggukan. Dengan sopan gadis itu membungkuk kepadanya dan Lucas. Lalu meninggalkan mereka dan masuk ke dalam lift tanpa menghiraukannya.
Kesal, namun Adskhan berusaha menyembunyikannya. "Siapa dia?" Tanyanya dengan nada sedatar mungkin.
"Dia?" Lucas balik bertanya dengan bingung. Adskhan hanya mengangguk pelan. "Caliana, Ana, salah satu staff kita yang di cabang Bandung." Jawab Lucas datar.
"Kalian akrab sekali. Kenal lama?" Ia kembali berusaha bertanya dengan nada datar. Namun melihat senyum tipis sepupunya, ia yakin Lucas memiliki pikiran lain di kepalanya.
Bodoh. Umpatnya dalam hati. Lucas mempermainkannya. Sejak tadi. Dan kenapa ia tidak menyadari kelakuan sepupunya itu? Umpat Adskhan dalam hati.
"Lumayan." Jawabnya ambigu. Seperti sengaja membuat Adskhan penasaran. Dan dia memang penasaran. Jika saja tidak ada meeting yang menanti mereka, ia yakin Lucas akan menggodanya semakin jauh.
Tiga jam selanjutnya berlangsung alot. Beberapa masalah muncul di beberapa cabang. Dan setelah mendapatkan penyelesaian. Rapat ditutup.
Shelly. Nama itu yang tadi didengar Adskhan saat Lucas dan Caliana berbincang. Adskhan melirik pada sosok wanita pertengahan 40an yang sedang berdiskusi dengan direktur keuangan mereka, Septo.
Manager keuangan cabang Bandung itu memang sudah bekerja cukup lama di perusahaannya. Salah satu dari beberapa karyawan yang sudah bekerja sejak saat Coskun Company berdiri. Dan ia juga merupakan salah satu kepercayaan Papa nya, seperti halnya pak Septo.
Setahu Adskhan, wanita berwajah sinis itu pernah diminta pindah ke kantor pusat oleh Papanya, namun menolak karena lebih memilih tinggal bersama keluarga kecilnya di Bandung.
Ya, Coskun Company pada awalnya memang di dirikan di Bandung. Namun seiring perkembangan usaha mereka dan semakin meluasnya jaringan, akhirnya kantor pusat dipindahkan ke Jakarta. Di kantor yang saat ini mereka tempati. Kantor yang saat ini ia pimpin.
Dan kantor di Bandung menjadi salah satu cabang utama yang dimiliki Coskun Company selain kantor cabang lain yang berada di beberapa kota besar di Indonesia.
"Mr. Levent." Sapa wanita itu dengan ramah. Adskhan menyambut uluran tangannya dan menggenggamnya dengan tegas. "Semoga Anda selalu sehat."
"Alhamdulillah." Jawab Adskhan. "Semoga Anda dan keluarga juga selalu sehat." Balasnya ramah.
"Sesekali berkunjunglah ke cabang Bandung. Sejujurnya saya bosan harus melihat wajah Sir Lucas." Ucapnya dengan suara yang cukup keras untuk didengar Lucas yang masih setia berdiri di sampingnya.
"Jangan seperti itu, Bu Shelly. Kalau beliau datang ke cabang Bandung, nanti saya kehilangan pesona saya disana." Jawab Lucas dengan nada merajuk. Septo, Shelly, dan beberapa orang yang masih berada disana hanya tersenyum geli mendengarnya. "Cukup saya saja yang sering berkunjung kesana. Beliau cukup duduk manis saja dan menerima laporan." Lanjutnya dengan tatapan memelas.
"Baiklah, baiklah. Disini Anda atasannya Sir." Jawab Shelly dengan senyum dikulum. "Dengan satu syarat."
"Apa?"
"Jangan terus membujuk Ana untuk menjadi supri Anda. Karena jujur, saya sangat membutuhkannya." Peringatnya halus. Adskhan mendengar tawa Lucas yang khas di telinganya.
"Baiklah, baiklah. Seberapa keraspun saya mencoba, dia selalu saja menolak pinangan saya, Bu." Jawab Lucas dengan serius. Kedua tangannya terangkat sebagai tanda menyerah.
"Sulit mendapatkan karyawan yang bisa cocok dengan karakter saya. Saya bisa saja merelakannya kalau saya sudah mendapat penggantinya." Lanjut Shelly.
Adskhan tahu Shelly bukan orang yang suka memuji. Jika kalimat pujian seperti itu yang keluar dari mulutnya, maka memang seperti itulah adanya. Dan hal itu membuat kesan Caliana menjadi semakin menarik di kepalanya.
"Saya pamit, kasihan supri saya sudah terlalu lama menunggu." Ucapnya kembali menjabat tangan Lucas dan terakhir menjabat tangan Adskhan. "Saya benar-benar menantikan kunjungan Anda, Sir." Ucapnya di akhir kalimat.
Adskhan hanya mengangguk sebagai jawaban.
Ruangan kelas sudah mulai sepi karena sebagian penghuninya sudah pergi ke kantin untuk makan siang. Carina masih duduk di tempatnya dengan buku di tangannya. Mengeluhkan nilai matematika yang baru saja diterimanya.“Sial!” umpat remaja itu dengan suara desisan.Sahabatnya yang duduk di sampingnya melirik lewat sudut matanya. “Jelek lagi?” tanyanya menunjukkan cengirannya.Carina menoleh pada wajah gadis cantik keturunan Turki itu kemudian mendelik. “Puas? Mentang-mentang dapet nilai gede terus ngeledek nilai aku?” ketusnya kesal.Syaquilla, si gadis bermata keemasan yang cantik itu mengangguk senang. “Seenggaknya aku tahu ada sesuatu yang gak bisa Carin lakuin. Itu matematika.” Kekehnya senang.
JakartaRuangan itu dipenuhi rak-rak tinggi yang mencapai langit-langit dan dipenuhi buku-buku dari berbagai macam genre. Entah itu buku akademik ataupun novel. Cerita romantis maupun horror ada di dalam sebagian buku yang tersusu rapi di sana. Adskhan memasuki ruangan itu karena sang ayah memanggilnya.“Ada apa Baba memanggilku kesini?” tanyanya seraya duduk di sofa kulit mewah yang ada dalam perpustakaan pribadi ayahnya itu.
Bandung
Kediaman LeventPasangan lanjut usia itu menatap cucunya dengan tatapan memohon. “GrannydanBabamau kamu ikut. Tidak akan lama kok, hanya dua minggu. Setelah pernikahan bibimu selesai, kita beristirahat beberapa hari sebelum kemudian pulang ke Indonesia lagi.” Bujuk Sir Ahmed pada cucunya.Nyonya Helena turut mengangguk. “Lagipula ujian tengah semester masih lama."
Minggu pagi, Caliana mengantarkan ibunya menuju bandara. Tidak membuang banyak waktu karena setelah mengeluarkan kopernya dari dalam mobil, mereka langsung kembali pergi karena memang Nyonya Nurma sendiri yang memintanya.“Jadi, bagaimana dengan Syaquilla?” tanyanya saat mereka sudah keluar dari area parkir bandara.
Lima belas menit kemudian, dia sudah kembali ke mejanya dan mematikan komputernya.Suara langkah kaki terdengar dari balik punggungnya. Caliana menoleh dan melihat atasannya tengah tersenyum padanya. "Jadinya lembur juga?" Ledek wanita menjelang paruh baya itu.Caliana mengedikkan bahu. "Mau gimana lagi, Bu. Namanya juga bawahan, ya nurut aja daripada dipecat.” Jawabnya dengan asal.“Anak baik.” Jawab Bu Shelly seraya menepuk pundak Caliana. “S
Tempat makan itu, meskipun kaki lima tapi tampak luas dan sudah hampir penuh. Ada beberapa meja panjang yang berjejer rapi dengan deretan tempat sambal dan tempat minum. Carina dan Syaquilla berjalan menuju sudut yang masih kosong, sementara Caliana mengikuti di belakang mereka dan Adskhan di belakangnya.Mereka duduk berhadapan di sebuah meja panjang yang bisa diisi 5-6 orang perbangku nya. Caliana menyerahkan selembar kertas yang sudah dilaminating ke arah Adskhan. Kertas yang berisi menu beserta harga makanan disana. Ia mengerutkan keningnya, bingung dengan apa yang akan dipesannya sementara Carina dan Syaquilla sudah anteng dengan telunjuk mereka di atas kertas, merundingkan makanan yang hendak mereka makan.
Caliana berjalan masuk ke dalam gedung sambil memijat pelipisnya. Kepalanya berdenyut nyeri karena semalam ia tidak bisa tidur dengan cukup dan itu semua karena kedua remaja yang menginap di tempatnya terus menerus mengganggunya dan baru berhenti pada pukul sebelas malam saat mereka tertidur. Sementara setelahnya Caliana tidak bisa langsung beristirahat karena ia harus menyelesaikan laporannya. Alhasil baru pukul dua malam ia bisa naik ke atas tempat tidurnya dan itupun ia tidak tahu pukul berapa ia benar-benar terlelap dalam tidurnya. Sementara pukul lima pagi ia harus kembali bangun untuk menunaikan kewajibannya. Biasanya, jika begadang seperti itu Caliana bisa mencuri waktu satu sampai satu setengah jam untuk kembali tidur. Namun kali ini ia tidak bisa karena harus membuatkan sarapan bagi kedua remaja itu. Dan efeknya kini baru Caliana rasakan.
“Kenyang?” tanya Caliana dengan dahi berkerut.Adskhan dengan sengaja kembali menekankan bagian bawah tubuhnya sehingga Caliana terbelalak. “Kau tahu apa maksudku, kan?” Bisik Adskhan di telinga gadis itu sehingga mau tak mau membuat Caliana bergidik ngeri. Bibir pria itu menggodanya, mulai mengusap bagian sisi wajahnya sehingga tanpa sadar Caliana mendongak dan memberikan pria itu kesempatan untuk menjelajah ceruk lehernya yang ramping. “Bisakah aku meminta hak ku sekarang?” tanyanya dengan nada memohon.Caliana menggelengkan kepala. “Kenapa lagi sekarang?” tanya Adskhan dengan nada merengek.“Tubuhmu bau,” ucap Caliana seraya mengernyitkan hidungnya. “Pergi sana mandi.” Perintahnya seraya membalikkan tubuh Adskhan dan mendorongnya masuk ke dalam kamarnya hingga pria itu mencapai kamar mandinya.Adskhan ingin menolak, namu
Adskhan menghentikan mobilnya di luar rumah Caliana. Membuka gerbangnya dengan kunci cadangan yang sudah ia miliki sejak lama.Mobil Caliana belum beranjak dari tempatnya. Masih disana sejak kali terakhir Adskhan datang ke kediaman calon istrinya itu sebelum akhirnya keluarga Caliana melakukan pingitan pada mereka berdua.Entahlah, mungkin Caliana bisa mendengar kala pintu gerbang rumahnya dibuka atau tidak. Tapi yang jelas, istrinya itu sama sekali tidak menyambutnya karena kediaman Caliana terasa hening. Apa Gilang mengerjainya? Siapa yang tahu bahwa sebenarnya Caliana tidak benar-benar kembali ke rumahnya.Ia membuka pintu depan dan masuk dengan mengucapkan salam. Namun lagi-lagi, tidak ada yang menjawabnya. Saat Adskhan melihat pintu kamar Caliana sedikit terbuka, ia masuk ke dalamnya. Caliana tidak ada disana. Yang ada hanya koper kecil yang tadi Caliana bawa dari ruang ganti kamar hotel.&ldquo
Dengan cepat Anastasia berlari mengejar Adskhan. Wanita itu memanggil nama Adskhan berulang-ulang namun Adskhan memilih mengabaikannya. Hingga akhirnya stiletto Anastasia berhasil membawanya mendekati Adskhan. Wanita itu seketika mengulurkan tangannya dan meraih lengan Adskhan yang kemudian Adskhan tepis dengan kasar.“Adskhan, dengarkan aku. Kumohon. Aku benar-benar menyesal. Aku minta maaf.” Ucapnya dengan nada merengek. Wanita itu kembali mencoba meraih tangan Adskhan yang kemudian kembali Adskhan tepis sehingga membuat wanita itu kali ini terjatuh sampai bersimpuh di atas lantai marmer yang dingin. tak ingin kalah, Anastasia memeluk kaki Adskhan dengan kedua tangannya hingga Adskhan terpaksa menghentikan langkahnya. “Aku sungguh-sungguh minta maaf.” Ucapnya lagi dengan nada memelas. Memohon belas kasihan pria itu setelah akhirnya ia tersadar bahwa semua ucapan yang Adskhan katakan di dalam kamar tadi bukanlah perkataan main-main. “Aku.. aku&h
Ia tiba di sebuah hotel berbintang lima yang mewah yang masih berada di sekitaran Dago. Segera setelah memarkirkan mobilnya Adskhan langsung menuju ke kamar hotel yang disebutkan oleh Dilara saat ia menghubungi sepupunya itu tadi. Disana, didalam kamar mewah yang disewa mantan istrinya itu, ada ibu Adskhan, Nyonya Helena yang duduk berdampingan dengan suaminya, Sir Ahmed. Sementara Dilara, berdiri dengan pinggul bersandar pada kursi bar dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Jangan tanyakan dimana anak dan suaminya. Adskhan tebak bahwa iparnya itu sedang menunggu mereka di suatu tempat.Ketiga anggota keluarganya itu tampak menunjukkan ekspresi yang berbeda. Tentu dengan isi kepala yang berbeda pula yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin sebenarnya ada di dalam kepala Adskhan sendiri.Sementara itu, di sisi lain ruangan. Tepat di atas sofa yang memunggungi jendela, tampak dua wanita duduk bersisian. Satu Anastasia, wanita yan
Kemeriahan yang berakhir dengan perasaan kacau balau itu akhirnya selesai. Caliana kembali ke ruang ganti dengan langkah cepat yang ia bisa. Gita yang mengikutinya hanya bisa melihat sahabatnya itu dengan tatapan tanya. Apa yang terjadi pada jam-jam terakhir pesta? Itulah pertanyaan yang ada di kepalanya namun tak berani gadis itu utarakan pada sahabatnya. Padahal sebelumnya Gita melihat Caliana begitu gembira dan selalu penuh senyum setiap bertemu tamunya. Apa yang membuat ekspresi itu hilang dalam sekejap?Caliana duduk di atas kursi dengan tatapan terarah pada cermin besar di hadapannya. Para MUA sudah mulai membantu untuk melepas riasan kepalanya sementara yang lain mulai membersihkan make-up yang menempel di wajahnya. Tak lama setelahnya, Adskhan masuk dengan tatapan terarah langsung pada Caliana.“Sayang.” Panggil pria itu dengan lirih.Caliana menoleh sejenak sebelum kemudian berkata dengan pelan. &ldq
Acara demi acara berlangsung sesuai dengan instruksi dari pembawa acara.Bahagia? Tentu saja Caliana bahagia. Terlebih melihat bagaimana tingkah konyol Gita yang bahkan tak segan untuk meramaikan acara bersama Gilang dan beberapa teman kantornya yang diundang dalam acara pernikahan yang sebetulnya membuat mereka sendiri heran. Pasalnya, keabsenan Caliana di kantor pun sudah cukup mengejutkna, sekarang mereka tiba-tiba dihadiahkan dengan kabar pernikahan yang tak pernah mereka lihat tanda-tanda hubungannya.“Gue udah curiga waktu si boss datang ke nikahan gue. Taunya emang ada keju dibalik bakso ya Na.” itulah bisikan Chandra saat temannya itu datang bersama istrinya. Caliana hanya bisa tersenyum menjawab kalimat bernada tuduhan itu.Tak sampai disana. Sahabat baiknya yang juga kini sudah sah menjadi iparnya, Gisna. Kini sedang berdiri di atas panggung bersama seorang penyanyi pria yang ternyata juga diundang
Waktu berlalu begitu saja. Disela waktunya mengurus café, Caliana disibukkan dengan persiapan pernikahannya yang bisa dikatakan teramat singkat. Jika normalnya semua urusan pernikahan menjadi urusan keluarga wanita. Berbeda dengan Caliana. Dia lebih banyak membicarakan urusan pernikahan dengan ibu dan tante Adskhan. Karena sampai saat ini, ibunya masih saja menjaga jarak dan bersikap dingin padanya.Sejak saat pertunangan mereka, Caliana juga tidak pernah kembali ke kediaman Rafka. Dia lebih memilih untuk tinggal di rumahnya sendiri dan menghabiskan waktunya lebih banyak dengan Gilang, Carina dan juga Syaquilla yang belakangan lebih sering menginap di kediamannya. Sementara untuk penjembatan urusan pernikahan dilakukan oleh Gilang.Seperti saat ini. Saat Caliana, Adskhan, Carina dan Syaquilla baru saja selesai makan malam. Kakak kembarnya itu datang dengan sebuah buku catatan yang ia gulung dan ia masukkan kedalam saku celananya. Pria itu memberikan buku i
Acara selesai dengan cepat. Setelah penukaran cincin, sisanya dilakukan dengan berbasa-basi sampai semua tamu undangan bubar dan kembali ke kediaman masing-masing. Hanya tersisa keluarga inti di kediaman Caliana dan keluarga Adskhan juga semuanya sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. Kini, Adskhan dan kedua kakak laki-laki Caliana sedang berbincang serius mengenai masalah bisnis. Sementara Gilang sudah kembali ke kediamannya karena nanti malam dia harus bekerja, dan ibunya? Wanita itu kini sedang merajuk dengan bersembunyi di kamarnya.Caliana bukannya ingin menjadi anak durhaka dan membiarkan ibunya marah terus menerus. Tapi dia hanya ingin memberikan dirinya dan juga ibunya waktu. Waktu bagi dirinya untuk merangkai kata demi meminta pengampunan ibunya. dan waktu bagi ibunya untuk tahu bahwa sudah waktunya dia membiarkan Caliana memilih pilihannya sendiri.Saat waktu hendak beranjak magrib, Adskhan memilih untuk mengundurkan diri. Tak ingin berdiam diri di ruma
Nyonya Nurma jelas memandang anak-anaknya dengan tatapan tajam. Semua orang berkonspirasi melawannya. Sekarang dia bisa apa? Bahkan si sulung yang biasanya menurut saja kini sudah mengikuti tingkah adik-adiknya.Matanya juga memandang para tamu undangan yang tampak memandang ke arah mereka. Meskipun tidak saling berbisik, jelas sekali tatapan mereka mengandung tanya. Dan Nyonya Nurma merasa dirinya sudah kalah. Telak!Sebuah senyum penuh kepura-puraan yang ditemani dengan antusiasme yang juga sama hanya sekedar sandiwara terpaksa ia tunjukan. Wanita itu mengulurkan tangannya pada pasangan tertua Levent dan mempersilahkan mereka untuk masuk ke bagian dalam rumah dimana kursi-kursi yang tadinya disiapkan untuk calon menantu pilihannya dan calon besannya kini akan dikuasai oleh keluarga Levent.Sementara keluarga Adskhan yang dibimbing Rafka dan istrinya menuju kursi mereka. Nyonya Nurma menarik lengan Caliana dengan