Semua Bab The Hottest Desire (Bahasa Indonesia): Bab 1 - Bab 10

61 Bab

1. Bayang-Bayang

 Edelia mengusap kening putrinya yang berkeringat dingin. Perempuan berusia empat puluh lima tahun itu mendesah dan menatap netra indah milik putrinya yang kini tengah mengatur napasnya yang memburu. “Kamu tidak apa-apa? Apa perlu Mama menghubungi Yafas untuk memberikan konseling melalui sambungan telepon, atau lebih baik Mama panggil dia untuk datang dan memberikan konseling secara langsung?” tanya Edelia tidak bisa menyembunyikan rasa cemas yang ia rasakan.Selama dua tahun ini, Edelia memang bergelut dengan perasaan cemas mengenai kondi
Baca selengkapnya

2. Mengingatnya

 Edelia menatap penuh kekhawatiran pada Makaila yang kini digendong serta dibaringkan dengan penuh kehati-hatian dibaringkan oleh Bara di atas ranjang yang berada di dalam kamar pribadi Makaila yang bernuansa manis. Setelah menyelesaikan tugasnya membaringkan Makaila di atas ranjang, Bara mundur dan memberikan ruang bagi Edelia untuk duduk di tepi ranjang setelah menyelimuti putrinya yang kini tampak pucat pasi. Edelia menggigit bibirnya kuat-kuat menahan diri untuk tidak menangis melihat kondisi putrinya ini. Jujur saja, Edelia tidak menyangka jika reaksi Makaila bisa sampai seperti ini, saat bertemu dengan orang asing yang memang baru ditemuinya.
Baca selengkapnya

3. Diam

 Bara tersenyum saat dirinya kini duduk berhadapan dengan Makaila yang tampak menunduk dalam. Ternyata, Makaila memutuskan untuk bungkam dan tidak mengatakan pada ibunya perihal Bara yang tak lain adalah seorang pembunuh yang aksinya membuat Makaila mengalami trauma berat. Tentu saja Bara merasa puas dengan keputusan yang diambil oleh Makaila ini. Namun, Bara tentunya tidak melupakan sandiwara seperti apa yang tengah ia perankan. Apalagi saat ini, Edelia ternyata mengawasi bagaimana cara mengajar Bara. Ini memang proses belajar mengajar pertama bagi Bara dan Makaila.
Baca selengkapnya

4. Firasat

 “Sayang, kamu sangat hebat. Mama bangga padamu,” puji Edelia pada Makaila untuk kesekian kalinya. Tentu saja Edelia bangga karena Makaila sedikit demi sedikit sudah bisa terlepas dari bayang-bayang trauma yang selama ini membuatnya menutup diri.Makaila berusaha untuk memasang senyum paling normal yang bisa ia sugguhkan pada ibunya. Hari ini, Edelia tidak akan lagi menemaninya dalam proses belajar, karena Edelia memang sudah tidak lagi memiliki jatah cuti. Jatah cuti Edelia tahun ini sudah habis, dan ke depannya Edelia tidak bisa lagi mendapatkan cuti dari kantornya. Karena itulah, Makaila berusaha untuk tidak membuat Edelia kembali cema
Baca selengkapnya

5. Firasat yang Terbukti

 Makaila terlihat begitu pucat. Bagaimana mungkin dirinya tidak pucat jika saat ini dirinya tengah duduk di atas pangkuan Bara. Tentu saja, Makaila merasa jika posisinya ini sangat tidak aman. Ya, tidak aman sebagai seorang target pembunuhan, dan tidak aman sebagai seorang gadis. Ayolah, Bara itu adalah pria yang sudah dewasa, dan Makaila yakin jika Bara adalah pria yang normal. Tentu saja, sebagai seorang gadis, Makaila merasa jika posisi ini sangatlah berbahaya. Namun, Makaila sama sekali tidak bisa berutik. Saat ini Makaila berusaha untuk tidak bergerak berlebihan dan memilih untuk fokus dengan pelajaran yang tengah tersaji di hadapannya.
Baca selengkapnya

6. Konsultasi

 Meskipun sudah dikatakan membaik, tetapi Makaila tetap harus menjalani konsultasi secara berkala. Hanya saja intensitasnya dikurangi daripada sebelumnya. Jika biasanya adalah seminggu sekali, maka sekarang sekitar dua atau tiga minggu sekali, sesuai dengan yang dijadwalkan oleh psikiater yang menangani Makaila. Saat ini, Makaila sendiri tengah digandeng oleh Edelia menyusuri lorong rumah sakit yang tidak terlalu ramai. Lorong tersebut akan membawa keduanya menuju ruangan praktek psikiater Makaila. Ini juga adalah salah satu perubahan yang dialami oleh Makaila.Sebelumnya
Baca selengkapnya

7. Melepas

 “Bara,” bisik Makaila tidak percaya. Suara Makaila tersebut luput dari pendengaran Yafas, saat ini Yafas malah mempersilakan Bara untuk masuk ke dalam ruangannya untuk memeriksa identitasnya. Tentu saja, Yafas harus memastikan jika Bara memang orang yang bisa dipercaya untuk membawa Makaila kembali ke apartemen dengan selamat. Meskipun Edelia sudah mempercayainya, tetapi Yafas tidak bisa percaya begitu saja. Dilihat dari tampilan Bara, Yafas yakin jika dirinya memiliki profesi yang memang memaksanya mengenaka
Baca selengkapnya

8. Harapan

 Yafas meletakkan bolpoin yang ia gunakan untuk mencatat beberapa hal penting mengenai pasien yang akan ia temui esok hari. Pria satu itu menghela napas panjang dan memilih untuk melangkah menuju beranda rumahnya dan menatap taman rumahnya yang tidak begitu luas, karena Yafas memang tidak memiliki waktu untuk merawat taman yang lebih luas daripada tamannya saat ini. Yafas memilih untuk duduk di salah satu kursi yang memang disediakan untuk bersantai di sana. Kening Yafas mengernyit dalam saat dirinya memikirkan sesuatu yang terasa begitu mengganggu.Tak lama, Yafas pun mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang, setelah memastikan jika saat ini
Baca selengkapnya

9. Your Punishment

 Makaila merasa begitu malu. Bagaimana tidak malu, jika dirinya kini menggunakan seragam sekolah menengah atasnya di sekolah dulu. Seragam tersebut memang masih muat dikenakan oleh Makaila. Hanya saja, rok kotak-kotak yang menjadi bagian seragamnya sudah terlihat pendek untuk Makaila. Karena tentu saja setelah dua tahun Makaila tumbuh lebih tinggi daripada sebelumnya. Selebihnya, tidak ada yang berubah dari bentuk tubuh Makaila, bahkan buah dadanya sepertinya tidak mengalami pertumbuhan berarti daripada sebelumnya.Namun, Bara yang melihat hal itu merasa puas. Saat ini, Makaila terlihat sangat manis. Malahan, Bara menilai jika Makaila masih sangat pa
Baca selengkapnya

10. Taruhan

 Makaila menerima kecupan dari Edelia, dan melambaikan tangannya pada Edelia yang terburu-buru untuk berangkat ke kantor. Melihat hal itu, Makaila merasa jika dirinya semakin tidak bisa mengatakan identitas Bara, dan seperti apa perlakuan Bara padanya. Makaila, merasa jika dirinya pasti akan membuat beban yang dipikul oleh ibunya semakin berat saja. sudah cukup selama ini Makaila membuat ibunya repot dan terbebani dengan segala hal yang berkaitan dengannya. Makaila menghela napas dan menutup pintu apartemennya. Makaila memilih masuk ke dalam kamarnya dan berganti pakaian dengan gaun yang sebelumnya sudah ditunjuk oleh Bara untuk digunakan saat sesi homeschooling.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status