Semua Bab Behind The Heirs (Indonesia): Bab 31 - Bab 40

72 Bab

Chapter 30 : Pregnant

Seperti yang Anna inginkan, Esa mengantarnya ke rumah milik Wendy, tempat dimana Dareen kini berada. Dengan langkah tergesa, Anna menekan bel rumah tersebut.Wendy yang tengah mengobrol bersama Dareen dan juga seorang tamu lain menolehkan kepalanya kearah pintu."Perlu aku bukakan pintu?" Ucap tamu tersebut."Tidak perlu, biar aku saja. Kalian lanjutkan obrolannya." Wendy segera berdiri menuju pintu.Begitu pintu terbuka, matanya melebar karena terkejut. "Esa, Anna." Ucap Wendy lemah."Maaf mengganggu malam-malam. Bisakah saya bertemu Dareen?" Ucap Anna to the point. Namun tetap mengedepankan sopan santun.
Baca selengkapnya

Chapter 31 : Flashback

Dareen termenung di balkon kamarnya, tangannya menggenggam sebuah pigura foto miliknya bersama Dara. Sejak kepulangan Anna dan juga Esa, Dareen mengurung dirinya di kamar. Berkali-kali Wendy dan Dona memintanya untuk keluar dan makan, namun Dareen tak memberi jawaban sama sekali.Pandangannya beralih kepada foto tersebut. Sebuah senyuman hangat terukir dari wajah tampannya yang seolah enggan untuk menua. Diusap nya foto tersebut dengan begitu pelan dan lembut. "Ra, daddy rindu." Gumamnya pelan dan ingatannya kembali ke masa lalu.*FlashbackDara memasuki kamar Dareen dengan rusuh. Suara cempreng dan langkah kaki yang di hentak-hentakkan membuat Dareen menatap kearahnya tajam.
Baca selengkapnya

Chapter 32 : Apology

Anna menangis tersedu di kamarnya, pikirannya benar-benar kacau. Semua yang dilakukannya terasa salah. Tak pernah sekalipun dia punya niatan untuk membunuh ataupun membuang anaknya. Meski dia berkata demikian pada Dareen, kenyataannya dia sendiri ragu apakah dia benar-benar bisa meninggalkan anaknya begitu saja, ataukah dia akan menerima dan mencintainya. Semua kejadian ini juga mengingatkannya pada Esa.Dulu, berkali-kali niatan untuk bunuh diri selalu memenuhi pikiran dan juga hatinya. Namun berkali-kali juga janin dalam tubuhnya memberinya kekuatan. Sempat terlintas Anna akan memberikan Esa pada kedua orang tuanya dan pergi jauh untuk memulai hidup baru. Namun semua pemikiran dan niatan tersebut sirna begitu saja seiring dengan pertumbuhan bayi dalam kandungannya. Sampai tiba saatnya Esa dilahirkan, Anna bahkan mengutuk dirinya sendiri karena pernah punya pemikiran seperti itu. Pertama
Baca selengkapnya

Chapter 33 : Sexual Harassment

Seketika hening menyelimuti ruang tunggu mereka begitu ucapan sang dokter yang terlampau pahit keluar begitu saja dari mulutnya.Wenda refleks berjalan mundur dan menutup mulutnya terkejut begitupun dengan Raiden yang tidak kalah terkejut namun tetap sigap mendekap tubuh oleng Wenda.Anna seperti kehilangan nyawanya, sekujur tubuhnya membeku. Tangisnya tiba-tiba diam namun pandangannya begitu kosong. Wendy yang menyadari perubahan ekspresi Anna semakin mendekap tubuh itu dengan begitu erat. "Ibu mohon sayang, tenanglah. Ingat kau tidak boleh sampai stress.""I-ibu, Esa ibu hiks." Anna kembali menangis namun suaranya tidak sekeras tadi. Tangis yang terdengar begitu pilu dan menyakitkan.Anna rasanya ingin menulikan telinganya. Uca
Baca selengkapnya

Chapter 34 : Healing

Lagi, Anna terbangun dari tidurnya dengan Dareen yang berada di sebelahnya. Bukan hanya sekali, tapi ini sudah lebih dari tiga kali semenjak Esa di rawat Dareen selalu tidur di kursi samping ranjang yang Anna tempati dengan kepala bertumpu pada ranjang tersebut.Anna meringis, sedikit iba melihat Dareen yang lagi-lagi tertidur dengan posisi tersebut. Sudah dipastikan pinggang, punggung, dan juga lehernya akan sakit ketika bangun.Kali pertama Anna mendapati Dareen seperti ini, saat dirinya pingsan akibat terlalu syok dengan kejadian yang menimpa putranya. Begitu sadar, Anna sangat terkejut dengan kehadiran Dareen, bahkan dirinya sempat berteriak dan memaki pria itu.Kali kedua, Anna terbangun tengah malam karena haus. Saat itu dirinya tertidur di ranjang yang bersebelahan dengan ranjang Esa. Namun lagi-lagi dia terkejut karena ternyata Dareen tidur di sana. Tapi Anna memilih acuh dan tidak memperdulikan kehadiran mantan suaminya.Malam berikutnya, Dareen
Baca selengkapnya

Chapter 35 : Playing the victim

Jung Jesfer, seorang anak laki-laki yang teramat tampan, manis dan juga cerdas. Begitu kesan pertama semua orang saat pertama kali bertemu dengan nya, termasuk Wendy. Hampir setiap tahun Wendy berkunjung ke makam suaminya dan sekaligus menjenguk Jesfer serta ibunya.Yoona memperkenalkan Wendy kepada Jesfer sebagai sahabatnya. Dan Jesfer kecilpun percaya itu. Namun seiring berjalannya waktu, Jesfer mulai menyadari jika Wendy bukan hanya sekedar sahabat ibunya.Jesfer menemukan semua biaya sekolahnya dibayar oleh Wendy. Awalnya Jesfer selalu bertanya-tanya kenapa ibunya selalu memasukan dia ke sekolah yang elit dengan biaya pendidikan yang mahal. Karena jika melihat kondisi ekonomi ibunya, Jesfer yakin ibunya akan keteteran. Yoona tidak miskin, hanya saja dia bukan orang kaya yang bisa mengeluarkan uangnya tanpa harus berpikir besok bagai
Baca selengkapnya

Chapter 36 : The other side of Esa

Anna menatap Esa penuh harap, sejak sejam yang lalu dirinya tidak berhenti membujuk Esa agar menghubungi Jesfer. Sedangkan Esa terus menolak dengan alasan dia tidak ingin bicara dengan siapapun, padahal kenyataannya Esa hanya merasa tidak enak dengan Dareen. Bagaimanapun di sana ada Dareen yang menatap Anna dengan tatapan terluka."Ayolah Esa, mama khawatir dengan keadaan Jesfer." Anna kembali merengek sambil memegang tangan Esa."Mama, aku tidak mau. Lagipula paman Jesfer mungkin sedang sibuk."Anna menggeleng cepat. "Tidak, jika Jesfer sibuk dia pasti masih sempat mengangkat panggilan dari mama."Lagi-lagi Esa memilih untuk melihat kearah D
Baca selengkapnya

Chapter 37 : Jenny's fiancee

Jesfer dan Anna kini berada di sebuah cafe yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit. Sebelumnya mereka sudah lebih dulu meminta ijin kepada Esa,  di sana juga ada Dareen sehingga Anna tidak merasa khawatir harus meninggalkan putranya. Lagipula Anna berniat tidak akan lama, hanya ingin berbicara berdua dengan Jesfer."Aku minta maaf karena pergi tanpa mengabari mu." Jesfer lagi-lagi meminta maaf untuk kesekian kalinya."Sudahlah. Aku juga tidak mempermasalahkan itu Jes." Anna menghela nafas. "Aku lebih penasaran dengan alasanmu pulang."Jesfer sedikit memainkan jari-jari tangannya diatas meja. Jelas dia tidak lagi bisa menyembunyikan apapun dari Anna. "Aku sedikit stress." Jawab Jesfer pada akhirnya."Ada masalah apa?"Jesfer tampak berpikir. Dia ragu harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak. "Emm, pekerjaan dan beberapa hal yang terjadi belakangan ini."Anna menatap Jesfer dengan lekat. "Katakan lebih jelas. Aku tahu kau me
Baca selengkapnya

Chapter 38 : Esa's pas

Pagi-pagi sekali Anna sudah bolak-balik kamar mandi karena mual. Sudah seminggu ini dia baik-baik saja dan tidak merasakan mual, tapi pagi ini perutnya kembali tidak enak.Dareen yang baru bangun segera menyusul Anna ke kamar mandi dan memijat tengkuknya. "Keluarkan saja Anna.""Tidak ada yang bisa di keluarkan lagi kak." Keluh Anna dengan suara yang lemas."Kalau begitu duduk dulu yuk, aku akan mengambilkan air hangat." Dareen memapah Anna setelah laki-laki itu mengangguk setuju.Anna duduk sambil memegangi perutnya yang mulai bergejolak tak nyaman. Kehamilannya yang sekarang terasa lebih melelahkan ketimbang pada saat Esa dulu."Nak tenang ya. Mama kelelahan jika harus terus bolak-balik ke kamar mandi." Dareen sedikit mengelus perut rata Anna, iya hanya sedikit karena dia tak
Baca selengkapnya

Chapter 39 : Like a premonition

Dareen menghela nafas berkali-kali. Pikirannya penuh dan juga beban di pundaknya terasa semakin berat. Kepalanya tertunduk lesu dengan nafas yang sedikit tidak beraturan. Esa masih tidur setelah diberikan obat penenang. Sedangkan Anna sendiri belum kembali dari pemeriksaannya. Dan tidak tahu menahu tentang kejadian yang dialami putranya.Sebuah tangan dengan jari-jari lentik menyodorkan sekaleng kopi kepada Dareen. Pria itu mendongak dan tersenyum ketika melihat siapa yang memberinya kopi, dengan segera dia mengambil dan membuka tutup kaleng tersebut."Terima kasih." Dareen mengangkat kaleng tersebut dan menenggak isinya sekaligus."Kau tampak sangat frustasi tuan."Dareen hanya tersenyum menanggapi. "Kau selalu melihatku dalam keadaan seperti ini Jane. "Jane membalas senyuman Dareen dan kini ikut duduk di sampingnya. Kebetulan mereka sedang berada di koridor rumah sakit tepat di depan kamar rawat Esa."Benar juga. Setiap kali kita
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status