Home / Romansa / Behind The Heirs (Indonesia) / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Behind The Heirs (Indonesia): Chapter 21 - Chapter 30

72 Chapters

Chapter 20 : Sacrifice

Suasana ruang operasi sangat tegang. Sejak operasi dimulai dua jam yang lalu. Semua orang di sana tidak ada yang bersuara. Hanya ada raut wajah khawatir dan isak tangis yang sesekali terdengar.Anna dan Wenda tidak ada di sana karena kondisi mereka yang kurang stabil. Saat ini hanya ada Dareen, Wendy, Jesfer, Edwin dan juga Jenny. Ya Jenny, dia baru saja datang sepulang sekolah, tepat saat Esa dan Dara masuk ke ruang operasi.Raiden dan Hana bertugas menemani Anna dan Wenda. Saat ini mereka berdua benar-benar butuh pengawasan.Jesfer memandang orang-orang di sekitarnya, terutama Dareen. Sejak kecelakaan terjadi, fakta bahwa Dareen adalah ayah kandung Esa baru dia ketahui setelah Esa dan Dara masuk ruang operasi.Sejenak dia memikirkan kenyataan bahwa tadi Anna dan Dareen datang bersama ke rumah sakit. Jesfer teringat dengan uca
Read more

Chapter 21 : Tears

Anna menatap sendu batu nisan yang ada di hadapannya. Terlihat jejak air mata masih tertinggal di pipinya. Jesfer yang sudah satu jam menemaninya hanya bisa mendesah pelan. Dia sangat mengerti jika saat ini Anna masih berduka. Meski orang-orang telah lebih dulu pergi meninggalkan area pemakaman, Anna enggan selangkah pun pergi dari pemakaman tersebut."Jes, apa yang harus aku lakukan? " Lirih Anna dengan tatapan yang masih fokus pada gundukan tanah yang masih basah tersebut."Kau harus kuat Na, jangan sampai pengorbanannya sia-sia. " Jesfer mengelus punggung Anna."Kau bisa istirahat dengan tenang sekarang sayang. Tidak akan ada lagi yang mengusik mu, atau pun menyakitimu. " Anna tersenyum samar. "Terima kasih nak, terima kasih banyak telah hadir ke dunia ini. Tidak peduli seberapa buruk orang memandangmu, tidak peduli meski kau tidak diakui, kau tetap kebanggaan untuk orang tuamu. " Anna menghapus air mata yang kembali jatuh di atas pipinya."Kau di besa
Read more

Chapter 22 : Something new

Sudah sepekan, namun kondisi Esa belum juga ada perubahan. Sejak awal, memang kesempatan Esa untuk bertahan sangatlah kecil. Namun Anna dan semua anggota keluarganya tidak pernah berputus asa, mereka semua selalu setia mengunjungi Esa setiap hari secara bergantian dan berdoa untuk kesembuhannya. Termasuk Dareen.Setiap hari Dareen tidak pernah absen berkunjung untuk menemui Esa. Namun, dia akan memilih waktu berkunjung disaat tidak ada orang terutama Anna. Seperti hari ini, Dareen berkunjung sepulang dari kantor setelah memastikan tidak ada seorang pun di rumah sakit."Maaf, papa telat. " Dareen mendudukkan dirinya di samping tempat tidur Esa seperti biasa."Hari ini, papa harus mengunjungi kakakmu. Papa terlalu merindukannya. " Ucap Dareen sendu."Esa, kau tidak ingin cepat bangun nak? Papa ingin mengajakmu berkunjung menemui Dara. Dia pasti akan sangat senang jika kau datang. " Dareen mendesah sebentar, kemudian dia melanjutkan kalimatnya. "Dia selalu t
Read more

Chapter 23 : Their Feelings

Anna segera menyelesaikan urusannya di toilet, entah kenapa tiba-tiba perasaanya tidak tenang. Dengan langkah cepat dia segera kembali ke kamar rawat Esa.Keningnya mengernyit, begitu membuka pintu kamar dan dihadapannya sudah ada orang lain yang tengah berdiri memunggungi Anna."E-do? " Ucap Anna ragu. Dari belakang memang tampak seperti Elfredo, tapi mengingat ini adalah tengah malam jadi Edo tidak mungkin berada di sini."A-ah t-tante. " Jawab Edo gagap karena terkejut sambil mengelus dadanya."Kau benar Edo? Sedang apa disini nak? " Tanya Anna yang tidak kalah terkejut dan juga bingung.
Read more

Chapter 24 : Suspiciousness

Tidak seperti biasa, sudah beberapa hari ini Wenda tampak berubah. Dia mulai kembali menjalani rutinitas seperti biasa. Hanya saja ada perbedaan dari sebelumnya, Wenda terlihat lebih peduli dan perhatian terhadap Jinu. Tidak aneh memang, karena Jinu adalah anak kandungnya sendiri. Hanya saja Wenda bertingkah seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Tidak pernah sekalipun dia menyinggung lagi tentang Dara, dan itu sedikit mengganggu Raiden."Sayang, habiskan makanannya. Setelah ini bersiaplah, mama akan mengantarmu ke sekolah. " Ucap Wenda pada Jinu yang tengah sibuk memakan sarapannya."Biar aku saja yang mengantar Jinu, Wen. Kau bisa beristirahat. " Rai menyelesaikan sarapannya lebih dulu.
Read more

Chapter 25 : Something wrong

PRANGJinu tersentak, dan tanpa sengaja menjatuhkan gelas yang di pegangnya begitu Raiden mengatakan bahwa Edo menitipkan salam untuknya."Kau tidak apa? " Tanya Rai yang ikut terkejut."A-aku tidak a-apa-apa papa. " Jinu segera berjongkok untuk membersihkan kekacauan yang baru saja dia buat."Tinggalkan itu, biar papa yang membereskan. " Perintah Rai, dia takut Jinu akan terluka jika harus membersihkan bekas pecahan gelas tersebut."M-maaf papa tadi tanganku licin. " Jinu sedikit menundukkan kepalanya."Tidak apa-apa. Papa hanya takut kau akan terluka. " Rai mengusap lembut kepala putranya. "Sekarang kembali ke kamar ya, nanti papa bawakan buah untukmu. " Rai tersenyum lembut.Jinu mengangguk dan meninggalkan Ra
Read more

Chapter 26 : Who?

Edo mengetuk-ngetukkan jari tangannya di atas meja. Sementara tangan lainnya dia gunakan untuk menopang dagu.Selama 30 menit, suasana masih juga canggung. Jinu yang duduk bersebrangan dengannya terus menundukkan kepala. Kedua tangannya dia tautkan untuk menghilangkan rasa gugup."Aku mengajakmu kesini bukan untuk menikmati hening Jinu. " Dengus Edo kesal. Stok kesabarannya mulai menipis."A-aku tidak ada urusan dengan kakak. " Balas Jinu lemah karena merasa gugup."Kenapa kau melakukannya? " Tanya Edo langsung sebelum kesabarannya benar-benar habis. "Aku sudah memperingatkan mu. " Tambahnya lagi."Melakukan apa? " Jinu mengangkat kepalanya agar berhadapan langsung dengan wajah Edo."Kau tahu apa yang aku maksud. ""Itu bukan urusanmu! ""Jinu, aku mengenalmu dari kecil. Dan aku tahu dengan betul kau bukan orang yang seperti itu. " Edo mengungkapkan pendapatnya tentang Jinu yang dia kenal.Jinu tersenyum samar.
Read more

Chapter 27 : Papa

Waktu terus berjalan, dan Esa sekarang sudah diperbolehkan pulang. Anna dan Jesfer sudah merapihkan semua barang-barang Esa, namun Esa justru terlihat tidak bersemangat. Sejak pagi dia hanya memandang datar tanpa minat."Sa, apa ada masalah nak? " Tanya Anna lembut dan menyentuh kepala Esa.Esa menggeleng pelan. "Tidak apa-apa ma, aku hanya merasa sedikit aneh. ""Kenapa prince? Mau bercerita? " Tanya Jesfer yang sekarang ikut duduk di samping Esa bersama Anna. Seperti sebuah keluarga utuh dan bahagia.Lagi-lagi Esa menggeleng. "Tidak ada paman. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa sedikit bingung. Tapi tidak jelas kenapa. " Jawab Essa disertai dengan kekehan pelan. Jesfer memang selalu bisa membuat Esa mau bercerita. Walaupun apa yang Esa katakan hari ini sangat tidak jelas."Bai
Read more

Chapter 28 : Unpredictable

Anna kembali memuntahkan makanannya, sudah 1,5 jam Anna bolak-balik kamar mandi karena rasa mual yang terus membuat perutnya tidak nyaman.Tadi pagi Anna kembali berdebat dengan Esa karena putranya tetap memaksa untuk berangkat melanjutkan PKL ke hotel Dareen. Esa bahkan meminta Edo untuk menjemputnya.Namun perdebatan tersebut tidak berlangsung lama. Selain karena Esa berlari ke luar, Anna juga berlari ke toilet karena sudah tidak mampu menahan rasa mualnya.Wajah Anna tampak pucat, tubuhnya juga terasa sangat lemas. Sejak pagi tidak ada makanan yang berhasil masuk ke perutnya. Bahkan setelah memaksa sarapan, makanan yang berhasil dia telan pun selalu berakhir di toilet.
Read more

Chapter 29 : Wendy's secret

Anna memberanikan diri untuk memasuki sebuah rumah sakit dikawasan tempat tinggalnya. Perasaannya sangat bercampur aduk, di satu sisi Anna merasa lega karena hasil pengecekan mandirinya tadi pagi adalah negatif, namun dirinya tetap ragu dan bergegas pergi ke rumah sakit untuk benar-benar memastikan semuanya.Jantung nya berdegup kencang begitu masuk kedalam ruangan pemeriksaan. Di sana ada seorang dokter ahli kandungan yang tengah tersenyum ramah begitu melihat Anna masuk."Selamat datang." Sapanya dengan senyuman manis yang tidak pernah luntur dari wajah cantiknya. Anna akui dokter dihadapannya memang sangat manis dan tampan secara bersamaan. Rambut hitam dan juga wajah tirusnya membuat siapa saja akan menyukainya baik perempuan maupun  laki-laki."Ah, selamat siang dok." Anna me
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status